21

845 77 4
                                    

Long chapter aheadddddd🥳

Setelah delay 2 jam karena cuaca buruk, akhirnya pesawat yang Mitchell, Kenta dan Mike tumpangi berhasil mendarat dengan selamat di Shanghai Pudong Airport

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah delay 2 jam karena cuaca buruk, akhirnya pesawat yang Mitchell, Kenta dan Mike tumpangi berhasil mendarat dengan selamat di Shanghai Pudong Airport. Pagi itu Mitchell, Kenta dan Mike tak banyak berbicara. Ketiganya terlalu sibuk dengan fikirannya masing-masing. Mitchell memilih untuk tidur selama di pesawat, menyenderkan kepala pada bahu Kenta yang tak terlihat keberatan.

Ketika ketiga remaja itu sedang mengantri proses imigrasi yang sangat padat, tiba-tiba Mike menyentuh pundaknya dan Kenta. "Guys, gue gak akan ambil" ujarnya tenang. Kenta menganggukan kepalanya mengerti. "Gue udah tau lo ga bakal ambil" tangan Kenta menyentuh pelan dagu Mitchell yang ternganga, menutupnya paksa. Mitchell terlalu kaget untuk menjawab.

Mike merangkul Kenta dan Mitch di depannya. "Dari awal gue emang gak berminat jadi idol. Terlalu banyak aturan, terlalu melelahkan, dan gue mau menikmati masa muda gue dengan bebas" jelasnya. "Gue gak akan jelasin pro kontranya, tapi please remember. There's a lot of things you need to sacrifice. Tapi kemarin gue sadar kalian berdua memang diciptakan buat jadi bintang"

🍃🍃🍃🍃

Bev berlari memeluk Mitchell bahkan sebelum Mitchell melangkahkan kaki ke kamar dormitorinya. Selama ini Mitchell telah terbiasa pulang kerumah dengan keadan kosong, tanpa sapaan apalagi pelukan hangat. Namun selama beberapa minggu ini Bev berhasil mengisi segala kekosongannya itu. "I know you did well" ujarnya pelan yang membuat Mitchell memeluknya lebih erat lagi.

Bev duduk di sebelah Mitchell yang sedang merapikan barang bawaannya lalu di lantai. Mendengarkan setiap cerita Mitchell sambil sesekali mengangguk mengerti. "Sekarang aku bingung harus ambil apa engga. Ini tuh rasanya kayak aku harus nentuin jalan hidup aku sekarang. Jadi trainee pun kemungkinan gagalnya besar" bahu Mitchell melemas. Saat Bev akan menjawab, handphone Mitchell berdering.

Incoming call : Mama

"Coba ngobrol dulu sama orang tua lo mitch. Gue ke kamar Mike dulu, kalau udah beres telfon chat gue yaa." Bev mengelus pelan puncak kepala Mitchell seraya berjalan keluar pintu.

"Halo maa? Mitchell udah sampe dorm nih" Mitchell merangkak menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya. "Mitch, mama terima email kontrak dari SM. Kamu lolos?" Suara mama terdengar tenang mencoba menyembunyikan kekhawatiran. "Iya ma Mitch lolos. Papa udah liat juga?"

"Mama sama papa udah baca sampai habis kontraknya. Sooooo.. Mitchell mau ambil apa engga?" Kali ini mama tak bisa lagi membendung kekhawatirannya. Suaranya pelan dan tak yakin, sangat berbeda dengan suara mama biasanya. Mitchell memutuskan menunggu sampai di Shanghai untuk memberikan kabar ini pada orang tuanya. Ia kira ia butuh waktu sendiri untuk berfikir jernih selama di perjalanan namun hasilnya malah berbanding terbalik dari harapannya.

"Gak tau ma bingung. Menurut mama gimana?" Entah kenapa Mitchell begitu takut orangtuanya menentang untuk menjadi seorang trainee. "Mama sih sebenernya gak mau kasih mitch. Biarin kamu masih kecil sudah tinggal sendirian di negeri orang. Tapi kalau kamu memang mau, mama bakal terus dukung" Mitchell menghembuskan nafas yang telah di tahannya daritadi. Walaupun selalu sibuk, mama adalah seorang ibu, pasti menginginkan yang terbaik untuk Mitchell.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang