Satu hal yang berubah drastis semenjak ia menjadi trainee adalah suasana di sekolah. Dulu, Mitchell selalu suka lingkungan sekolahnya. Tak jarang ia memilih untuk menyibukan diri di sekolah agar menunda kepulangannya. Kini ia selalu datang ke sekolah dengan kelelahan, rasanya ingin cepat-cepat bel pulang saja. Dulu tiap kali semester baru dimulai Mitchell selalu memberi pidato semangat untuk semua guru dan teman-teman sekolahnya. Kini semester baru dimulai dan lagi-lagi ia hanya ingin cepat-cepat pulang dan memulai trainingnya.
Semua berjalan seperti biasa hanya saja ia harus membiasakan diri pergi dan pulang sendirian. Tapi Mitchell tak keberatan karena earpodsnya selalu menemani. Pagi ini ia tak sadar menunggu chat dari Kenta menyuruhnya turun untung saja Somi menelfonnya untuk memastikan Mitchell sudah bangun. Cepat-cepat ia turun dan lari ke halte bus. Ia harus secepatnya melupakan Kenta.
Doa Mitchell semalam untuk tidak berpapasan atau bertemu dengan Kenta maupun Emma tidak dikabulkan. Sekolahnya hanya memiliki 1 kantin dan tentu saja ia mau tak mau melihat Kenta dan Emma di satu meja di tengah kantin. Kalau menurut Somi Kenta cukup populer di sekolahnya, kini Mitchell harus meragukan itu karena dari sekian banyak murid ia harus duduk makan siang bersama Emma. Mitchell berusaha untuk tak menghiraukan mereka berdua walaupun dadanya terasa sesak.
Saat pulang sekolah akhirnya tiba Mitchell melihat sosok Kenta di halte bus. Pilihannya hanya ada 2, menunggu bus selanjutnya 15 menit lagi atau jalan kaki sekitar 20 menit. Tak mau terlambat, akhirnya Mitchell memilih opsi kedua yakni untuk berjalan kaki. Lagipula tak masalah berjalan kaki di musim dingin. Memasang airpodsnya, Mitchell memilih lagu keluaran terbaru dari Billie Eilish. Bury a Friend.
Mendengar lagu ini membuat Mitchell membayangkan koreo yang cocok. Kalau saja ia masih di Indonesia, ia pasti sudah memaksa group dancenya untuk menggunakan lagu ini untuk perform. Walaupun tak berpengalaman, Mitchell berjanji ia akan mencoba membuat koreo untuk lagu ini saat latihan mandiri nanti.
2 minggu berlalu sejak yearly evaluation, Mitchell belum menerima feedback dan jadwal barunya yang biasa ia terima melalui KakaoTalk. Ia sempat menanyakan hal ini pada Yebin unnie namun Yebin unnie meyakinkannya kalau SM akan mengirimkannya ketika Mitchell telah tiba di Seoul. Namun sampai hari ini ia belum menerima schedulenya. Kemarin ia terlalu seru mengobrol dengan Somi sampai-sampai ia lupa menanyakan kabar jadwalnya pada Yebin unnie.
Kini ia tak terlalu peduli lagi pada kelas trainingnya, namun ia sangat sangat berharap untuk dapat kelas yang berbeda dari Kenta. Melihat skill rap Kenta telah mengalami kemajuan, mungkin ia akan dipindahkan ke kelas lain. Namun siapa yang tau? Terkadang sistem kelas ini sangat random sampai sulit ditebak oleh para traineenya. Awalnya Mitchell kira ia tak akan pernah keluar dari kelas A dance, namun bulan lalu trainee-trainee di kelas A sempat dipecah ke beberapa kelas. Jadi ia hanya bisa berharap agar tak mendapat kelas yang sama dengan Kenta.
"Migi-ya, sudah datang?" Yebin unnie seperti biasa telah menyambutnya dari depan pintu masuk.
"Unnieeee! Sudah makan siang?"
"Sudah dong, kamu juga kan?"
"Iya sudah. Unnie aku belum mendapatkan jadwalku. Kemarin mau chat tapi lupa, maaf"
"Oh! Emang sengaja belum aku kasih. Kamu ke kantor Mr.Kim gih. Udah ditunggu daritadi."
"Eh? Nunggu aku? Kok tumben?"
"Iyaaa buruan gihhh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...