8

1K 96 0
                                    

"Can you dance a little for us? Just move according the music i play" Tanya juri padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Can you dance a little for us? Just move according the music i play" Tanya juri padaku. Kulihat beberapa juri lainnya saling berbisik satu sama lain. Walaupun sudah terbiasa mengikuti lomba dance, pengalaman audisi ini terasa jauh lebih menegangkan. "Yess i can" ujarku sambil bersiap membuat ketukan di dalam kepalaku. Kudengar suara musik diputar. Bad boy - red velvet! 5 6 7 8!!

Mitchell mulai menggerakan badannya sesuai ketukan yang telah ia buat. Walaupun ia tentu mengenal lagunya, ia tidak hafal dengan dancenya. Freestyle adalah jalan ninja. Saat sedang asyik menari tiba-tiba lagunya berubah. Sepertinya dewi fortuna ada di pihak Mitchell hari ini. Lagu yang diputar adalah Simon Says dari NCT. Lagu favoritenya dari boyband beranggotakan 23 orang tersebut.

Mitchell tertawa pada detik ia mendengar lagu favoritenya diputar. Badannya menari mengikuti dance move yang sudah hafal diluar kepala. Tanpa sadar mulutnya ikut menyanyikan lagu yang sudah terlalu sering ia putar tersebut. Lagu selanjutnya diputar, nadanya sungguh cute dan feminim. Sama sekali bukan stylenya. Ia mengikuti ketukan dalam kepalanya dan menari sesuai irama dengan gerakan freestyle yang sengaja ia buat lebih cute. Tidak lupa tersenyum lebar karena menurut pengamatannya, senyum adalah kunci dari semua lagu manis.

Lagunya pun berhenti, menandakan ini giliran orang dengan nomer setelahnya, peserta 52. Sambil menunggu, Mitchell melirik ke arah Mike dan Kenta di kursi penonton. Kulihat Mike mengangkat 2 lengan ke atas kepalanya membentuk hati. Kenta tertawa disebelahnya sambil mengacungkan 2 jempol ke arahku. Aku tersenyum lebar dan membalas Mike dengan hati kecil di kedua tanganku.

Beberapa orang setelahku benar-benar bernyanyi dengan baik. Namun mungkin terlalu gugup sampai terkadang ragu mengambil note tinggi. Sayang sekali. Saat orang terakhir di batchku selesai menampilkan audisinya. Juri menatap kami satu persatu. Mereka berkata bahwa setiap individu diatas panggung ini memiliki bakat yang sangat besar. Namun sayangnya kuota trainee SM sangat terbatas. Aku menganggukkan kepalaku, memberi sinyal pada staff dan juri bahwa aku mengerti.

"Everyone except participant with number 51 can leave the room" Mitchell berjalan hendak meninggalkan ruangan saat ia tersadar. 51? Aku dong? Aku menatap para juri dengan bingung dan menunjuk diriku sendiri "me?" "Yeah you can take a seat behind us"

Mitchell bergabung bersama Mike dan Kenta. "Ini maksudnya gimana sih Ken?" Bisiknya kebingungan. Ia duduk di bangku yang sudah disediakan sambil menonton batch selanjutnya audisi. "Kita masuk audisi tahap selanjutnya mich, diseleksi oleh petinggi perusahaan SM di Shanghai!!" Bisik Kenta, kami tidak mau mengganggu proses audisi batch selanjutnya. "Gila gue udah laper banget masih disuruh nyanyi sama nari lagi abis ini" gerutu Mike. "Mich, tapi jujur lo keren banget sih! Gue rasa lo bakal beneran jadi trainee deh" Mike meletakan telapak tangannya diatas kepalaku dan mengacak rambutku pelan. "Mana ada! Ngaco!" Ujarku sambil membalas mengacak rambutnya.

Jam menunjukan pukul 5 sore ketika audisi untuk batch terakhir selesai. Kurang lebih ada 20 orang tersisa di bangku penonton yang menandakan 20 orang yang lolos untuk audisi tahap selanjutnya. Tata caranya sama seperti audisi tadi dan admission kemarin namun kemungkinan akan ada lebih banyak lagu yang staff minta untuk dinyanyikan atau tarikan. Staff pun menambahkan pesan kalau kebetulan para peserta familiar dengan lagu dengan bahasa korea, maka sangat dianjurkan untuk menampilkannya di audisi di tahap 3 nanti.

Ada satu lagu dengan bahasa Korea yang Mitchell sering dengarkan saat sedang merasa kesepian dan lelah. Lagu ini memilikki melodi yang indah dengan lirik yang sangat menyentuh. Namun saja lagu ini mengingatkan Mitchell pada masa sulit dan ia sedikit khawatir akan terbawa emosional. Tapi tak ada jalan lain karena lagu inilah satu-satunya lagu korea yang Mitchell hafal diluar kepala.

Peserta maju satu persatu untuk direkam. Sambil menunggu gilirannya, Mitchell mengeluarkan airpods dan menyetel lagu tersebut. To my youth - BOL4. Saat melodi lagu berdentang memasukk telinganya, otaknya dipenuhi kilasan throwback. Saat-saat dimana menghabiskan waktu di tempat les berharap sewaktu ia pulang kedua orangtuanya sudah dirumah. Namun tetap ketika ia pulang, ia mendapati dirinya lagi-lagi sendirian. Masa dimana ia jatuh sakit dan malah Adel yang mengantarnya pergi ke rumah sakit untuk diopname. Atau dimasa ketika ia menjuarai kompetisi dance namun tak ada kata selamat keluar dari mulut orangtuanya.

Mata Mitchell berkaca kaca terbawa suasana. Namun ia mencoba fokus dengan membuka lirik lagu tersebut untuk sekali lagi ia tanamkan dalam otak.

Giliran Kenta datang.

Mitchell pernah mendengar Kenta bersenandung kecil. Memang merdu. Namun mendengarnya audisi saat itu rasanya bukan seperti Kenta yang ia kenal tapi lebih seperti Kenta Kaneshiro dengan score abrsm yang hampir sempurna. Ia membawakan 5 lagu dengan teknik seperti penyanyi professional. Lagu terakhir Dear God dari Avenged Sevenfold sukses dibawakannya dengan nada yang super tepat. Kenta diminta untuk menari sedikit yang disanggupinya dengan tarian popping.

Sekarang giliran Mike.

Kenta kembali ke tempat duduknya dan Mitchell memberikannya 2 acungan jempol. "KEREN!" Bisiknya. Mike terlihat berbeda dibawah lighting panggung. Sama seperti Kenta, ia membawakan 5 lagu. Suara Mike sama merdunya namun lebih berat. Lagu terakhir Mike sukses membuat Mitchell ternganga. God's Plan dari Drake. Suara Mike yang berat sangat cocok untuk lagu itu. Nampaknya para juri pun sangat menikmatinya. Mike menolak untuk menari namun ia berkata bahwa bisa melakukan backflip dan headstand yang disambut antusias oleh para juri. Sepertinya ia memang sudah handal karena keduanya terlihat sangat mudah.

Giliran Mitchell pun tiba.

Ia menatap kamera dengan senyuman dan memperkenalkan dirinya. Ia menambahkan perkenalan diri dalam bahasa Indonesia dan mandarin karena itulah yang dilakukan kedua temannya lebih dulu.

Pertama-tama para juri memintanya menyanyikan lagu saat admission pertama. Reflection. Mitchell menyanyikan reffnya tanpa ragu. Mulan adalah film disney favoritenya. Ia sudah terlalu familiar dengan lagu ini. Lalu ia diminta menyanyikan lagu Almost is Never Enough namun mulai dari verse 1 hingga reff. Mitchell mengatur nafasnya terlebih dulu mengetahui betul lagu tersebut memilikki nada tinggi yang beresiko fals. Ia meletakan kedua tangannya didepan dada dan menutup kedua matanya. Membayangkan bahwa ia adalah Ariana Grande sungguhan memberikan suntikan rasa percaya diri lebih untuk Mitchell.

Selanjutnya juri menanyakan apakah aku bisa menyanyikan lagu dalam bahasa Korea? Yang kujawab dengan anggukan ragu. "Probably ill sing it in a wrong pronunciation though, is that okay?" Mitchell bertanya meyakinkan para juri untuk terakhir kali. "Of course thats okay, we are glad you can sing in Korean at the first place" Ujar juri pria paruh baya dengan kemeja putih yang digulung sampai siku. "Okay ill sing the reff of To My Youth by BOL4" "no no no sing it from the beginning till end"

Mitchell sangat terkejut ketika juri memintanya menyanyikan satu lagu penuh. Ia menarik nafas panjang. nothing to lose mich, anggep aja nyanyi di kamar mandi. We can do it!!!!! Ia melirik kedua temannya di bangku penonton sebelum mulai bernyanyi. Mike dan Kenta memberinya senyuman hangat.

Mitchell mulai bernyanyi dengan suara lembut. Potongan flashback mulai memenuhi kepalanya. Ia mencoba fokus pada kamera dan pantulan dirinya pada monitor kamera. Saat masuk reff, mata bulatnya berkaca-kaca namun Mitchell memfokuskan diri meraih nada tinggi dan mengatur nafasnya. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak hanyut dalam emosinya.

... Eolmana eolmana apasseulkka ...
... Eolmana eolmana apasseulkka ...
... Eolmana eolmana eolmana baraesseulkka ...

"Thats.... actually amazing" pria paruh baya di kursi juri tadi memujinya dengan tatapan kagum. Mitchell tidak bisa menahan rasa bahagia mendengar pujian dari juri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang