15

1K 87 1
                                    

Hari keberangkatan pun datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari keberangkatan pun datang. Pagi ini pukul menunjukan 6:30 namun Mitchell, Kenta dan Mike telah menginjakan kaki di Pudong International Airport. Satu minggu sudah mereka bertiga mempersiapkan audisi terakhir ini. Badan terasa remuk, tenggorokan terasa kering dan rasa kantuk tak pernah absen. Sejujurnya Mike sering bolos berlatih. Seringkali pula datang hanya untuk menonton Mitchell dan Kenta berlatih sambil sesekali memberi masukan layaknya coach. Namun Mike lah yang selalu memberi semangat saat Mitchell mulai down. 1 minggu berlalu hubungan Mitchell dan Mike sudah seperti saudara kandung.

Mrs.Soo membagikan dokumen dan tiket pesawat kepada para peserta. Yes, para peserta. Nampaknya tak hanya 3 remaja asal mancanegara saja yang berhasil lolos. Ada 8 orang lokal Shanghai yang juga ikut berangkat ke Seoul bersama mereka.

Ternyata Mrs.Soo tidak ikut berangkat. Katanya, akan ada staff SM lain yang menjemput kami di Bandara Incheon nanti. Mrs.Soo juga mengingatkan untuk selalu berpergian dalam group agar tidak ada yang tersesat. Dengan itu pula, briefing selesai dan kami diminta untuk masuk ke dalam gate.

Mitchell mengeluarkan handphone miliknya dan membuka aplikasi kamera. Click! Tepat sebelum Kenta menarik koper miliknya dan jalan menuju gate.

 Click! Tepat sebelum Kenta menarik koper miliknya dan jalan menuju gate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃🍃

Sambil menunggu boarding, mereka berbincang kecil dengan para peserta lain. Saling berkenalan satu sama lain. Mitchell tersadar bahwa ada satu kesamaan diantara semua peserta yakni mereka semua berpenampilan sangat menarik. Umur mereka semua yang tak terpaut jauh membuat mereka nyaman satu sama lain.

*convo in Mandarin*

"Kalian beneran orang luar negeri kah? Ikut audisi karena iseng?" Laki-laki berkacamata dengan perawakan tinggi yang mengaku bernama LiWei mengkonfirmasi berita yang ternyata banyak di antara kontestan lokal.

"Betul, kami bertiga datang dari Indonesia untuk mengikuti summer school tapi berakhir disini karena permainan Truth or Dare" ujar Mike semangat. Mike sangat suka berkenalan dengan orang baru dan semua orang bisa menyukai personality Mike sejak pertama kali bertemu. Berbeda kontras dengan Kenta yang lebih banyak memilih diam. Banyak peserta summer school yang salah sangka mengira Kenta adalah orang yang sombong. Padahal Mitchell tahu betul sebenarnya Kenta orang yang sangat perhatian dan baik. Namun butuh waktu untuknya untuk bisa merasa dekat dengan seseorang yang baru.

"Waaaaah! Sangat keren! Itu pasti sebuah takdir!!" Para peserta lokal berseru dengan mata berbinar. "Aku bahkan menyiapkan audisi ini sejak satu tahun lalu! Kalian pasti sangat berbakat untuk bisa lolos dari audisi tanpa latihan sama sekali" Seorang gadis ikut berseru.

Wow, satu tahun untuk bisa berada di tempat yang sama denganku. Gimana caranya aku bisa bersaing dengan seseorang dengan waktu latihan sebanyak itu? Kupikir 1 minggu latihan kemarin sudah cukup ternyata tidak.... Mitchell tak kuasa mengontrol segala fikiran jelek yang datang. Segala kecemasan yang telah ia kikis sedikit demi sedikit selama latihan kemarin mendadak sia-sia. Ia merasa tak ada yang spesial dari dirinya.

Tanpa Mitchell sadari, Kenta yang sendari tadi acuh dengan headset di kupingnya sedang memperhatikannya. Ia menyadari bahu Mitchell yang tiba-tiba lemas, dahinya yang dikerutkan dan matanya yang kosong. Selama seminggu kebelakang Kenta menyadari bahwa Mitchell yang terlihat selalu bersemangat faktanya memiliki rasa percaya diri yang sangat rendah hanya saja Mitchell sangat pintar menutupi kelemahanya tersebut. Selama seminggu itu pula Mitchell mengalami serial breakdown padahal Kenta sadar bahwa Mitchell memilikki kemampuan di atas rata-rata. Apalagi fakta bahwa Mitchell tak mengenal musik sebaik dirinya namun bisa bernyanyi dengan sangat baik. Ditambah kemampuan menarinya yang mengagumkan. Kenta terkejut ketika tahu Mitchell bisa mengingat tarian dalam beberapa jam saja.

Mitchell tersadar dari lamunannya ketika ia merasakan sesuatu yang berat di pundak kanannya. Mitchell menengokan kepalanya dan mendapati Kenta dengan raut wajah yang lagi-lagi tenang tanpa beban. Entah kenapa itu membuat Mitchell ikut tenang. Kok bisa ya Kenta selalu setenang ini. Apa itu adalah sebuah keuntungan dari terlahir berbakat?

Kenta menyunggingkan senyum kecil dan berbisik pelan, tak ingin mengambil perhatian Mike yang masih berbincang dengan peserta lain dengan semangat. "Gak usah banyak mikir. Kita udah cukup latian, gue dan lo. So everything will be fine" ujarnya pelan sambil kembali menatap mata Mitchell dengan tenang. "What if i messed up ken? Yang lain latihan 1 tahun. Aku 1 minggu" Mitchell memainkan kancing cardigan ranjutnya sambil menunduk. Tak biasanya ada orang yang bisa menyadari kegelisahannya. Tapi entah kenapa Kenta bisa sadar.

"Makanya jangan terlalu banyak mikir. Semakin lo gugup, semakin besar kemungkinan lo messed everything up. Mitch, percaya sama gue. Mereka bakal suka sama audisi lo kali ini" Ujar Kenta sambil mengambil tangan Mitchell dari kancing yang nyaris lepas dan menggenggamnya. Tangan Kenta yang hangat seperti memberi listrik semangat untuk Mitchell. Mitchell melihat tangannya di genggaman kenta dan tiba-tiba merasa udara di sekitarnya mendadak panas. Pipinya memerah dan ia tak kuasa menahan senyum lebar di bibirnya. "Thanks" ujarnya pelan.

Kenta menarik tangannya dan meletakan tangannya di kepala Mitchell untuk mengacak pelan rambutnya. Tersenyum, Kenta kembali menyibukan diri dengan headset dan ipodnya.

Sedangkan Mitchell kembali menyimak perbincangan Mike dan peserta lainnya sambil menyandarkan badan di bangku ruang tunggu.

"Kudengar dari sepupuku, kalau kita sudah berhasil sampai tahap audisi ke Korea kemungkinan besar kita sudah diterima sebagai trainee! Kecil kemungkinan tak lolos kalau sudah sampai disini" ujar LiWei. "Bukankah 11 orang terlalu banyak untuk kita semua bisa lolos menjadi trainee?" Tanya anak disebelahnya, Mitchell sudah lupa siapa namanya.

"Ya, tapi banyak orang mengundurkan diri setelah tahu rangkaian pelatihan yang akan diberikan pada trainee. Walau sudah dipastikan kita masuk, pasti ada beberapa yang memilih mengundurkan diri" Balasnya.

"Sepupumu trainee juga kah?" Mitchell tak kuasa menahan diri menanyakan pertanyaan yang sendari tadi ada di pikirannya. Kalau-kalau sepupu LiWei ini trainee, ia bisa bertanya dan belajar banyak hal baru darinya.

LiWei tersenyum sambil menjawab.
"Sepupuku? Sepupuku berhasil debut di bawah naungan SM. Dong SiCheng" katanya.

Mitchell tertegun mendengar jawaban LiWei.

Mitchell tertegun mendengar jawaban LiWei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang