Catatan : Author gk tau ini kenapa Cha p 4 ada di sini, harusnya setelah Chap 2 itu ya Chap 3, dan ini gini terus padahal udah dibenerin:'( jadi kalian bisa baca Chap 3 dlu oke.
☘️~Happy reading~☘️
Valencia masih bergumul di taman, menikmati keindahan yang memanjakan mata. Melihat sekuntum mawar, gadis itu kemudian memetiknya. Memejamkan matanya saat mencium semerbak aroma dari bunga kesukaannya itu.
Indah, namun berbahaya di saat yang bersamaan. Cantik namun berduri. Keindahannya bisa menipu siapapun. Durinya yang tajam bisa melukai siapa saja yang dia kehendaki.
Matanya yang terpejam, kini terbuka. Menampilkan netra merah cantiknya, saat mendengar langkah kaki yang kian mendekat padanya.
"Adikku yang manis, sedang apa kau di sini?" Suara bariton itu mengalun, bersamaan dengan derap langkah kaki yang berhenti.
Valencia berbalik, dengan setangkai bunga mawar di genggamannya. Terlihat olehnya sang kakak tengah berdiri di sana.
"Apa kakak sudah pikun? Ini adalah tempat kesukaanku."
Ya, taman ini adalah tempat kesukaannya di masa lalu. Dia selalu menghabiskan waktunya di sini, sebelum akhirnya dia menikah dan tinggal di Istana Neraka itu.
Arthur mendengus mendengar perkataan adiknya. Kenapa mulut adiknya itu sangat 'beracun' saat berbicara dengan kakaknya sendiri.
"Astaga, kenapa kau selalu saja menghinaku!" Arthur mendengus, menatap adiknya kesal.
"Aku hanya bercanda." Valencia terkekeh saat melihat kakaknya kesal.
"Sudahlah, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
"Apakah itu, kak?"
"Bagaimana persiapan Debut untuk lusa nanti?"
"Semua sudah siap, kak"
"Benarkah? Ayah bilang kau menyiapkannya sendiri."
"Tentu, itu semua sudah ku atur."
Mendengar itu, Arthur menghela napas lega. Dia kira adiknya yang manja itu tidak bisa mempersiapkan Debutnya sendiri.
"Baguslah, akhirnya kau berhenti menjadi gadis manja."
Valencia hanya menatap kakaknya jengah, dia tidak berniat membalas ucapan kakaknya. Karena itu memang kebenarannya, dulu dia adalah gadis bangsawan manja dari kediaman Adelaine.
Tapi sekarang, dia telah kembali untuk mengubah semuanya. Dia akan membuat akhir bahagia untuk dirinya sendiri dan membalas semua ketidakadilan yang diterimanya saat ia masih menyandang status "Ratu Altasia".
"Jadi, haruskah kakakmu yang tampan ini berdansa dengan 'si manja Adelaine' dari Altasia?"
Valencia menatap kakaknya datar, dia memutar bola matanya malas. Inilah sifat narsis yang dia benci dari kakaknya itu.
"Sayang sekali, aku sudah mempunyai pasangan dansa," ucap Valencia dengan seringai di bibirnya. Netra merahnya menatap sang kakak, seolah menanti sesuatu yang menarik.
Wajah berseri yang tersemat pada pemuda berusia 21 tahun itu menghilang, berubah menjadi datar. Matanya menyorot dingin sang adik.
"Orang bodoh mana yang berani mengajak adikku berdansa?"
Ya, inilah yang Valencia tunggu. Sifat posesif sang kakak.
Walaupun Arthur agak mengesalkan dengan segala perangai yang dia punya. Tapi sebagai kakak, dia sangat menyayangi kedua adiknya. Dia bisa melakukan apapun untuk kedua adiknya itu.
Sebelum ibu mereka meninggal, Arthur diberi amanat untuk menjaga adik-adiknya.
'Arthur, putraku tersayang. jagalah dan lindungi kedua adikmu. Ibu tidak ingin melihat anak-anak ibu bersedih, buat mereka bahagia. Jadilah kakak yang baik, dan jangan lupa untuk mencari kebahagiaanmu sendiri.'
Itulah kata-kata terakhir ibunya, sebelum Veronica menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan duka yang begitu mendalam bagi kediaman Adelaine.
Sejak saat itu, Arthur berjanji pada dirinya sendiri untuk menjalankan amanat terakhir sang ibu.
"Benarkah? Memangnya Kakak berani melawan pria itu?" Valencia menatap siluet seseorang di belakang tubuh Arthur, dia berusaha keras menahan tawanya, saat wajah 'orang itu' mengerut kesal.
"Apa maksudmu? Memangnya siapa orang bodoh itu?" Arthur menatap adiknya kesal, apakah Valencia meremehkan kakaknya sendiri?
"Aku takut kakak lari terbirit-birit setelah mengetahuinya." Valencia kembali menggoda kakaknya, dia belum puas.
Biar saja kakaknya mendapat masalah. Salahnya sendiri menjadi sok jagoan. Memikirkan itu, membuat senyumnya semakin merekah.
Astaga, dia tidak pernah sebahagia ini sejak 8 tahun yang lalu. Saat itu hidupnya sangat suram dan penuh lika-liku, membuatnya tidak pernah merasakan kembali kebahagiaan.
"Hei, kau meremehkan kakakmu ini?!!" Melihat adiknya tersenyum, membuat Arthur semakin kesal saja.
"Katakan, siapa orang bodoh itu!!" Arthur melanjutkan, menagih nama 'orang itu' kepada sang adik.
Tiba-tiba saja, sebuah telapak tangan besar menarik rambut pemuda itu. Membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.
"A-ayah, kenapa menarik rambutku?!"
Arthur meringis, tarikan ayahnya sangat kuat. Rambutnya seperti dicabut paksa dari kepalanya.
"Berani sekali kau mengatai ayahmu sendiri!!"
Ya, itu Hendry. Dia berdiri di sana, mendengar percakapan kedua anaknya. Tadi, saat dia sedang mencari Robert untuk menggantikan pekerjaannya, dia malah melihat putra-putrinya sedang berdua di taman.
Niat hati ingin menghampiri mereka, dia malah mendengar ucapan putra sulungnya yang sedang menistakan dirinya.
Dari situ, muncullah suatu ide di kepala Hendry. Sepertinya alasan 'hukuman' cukup bagus untuk membuat Arthur menggantikan pekerjaannya.
Malang sekali nasibmu Arthur, Harus menjadi korban kejahilan kedua ayah-anak itu.
Mendengar penuturan ayahnya, mata Arthur membola. Seolah menyadari sesuatu, dia menyorot adiknya dengan tatapan kesal.
"Kau harus mendapat hukuman, Arthur!!" tegas Hendry. Dia kemudian menarik Arthur dari taman itu.
"Valencia, awas kau!!" Tangannya menunjuk-nunjuk sang adik, menafsirkan kekesalannya. Ingatkan dia untuk membalas adiknya nanti.
Valencia hanya melihat itu dengan tawa indah yang mengalun dari bibirnya, bahkan sudut matanya sampai mengeluarkan air mata. Dia sangat bahagia bisa berkumpul kembali dengan keluarga yang dia rindukan.
"Aku harap, kebahagiaan ini tidak akan pernah hilang."
☘️*******☘️
Nyebelin bgt WP tuh, minta ditimpuk!😠
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...