Catatan:
gak bakal tau reaksi kalian gimana setelah liat ini, tapi tolong baca chapter ini sampe habis ya plis~🧡☘️~Happy reading~☘️
"Kita sudah sampai, Nona." Suara sang kusir terdengar di telinga Valencia, bersamaan dengan pintu kereta kuda yang kini telah terbuka.
Untuk sejenak, gadis itu memejamkan matanya beberapa kali, mencoba menghalau pancaran sinar matahari yang menusuk matanya.
"Silahkan, Nona." Seorang prajurit mengulurkan tangannya pada Valencia, mencoba menjalankan etiket kebangsawanan yang berlaku.
"Terimakasih," balas gadis itu seraya tersenyum, yang langsung saja membuat prajurit muda di depannya merona.
Valencia mendongak, netra merah gadis itu berkilat saat menatap bangunan raksasa berwarna putih yang kini terpampang di hadapannya.
Gedung yang kini berdiri kokoh di hadapannya, merupakan kuil pertama yang dibangun di Kerajaan Altasia. Walaupun sudah ratusan tahun terlewati, tetapi kesan agung nan suci yang memancar dari dalamnya tidak pernah pudar hingga kini. Dan hal itulah yang menjadikan bangunan ini sebagai satu-satunya Kuil Suci di Kerajaan Altasia.
Seseorang berpakaian putih menghampiri Valencia, pria itu kemudian menunduk hormat pada sang Nona Adelaine.
"Nona muda Adelaine," ujarnya seraya tersenyum kecil pada Valencia yang juga membalas senyumannya.
Ya, hanya Valencia yang datang ke Kuil Agung. Tadi pagi, sang ayah tiba-tiba mendapat panggilan mendadak untuk menghadiri rapat Kerajaan. Mengingat itu, membuat Valencia kembali menghela nafas panjang.
"Silahkan ikuti saya, Pendeta Agung sudah menunggu anda di dalam."
Valencia hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan, kaki gadis itu kemudian melangkah mengikuti pemandu jalan di depannya.
Dalam perjalanannya, Valencia dapat melihat banyak orang berpakaian putih yang berlalu-lalang di sekitar kuil ini.
Berkali-kali gadis itu dibuat berdecak kagum kala melihat interior kuno yang menghiasi Kuil ini masih tetap indah dan tak lapuk termakan waktu juga zaman. Betapa mengagumkan, pikirnya.
Setelah sekian waktu Valencia berjalan, akhirnya pria di hadapannya kini berhenti, tepat di depan sebuah pintu besar, sebelum kemudian mengetuknya pelan beberapa kali.
"Silahkan, Nona. Pendeta Agung sudah menunggu anda di dalam." Usai berkata seperti itu, pria pemandu di hadapannya kini pergi, meninggalkan Valencia sendiri di depan pintu besar itu.
Tangan lentik itu terulur, Valencia kemudian membuka pintu besar di hadapannya.
Dapat gadis itu lihat, seorang pria tua berpakaian putih sedang berdiri di sebuah altar kecil yang di atasnya terdapat semacam bola kristal tembus pandang.
Pria tua itu kemudian tersenyum pada Valencia, yang dibalas senyuman juga oleh gadis berambut putih itu.
Valencia kemudian menundukkan sedikit tubuhnya seraya menaikkan kedua ujung gaunnya sebagai tanda hormat.
Bagaimanapun, Pendeta Agung Katharos adalah sosok yang sangat dihormati seantero Altasia. Bahkan, keluarga kerajaan pun menaruh hormat terhadap eksistensinya.
Hal itu tak terlepas dari jasanya, dia berperan besar dalam membantu kerajaan untuk terhindar dari pengaruh kekuatan jahat, dia juga membantu mengirimkan bantuan untuk daerah terdampak perang, dan masih banyak lagi kebaikan yang pernah dia lakukan hingga kini dihormati banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...