☘️~Happy reading~☘️
Hugo memposisikan pedangnya di depan dada, memegangnya dengan erat menggunakan kedua tangan. Pria itu kemudian menghembuskan nafas panjang dan perlahan mulai memejamkan mata.
"Atas nama dan sumpah seluruh leluhur Fluternd yang terdahulu," bisik dang Duke dengan lirih.
Setelah mengucapkannya, seketika kelopak mata itu terbuka, menampilkan netra biru laut yang tampak menyala dengan sangat terang, sungguh sangat berbeda dari biasanya.
Sang Duke kemudian memfokuskan pandangan pada pedangnya, dan kemudian berkata. "Berkobarlah!"
Wushhh
Seketika, pedang itu kini dilapisi oleh kobaran api biru yang membara, tampak sangat panas!
Di sisi lain, para musuh yang menyaksikan kejadian itu, membelalak lebar menatap sang Duke tidak percaya. Bahkan, beberapa dari mereka melangkah mundur dengan tubuh bergetar.
"A-apa ... itu?"
"Mengerikan! Dia seorang penyihir!"
"Mustahil!"
"Monster! Dia monster!
Hugo kemudian mendongak, menatap tajam para musuhnya dengan mata biru menyala, membuat nyali orang-orang berjubah hitam itu menjadi ciut seketika.
Sang Duke dengan cepat melesat, hampir tak terlihat. Hugo menebaskan pedang kepada para musuhnya, membuat mereka yang terkena tebasannya hangus terbakar dan berubah menjadi abu.
"Arghhhh!"
"Tidak! Hentikan argghhh!"
"Panas! Tolong aku!"
"Ini menyakitkan! Ampuni aku!"
Teriakan rasa sakit kemudian bergaung di seluruh hutan, menyisakan tumpukan abu hitam dari manusia yang hangus terbakar.
"Ini petaka! Kita harus pergi! Persetan dengan imbalannya, aku harus tetap hidup!" seru salah seorang berpakaian hitam yang masih tersisa, dengan segera pergi menjauhi sang Duke dengan tergesa-gesa.
Melihat mangsanya yang berusaha kabur, Hugo hanya mendengus dingin. Sang Duke kemudian mengambil kembali busurnya dan menembakkan sebuah anak panah yang dilapisi oleh api biru.
Jlebb!
"Arghhh!"
Dan tepat! Anak panah tersebut menancap di punggung sebelah kiri mangsanya, yang lalu membuatnya terbakar oleh kobaran api biru, hangus menjadi abu. Sungguh mengerikan!
Setelahnya, Hugo kembali mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan semua musuhnya telah habis tidak tersisa.
Sang Duke lalu menaruh sebelah telapak tangan di bibir, membentuk sebuah simpul dengan jarinya, pria itu kemudian meniupnya dengan keras, menciptakan suara siulan yang melengking.
Tak lama setelahnya, seekor kuda hitam datang dan berhenti tepat di hadapannya. Tak ingin menghabiskan waktu, Hugo kemudian memacu kudanya dengan cepat, mencari keberadaan Putra Mahkota yang tadi sempat dilumpuhkan dan diculik oleh seorang berbaju hitam yang masih hidup.
"Waktuku tidak banyak!" dengus pria itu dengan nafas terengah-engah.
Memang benar, kekuatan yang dahsyat datang dengan konsekuensi yang tidak ringan juga. Penggunanya bisa dengan cepat kehabisan tenaga dan energi. Oleh karena itulah, sang Duke sebisa mungkin hanya menggunakannya di saat-saat genting.
Kuda hitam yang ditunggangi oleh sang Duke melesat dengan sangat cepat menyusuri rimbunnya pepohonan.
Netra biru menyala milik pria itu menangkap sebuah pergerakan tak jauh darinya.
Menyadari bahwa itu adalah mangsa terakhirnya, sang Duke lalu menarik busurnya dengan kuat, memusatkan pandangan pada mangsanya, sebelum melesatkan sebuah anak panah beruncing besi.
Brukk!
Anak panah itu tepat mengenai kaki musuhnya, ini memang rencana Hugo untuk melumpuhkan orang itu. Tentu saja, seorang pelaku harus diinterogasi dahulu sebelum dibunuh, bukankah begitu?
Sang Duke kemudian turun dari kudanya, dengan cepat menghampiri Putra Mahkota yang hanya terkulai lemas dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, beberapa anak panah dan belati menghiasi tubuh pria malang itu.
"Aku tidak mengira kondisinya akan separah ini," ujar Hugo, sebelum memanggul Alexander ke kudanya, sang Duke terlebih dahulu memeriksa keadaan mangsa terakhirnya yang tidak bergerak sama sekali sedari tadi.
Dan benar saja, pria berpakaian hitam itu membunuh dirinya sendiri dengan racun yang sudah terpasang di dalam mulutnya.
"Taktik lama, tetap saja menjijikkan!" ujar Hugo seraya berdecih kesal. Tapi dengan hal ini, sang Duke jadi mengetahui, bahwa dalang dari penyerangan putra mahkota dan tunangannya tempo lalu adalah orang yang sama.
Tanpa membuang waktu, Hugo lalu membawa sang Putra Mahkota menaiki kudanya, melesat dengan cepat melewati rimbunnya hutan yang rindang.
"Anda harus bertahan, Yang Mulia, keberhasilan rencana kami bergantung pada nyawa anda."
☘️*******☘️
"Hai sepupu!" sapa Arabella ramah pada Valencia.
"Salam kepada tuan Putri," ucap beberapa nona bangsawan yang tadi bersama Valencia.
Sementara itu, Valencia hanya berdecih sinis dalam hati kala melihat kepuasan di wajah sepupu iblisnya itu.
"Sepupu, sudah cukup lama kita berjumpa, bagaimana kabarmu?" tanya gadis bermata merah itu berbasa-basi, walaupun dalam hati sangat jijik untuk melakukannya.
"Ah, seperti yang kau lihat, aku selalu baik-baik saja, bukankah begitu kawan-kawan?" tanya Arabella pada gerombolan gadis yang mengikutinya sejak tadi.
"Syukurlah kalau begitu," balas Valencia ingin segera mengakhiri pembicaraan memuakkan ini.
"Hah, baiklah kalau begitu selamat tinggal, banyak tamu yang harus ku sapa," ujar Arabella dengan tawa menyebalkan, sebelum wanita itu beranjak dari sana bersama gerombolannya.
"Sungguh! Tingkahnya membuatku muak!" kesal seorang Nona bangsawan dengan terang-terangan, yang diam-diam disetujui oleh yang lainnya, bahkan oleh Valencia.
"Perhatikan ucapanmu! Dia seorang Putri sekarang," peringat yang lainnya.
"Oh ya Nona Adelaine, saya tidak melihat keluarga anda sedari tadi, apakah tuan muda arthur tidak berpartisipasi?" ujar salah seorang di antara mereka, yang seketika membuat suasana hening.
"Ah ya, perjalanan mereka sedikit terhambat karena beberapa alasan," balas Valencia berasalan, gadis itu juga sebenarnya sangat khawatir karena tidak tau keadaan keluarganya sekarang.
Sahutan dan teriakan heboh tiba-tiba terdengar dari arah timur, perhatian mereka semua seketika teralihkan pada suatu objek yang melesat dengan cepat menuju ke kemah pusat kesehatan.
"Astaga, bukankah itu tuan Duke Fluternd dan Yang Mulia Putra Mahkota?"
"Apa yang terjadi? Tadi itu sangat cepat, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas."
"Sepertinya terjadi sesuatu pada mereka."
Suasana di tempat itu langsung saja dipenuhi oleh kepanikan orang-orang yang penasaran dengan keadaan kedua lelaki itu.
Sama halnya dengan Valencia, walaupun gadis itu sudah memprediksi kejadian ini, tetap saja Valencia merasa khawatir dengan keadaan tunangannya itu.
"Aku harap semuanya berjalan sesuai dengan rencana."
☘️*******☘️
Hoii~ gimana kabarnya? Hehe author up lagi nihh😆 gimana-gimana? Kangen gak sama Valencia dkk.?
Koreksi klo ada yang typo yaa, soalnya author ngetiknya pas malem banget hehe
Oh iya, buat kedepannya author bakal jarang up😥 soalnya semua dah normal lagi, jadi bakal lebih banyak aktivitas😭 tapi jangan khawatir, cerita ini bakal terus lanjut kok😉
Yaudah deh segitu aja dlu bye-bye ketemu lagi di next chapter yaa:-)
Btw, next dong!! Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...