☘️~Happy reading~☘️
Brak!
"Astaga, mereka bisa membuatku gila!"
Valencia memasuki kamarnya dengan nafas memburu. Gadis itu kemudian bersandar pada pintu dan meluruhkan tubuhnya di lantai, terlihat seperti orang yang sedang depresi.
"Walaupun begitu, terima kasih pada isi kepalaku yang bisa dengan cepat menemukan alasan bagus," ujar Valencia seraya berusaha menormalkan kembali deru nafasnya.
Whuss
"Ahhhh." Valencia terlonjak kaget saat Xadern tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Astaga, kenapa kau melakukannya?!" ujar gadis itu kesal. Sekarang, Valencia harus kembali memulihkan detak jantungnya yang sempat menggila.
"Maafkan saya, Nona," ujar pria itu membuat Valencia kembali jengah, pria itu masih saja memanggilnya "Nona", membuatnya kesal!
"Baiklah, jadi ada apa?" tanya gadis itu langsung pada intinya, tak ingin berbasa-basi.
"Pertunangan anda, Nona. Apakah itu termasuk bagian dari rencana kita?" tanya pria bermata hijau itu, menatap Valencia dengan pandangan rumit.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Ya, aku belum sempat membicarakan hal ini bersamamu, kita hampir kehabisan waktu."
"Tapi, kenapa harus Duke Fluternd, Nona?" tanya Xadern, bukankah Duke itu masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Kerajaan? Lalu mengapa Valencia malah bekerja sama dengannya?
"Dia mitra yang tepat! Kita semua punya musuh yang sama," balas gadis itu, mencoba memberi pengertian pada pria yang sedang berdiri di hadapannya kini.
"Adelaine dan Fluternd adalah dua keluarga besar yang memilih untuk netral dan tidak berpihak pada sisi manapun," ujar Valencia menambahkan, membuat Xadern mengerti garis besar dari langkah yang diambil gadis itu.
"Dan anda berencana menyatukan kedua keluarga untuk membangun pondasi yang lebih kuat?" tebak pria itu tepat sasaran, yang dibalas oleh Valencia dengan anggukan kepala. Kagum dengan betapa cepatnya Xadern dalam memahami sesuatu.
"Tepat! Dan hal itu akan membuat Ratu Senna berpikir dua kali untuk menjatuhkan Adelaine ataupun Fluternd," balas gadis itu yang langsung dimengerti oleh Xadern.
"Baiklah, sekarang saya mengerti."
"Kalau begitu ..." Gadis itu menjulurkan sebelah tangannya pada Xadern, yang hanya dipandang oleh pria itu dengan bingung.
"Bantu aku berdiri, Xadern!" ujar gadis itu jengah melihat tingkah Xadern yang aneh seperti ini, ada apa dengan pria itu?! Rasa-rasanya dulu Xadern tidak seperti ini.
Grap!
"Akhirnya, terjebak dalam posisi seperti itu membuat kakiku sangat pegal," ucap gadis itu seraya menggerak-gerakkan sedikit bagian tubuhnya yang terasa pegal.
"Jadi, apakah kau kesini hanya untuk bertanya hal itu, Xadern?" tanya Valencia yang dibalas gelengan oleh pria itu.
"Count Adamantine sepertinya merencanakan pembunuhan terhadap seseorang saat acara perburuan tahunan diselenggarakan," jelas Xadern, menatap serius pada gadis itu.
Mendengar itu, Valencia memutar otaknya. Ternyata pria itu sudah mulai bergerak. Tapi yang jadi masalah, siapa targetnya? Apakah itu dirinya?
"Awasi selalu pria itu, laporkan jika kau sudah menemukan informasi baru," ujar Valencia yang dibalas anggukan oleh Xadern.
"Baiklah, kalau begitu saya pamit, Nona." Xadern langsung melesat secepat bayangan, melaksanakan tugas yang diberikan oleh gadis itu.
"Sama seperti saat datang, pria itu juga pergi dengan cepat, hidupnya monoton sekali," ujar Valencia seraya menghela napas panjangnya.
Gadis itu kemudian berjalan menuju ranjangnya dan mulai merebahkan tubuhnya. "Terkadang ... ini semua membuatku sangat lelah." Valencia yang bertujuan menutup matanya untuk sejenak, malah berakhir mengarungi alam mimpi.
☘️*******☘️
Tok! Tok! Tok!
Valencia melenguh kecil dalam tidurnya, netra merahnya kemudian terbuka saat indra pendengaran miliknya mendengar ketukan beruntun itu.
"Masuklah, Ella!" Perintah gadis itu cukup keras. Siapa lagi yang berani mengetuk pintu kamarnya secara beruntun seperti itu kalau bukan Ella?
"Nona! Anda harus bersiap-siap sekarang, ini sangat genting!" ucap Ella dengan wajah paniknya yang sangat kentara.
"Memangnya ada apa?" tanya Valencia dengan muka bantalnya, sedikit bingung dengan tingkah Pelayan pribadinya itu.
"Tuan Duke Fluternd baru saja datang, Nona!"
"Hmmm, lalu?" tanya Valencia lagi yang sepertinya belum mendengar dengan jelas ucapan Ella.
Seakan menyadari sesuatu, mata gadis itu terbelalak. "Tunggu! Duke Fluternd?!" sentaknya yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Ella.
"Bantu aku bersiap-siap, Ella!" ujar Valencia seraya beranjak dari ranjangnya.
Gadis itu dengan cepat berlari ke kamar mandi miliknya dan hanya membasuh mukanya saja, persetan dengan bau tubuhnya! Dia lebih khawatir tentang kemungkinan yang akan terjadi di antara calon tunangannya dan ayahnya!
Valencia kemudian memakai gaun yang sudah disiapkan oleh Ella, dan menyemprotkan cairan pewangi pada beberapa bagian tubuhnya, bagaimanapun dia adalah bangsawan wanita yang punya reputasi untuk dijaga.
Tidak lucu jika muncul sebuah rumor yang mengatakan bahwa putri Marquess Adelaine tidak pandai merawat dirinya.
Gadis itu kemudian duduk di meja rias miliknya, memperhatikan wajahnya yang kini sedang dirias tipis oleh Ella. Valencia memang tidak suka memakai riasan tebal seperti sepupunya Arabella itu. Terlihat sepeti badut!
"Baiklah, sudah selesai," ujar Ella setelah selesai menata rambut nona mudanya itu.
"Kerja bagus! Apakah ada yang aneh dari penampilanku, Ella? tanya Valencia seraya memutar-mutarkan tubuhnya di hadapan gadis pelayan itu.
"Tidak, Nona! Anda terlihat sangat cantik," puji Ella seraya memberikan kedua jempolnya pada gadis itu.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita turun."
Valencia berjalan dengan anggun menuju ruang tamu bersama Ella yang terus mengikutinya dari belakang.
Sebelum menuruni tangga, gadis itu menghela napasnya panjang. Setelah mengumpulkan tekadnya, kaki Valencia kemudian melangkah menuruni anak tangga satu persatu.
Semua atensi kini teralih padanya, bulu kuduknya terasa berdiri melihat aura dingin yang terpancar di antara Duke Fluternd dan ayahnya itu.
"Akhirnya, Adikku yang manis sudah datang!"
Valencia kemudian melemparkan tatapannya pada sang kakak yang kini memandangnya dengan senyuman yang sangat lebar, yang hanya dibalas senyuman kikuk oleh gadis itu.
Entah kenapa Valencia agak merinding sekarang!
"Aku harap semuanya berjalan dengan baik," ujar gadis itu pelan pada dirinya sendiri.
☘️*******☘️
Hoi! Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya! Maaf baru bisa update hari ini, soalnya sibuk banget di rl😭
Oh ya, Maaf juga kalo part ini agak cringe atau kurang greget. Kalo ada typo tolong koreksi ya😌
Udh deh, segitu aja dlu, kita ketemu lagi di Chapter selanjutnya.
Next dong!
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...