☘️~Happy reading~☘️
Udara pagi yang sejuk mulai menghangat seiring dengan pergerakan sang mentari yang menyinari dunia. Kegelapan malam kini sudah benar-benar lenyap, menunggu waktu bagi cahaya bulan kembali datang dan menyelimuti daratan bumi.
Naiknya sang mentari menginisiasi kesibukan banyak insan di berbagai belahan dunia. Setiap orang melakukan rutinitas harian mereka demi memenuhi kebutuhan mereka yang tak pernah cukup.
Berbeda dengan tempat lain yang dipenuhi kesibukan dan kegiatan. Istana Altasia megah yang seharusnya menjadi tempat paling sibuk di Altasia kini terlihat sunyi. Lorong-lorong istana tampak sepi, tak terlihat adanya kehidupan.
Di suatu ruangan dalam Istana, tampak seorang pria tengah tergeletak tak berdaya di atas meja. Kepalanya terkulai lemas di atas alas kayu, tak lupa dengan surai merah menawannya yang tak tertata.
Perlahan, netra Kevin terbuka. Lengan pria itu bergerak mengusap kelopak matanya, menghilangkan pandangan kabur. Mengangkat kepalanya, Kevin dengan tersentak menyadari bahwa ia masih berada di ruangan sang Putra Mahkota. Sang Ajudan itu lalu bangkit dari kursi dengan gelagapan, berpikir bagaimana mungkin kesadarannya bisa kecolongan? Seingatnya, ia tengah menunggu sang Putra Mahkota, lalu kenapa bisa ia tiba-tiba tertidur di meja tuannya? Nyawanya akan melayang jika Alexander mengetahui kecerobohannya.
Kevin kemudian menengok ke jendela, mendapati Kilauan mentari yang mulai terik menerangi langit. Sang ajudan terbelalak, berapa lama ia tertidur di meja Alexander? Ini gila, di mana ... Putra Mahkota?
Dengan tangkas Kevin berlari menuju pintu keluar dan membukanya, meninggalkan meja Alexander dengan sebuah gelas berisi cairan ungu di atasnya. Netra pria itu menangkap keberadaan seorang prajurit yang sedang berdiri tak jauh dari pintu.
"Hei, apa yang sedang kau lakukan? Bangun!" Kevin menegur si prajurit yang kedapatan terlelap dalam tugasnya. Prajurit itu berdiri dengan kelopak mata tertutup.
Mendengar suara Kevin, pria berzirah itu tersentak kaget, sedikit kebingungan karena kesadarannya ditarik tiba-tiba dari bunga tidur.
"Ah, Tuan Kevin, maafkan saya!" Prajurit itu berujar ampunan menghadapi tatapan Kevin yang tajam dan mengintimidasi.
"Lupakan! Di mana Putra Mahkota?" Tak ingin berbasa-basi, Kevin segera menanyakan sesuatu yang kini menjadi kekhawatirannya.
"Saya tidak melihat Yang Mulia Putra Mahkota, Tuan."
"Tentu saja kau tidak melihatnya! Kau jelas lalai dalam tugasmu!" Dengan risau Kevin kembali ke ruang kerja sang Putra Mahkota, matanya bergulir menatap setiap sudut ruangan itu, mencari keanehan yang mungkin dapat menjawab rasa penasarannya.
Pandangannya tiba-tiba terhenti, mengunci objek gelas yang berada di atas meja. Gelas itu berisi minuman yang ia tenggak sebelum terlelap. Mencium suatu keganjilan, Kevin kemudian meraihnya, memperhatikan cairan ungu aneh yang ada di dalamnya. Seingatnya itu adalah teh, bagaimana mungkin bisa berubah warna dalam sekejap? Kecuali, kalau itu adalah sejenis obat tidur.
"Sial!"
Menyadari sesuatu, Kevin mengepal erat tangannya. Pria berambut merah itu dengan cepat bergegas keluar, mencari keberadaan Alexander yang hilang entah kemana.
☘️*******☘️
Di dalam sebuah ruangan yang gelap dan sunyi, terbaring seorang pemuda tampan bersurai pirang di atas sebuah altar batu kecil. Alexander tampak tak sadarkan diri.
"Dasar Pangeran bodoh! Hahahaha!" Senna kemudian muncul dengan tawanya yang menggila. Wanita itu tampak menenteng pedang di tangannya. Entah rancangan apa lagi yang hendak dilakukannya. Benar-benar wanita iblis!
Di belakang sang Ratu, berdiri seorang wanita berpakaian pelayan, wanita yang berhasil memperdaya Putra Mahkota.
"Di mana Thomas?" Sang Ratu kemudian menoleh, menanyakan keberadaan putranya yang akhir-akhir ini selalu menghilang.
"Pangeran Thomas kini sedang berada di kediaman Adamantine, Yang Mulia."
Mendengar jawaban itu, Ratu Senna memasang wajah masam dan berujar, "Thomas juga bodoh! Di saat ibunya dalam keadaan seperti ini, anak itu malah bersenang-senang dengan harta Adamantine, tidak bisa diharapkan!"
Ratu Senna kembali mengarahkan pandangannya pada Alexander yang kini tak berdaya. Menatap pemuda di hadapannya dengan tatapan merendahkan.
"Bocah tengik! Sekarang apa yang bisa kau lakukan, huh? Tidak ada! Kau sama saja seperti ibumu yang tidak berguna!" cemooh Senna dengan tanpa henti. Agaknya, wanita itu memiliki dendam tersendiri pada Alexander.
Ratu Senna kemudian beralih menatap bilah besi tajam yang ada di tangannya. Seringai bengis itu terpancar dari wajah jahatnya, menunjukkan niat busuk yang berputar di kepalanya.
"Seharusnya kau berterimakasih kepadaku, karena sebentar lagi kau akan segera menemui ibumu yang bodoh itu, hahaha!" Ratu Senna dengan tanpa ragu mengangkat tinggi pedang di tangannya, mengarahkannya pada tubuh Alexander. Siap mengiris leher pemuda malang itu.
"Tamat riwayatmu!" Bilah pedang tajam mulai berayun dengan kencang ke bawah. Senna sudah tak sabar melenyapkan anak tirinya itu.
Prangg
Kelopak mata sang Putra Mahkota tiba-tiba terbuka, lengannya kini terangkat menangkis pedang yang hampir merenggut nyawanya. Alexander menghempaskan pedang itu dengan tangan kosong, seakan tak peduli pada keadaan lengannya yang terluka.
Pria itu kini mendongak menatap Ratu Senna dengan berani, netra biru cemerlangnya kini memancarkan kilau merah gelap yang mengerikan. Aura pewaris tahta menguat kental di sekitarnya, menandakan kekuatan darah kerajaan yang mulai bangkit.
☘️*******☘️
Hiii~ apa kabar semuanya 😆 maaf baru update yaaa(^^) gimana nih kabarnya? Sehat selalu yaa😉 semangat teruss!
Kalau ada typo kasih tau ajaa:-D segitu aja kali ya, jangan sungkan kasih saran & kritik😄
Byeee~☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...