Page 24 : The Revenge Plan

60.4K 8.4K 74
                                    

☘️~Happy reading~☘️

Kelopak mata cantik itu terbuka, menampilkan netra merah ruby yang menawan. Gadis itu melenguh kecil saat sekujur tubuhnya terasa lemas dan sulit digerakkan.

Valencia memegang pelipisnya, mencoba menggali alasan mengapa ia berakhir terbaring di kamarnya saat ini, karena seingatnya dia berada di Kuil Suci bersama Sang Pendeta Agung Katharos.

Kepala gadis itu menoleh ketika indra pendengarannya menangkap suara decitan pintu. Valencia kemudian bernafas lega ketika melihat seseorang yang masuk ternyata adalah ayahnya, Hendry.

Pria paruh baya itu menghampiri Valencia dengan raut kekhawatiran yang sangat kentara. Terlihat sekali bahwa dia sangat menyayangi putrinya itu.

"Apa yang kau rasakan, Putriku?" tanya Hendry pada gadis itu.

"Apa kau merasakan sakit? Di sebelah mana? Ayah akan segera memanggil dokter." Belum sempat Valencia menjawab, Hendry sudah menghujaninya lagi dengan berbagai macam pertanyaan.

"Aku baik-baik saja, Ayah." Gadis itu tersenyum pada sang Ayah, menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.

"Tapi, bagaimana aku bisa ada di sini?" ujar Valencia menatap bingung pada sang ayah.

"Kau pulang dalam keadaan tidak sadarkan diri bersama sepucuk surat yang menjelaskan semuanya." Hendry menatap sang putri dengan serius setelah menjawab pertanyaannya.

Seolah paham dengan tatapan itu, Valencia lantas menundukkan kepalanya dan berkata dengan lirih. "Apa Ayah kecewa dengan keputusanku?"

Sedangkan Hendry hanya diam dan menatap gadis itu dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak.

Tiba-tiba, Valencia merasakan usapan kecil di pucuk kepalanya, membuat gadis itu seketika mendongak memandang Hendry yang kini tengah tersenyum padanya.

"Ayah bangga padamu, pasti sangat sulit bagimu untuk mengambil keputusan, tapi pada akhirnya kau bisa melewatinya dengan baik." ujar pria paruh baya itu menatap putrinya dengan raut cerah tak tergambarkan.

"Tapi ... "

"Berkah itu adalah milikmu, dan hanya kau yang berhak untuk menentukan keputusanmu, mengerti?" potong Hendry yang seolah mengetahui ucapan apa yang akan putrinya itu katakan.

"Tapi, bukankah keluarga kita membutuhkannya?" tanya Valencia penasaran, pasalnya saat dia mengambil keputusan, gadis itu sudah siap menghadapi resiko yang ditimbulkannya, termasuk diacuhkan oleh sang Ayah.

"Keluarga Adelaine sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh, dengan atau tanpa pemilik berkah," jawab Hendry untuk meletuskan rasa penasaran putrinya itu.

Ya itu benar, pikir Valencia. Beberapa generasi keluarga Adelaine memang tidak diberkahi tubuh beracun, tapi sampai saat ini kediaman Adelaine masih kokoh berdiri walaupun dilanda badai konflik yang sempat menimpa kerajaan ini ratusan tahun lalu.

Grep

Valencia memeluk sang Ayah dengan erat yang dibalas tak kalah erat oleh Hendry. Dia sangat berterimakasih kepada sang Dewa yang telah memberikannya kesempatan kedua untuk menebus segala kesalahannya di masa lalu.

"Oh, benar,"ujar gadis itu tiba-tiba seolah menyadari sesuatu.

"Urusan mendadak apa yang membuat Ayah tidak bisa menemaniku ke kuil Agung?" tanya Valencia pada Hendry.

"Ini tentang sepupumu, Arabella." Kebetulan sekali, Hendry memang berniat memberitahukan sang putri tentang permasalahan sepupumu mereka.

"Pernikahan gadis itu akan tetap berlanjut."

Ucapan Hendry sontak saja membuat gadis itu terkejut, yang kemudian disusul dengan kekehan kecil yang merdu.

"Aku kira itu sudah hancur?"

"Entahlah, pernikahan itu direncanakan secara tertutup."

Secara tertutup? Pikir Valencia yang tengah berusaha sekuat mungkin untuk tidak menyemburkan tawanya di depan sang Ayah.

"Astaga, ternyata mereka begitu gigih untuk melanjutkannya," ujar gadis dengan senyum yang tidak dapat diartikan.

Hendry tak langsung menjawab, pria itu sekali lagi membelai pucuk kepala Valencia dengan penuh kasih sayang.

"Yah, begitulah tabiat Adamantine."

☘️*******☘️

Di bawah temaram cahaya sang Bulan, terlihat seseorang yang mengenakan jubah hitam tengah berjalan mengendap-endap di sepanjang lorong kediaman Adelaine.

Perlahan tapi pasti, langkah pria itu membawanya menuju taman belakang kediaman Adelaine yang merupakan tempat favorit Valencia.

Setelah sampai di sana, pria itu kemudian mengangkat tangannya ke udara dan menjentikkan jarinya untuk beberapa kali, terlihat seperti sedang memberi kode.

Dan benar saja, tak lama kemudian muncul seseorang lainnya yang juga menggunakan jubah hitam, gerakannya yang cepat hampir tidak bisa ditangkap oleh mata, membuatnya terlihat seperti sebuah bayangan.

Si pria yang memberi kode tadi, lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam jubahnya, semacam gulungan kertas seperti surat.

Setelahnya, memberikan gulungan tersebut pada orang di depannya yang ia panggil tadi menggunakan kode tangan.

"Sampaikan ini secara langsung pada Tuan besar. Lakukanlah tugasmu dengan benar, mengerti?!" ujarnya yang hanya dibalas anggukan oleh orang di hadapannya.

"Kalau begitu pergilah, sebelum seseorang menemukan kita!" Setelah menyerahkan gulungan surat, pria itu kemudian pergi meninggalkan orang tersebut sendirian di taman.

Setelah beberapa saat hanya berdiam diri di tempat, orang tersebut kemudian membuka tudung jubahnya, menampilkan wajah maskulin seorang pria bermata hijau yang merupakan ciri khas keluarga Hillard.

"Kehancuranmu, akan segera tiba!"

☘️*******☘️

Haii~ gimana kabarnya? Moga selalu sehat ya, maaf kalo jarang update. Yang bisanya seminggu dua kali berubah jadi seminggu sekali. Duh, maaf banget ya😭

Koreksinya kalo ada typo huhu, maaf ya kalo Chapter ini agak cringe gitu, soalnya my brain sedang dipusingkan dengan tugas-tugas yang menumpuk😭😭

Yaudah deh segitu aja dulu, kita ketemu lagi di next Chapter

Bye~🧡

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang