Page 11 : The real Villain

86.5K 11.1K 109
                                    

☘️~Happy reading~☘️

"Hormat saya kepada Nona muda Adelaine." Seorang pria paruh baya berpakaian pelayan membungkukkan tubuhnya di hadapan Valencia.

Valencia hanya diam, tak menanggapi ucapan pria itu. Dia baru saja keluar dari kamarnya setelah insiden cermin pecah yang terjadi sebelumnya.

Awalnya dia agak terkejut melihat pria di depannya, namun dengan cepat raut wajahnya kembali seperti semula, tenang bagai air tak beriak.

"Saya Azir, Kepala pelayan yang baru di kediaman ini." Lanjut pria itu setelah memberi hormat kepada putri dari majikannya.

"Aku tidak tahu jika kepala pelayan Benard sudah pensiun." Valencia tersenyum, menatap pria di depannya yang sekarang menjabat sebagai kepala pelayan baru di kediaman Adelaine.

"Beliau mengundurkan diri beberapa hari yang lalu, Nona."

"Pantas saja aku tidak melihatnya akhir-akhir ini." Valencia masih tersenyum, meneliti dengan seksama pria di depannya ini, lalu tak lama kemudian dia menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu aku permisi lebih dulu, lanjutkan pekerjaanmu, Azir." Ujar Valencia, kemudian melenggang pergi meninggalkan paruh baya itu.

"Baik, Nona."

Azir membungkukkan tubuhnya lagi, lalu menegakkannya kembali saat melihat punggung Valencia kian mengecil pertanda menjauh.

Ketika Azir memandangi Nona mudanya itu dari kejauhan, netra paruh baya itu berkilat misterius, tak lupa dengan seringai kecil di sudut bibirnya.

Setelah melihat Valencia benar-benar menghilang dari pandangannya, dia beranjak dari sana, bersiap untuk mengerjakan tugas yang diberikan tuannya.

☘️*******☘️

"Azir sudah menjalankan perannya, itu artinya mereka sudah bergerak untuk menghacurkan keluarga ini." Valencia bergumam kecil di tengah langkah kakinya selepas pergi meninggalkan kepala pelayan itu.

Valencia tentu mengenal Azir. Di kehidupannya dulu, dia juga masuk ke kediaman ini sebagai kepala pelayan yang baru, menggantikan Benard.

Dulu dia sangat bodoh, tidak mencurigai kepala pelayan itu. Penyesalan selalu datang di saat terakhir, bukan? Dan hal itulah yang terjadi pada Valencia dulu.

Di saat keluarga Adelaine sudah hancur, identitas Azir akhirnya terbongkar. Ternyata, Azir adalah bawahan Adamantine yang ditugaskan untuk membongkar rahasia dan mencari kelemahan keluarganya.

Pria itu, bisa dibilang sebagai yang paling berjasa meluluhlantahkan keluarga Valencia dulu. Semua bisnis, aset, juga harta keluarganya berhasil Azir genggam dengan mudah.

Dia tidak pernah tahu, dimana para Adamantine itu menemukan bawahan yang sangat berbahaya seperti Azir.

Berkat pria itu, keluarga Adelaine hancur dan otoritasnya diambil alih oleh para sampah Adamantine. Sungguh memuakkan saat Valencia mengingatnya kembali.

Gadis itu harus segera menyingkirkan Azir, sebelum semuanya kembali terulang seperti dulu.

"Azir, semua rencana busukmu akan segara berakhir, bahkan sebelum kau memulainya."

☘️*******☘️

"Hormat saya kepada Yang Mulia Ratu Senna." Ujar seorang pria berambut putih seraya membungkuk hormat pada wanita bermahkota di hadapannya. Pria itu adalah, Delon Axelus De Adamantine.

"Apa yang membawamu kemari, Count Adamantine?" Ujarnya berbasa-basi, tentu saja dia tahu maksud dari kedatangan pria di hadapannya ini.

"Anda pasti sudah mendengar, hal yang menimpa putra anda, Yang Mulia." Ucap Count Adamantine langsung ke intinya. Dia tidak punya cukup waktu untuk sekedar mengobrol Dengan sang Ratu.

"Dan hal itu juga menimpa putrimu, Count Adamantine." Ujar wanita itu dengan nada sinis.

Tentu saja Ratu Senna tidak terima, jika Count Adamantine hanya menyudutkan Putranya. Bukankah putrinya juga terlibat dalam hal ini? Dasar tua Bangka picik!

"Saya harap, anda melakukan sesuatu untuk meredam rumor di luar sana yang tentunya sangat merugikan pihak kita." Ucap Delon dengan tegas.

Ratu Senna memincingkan mata, tentu saja dia cukup pintar untuk menangkap maksud dari ucapan pria di hadapannya ini.

"Baiklah, Putrimu akan masuk ke Istana, dengan status sebagai Selir Pangeran Kedua." Ratu berujar santai sembari menyesap tehnya.

Delon yang mendengar ucapan Ratu seketika menggeram rendah, bagaimana bisa Putrinya menjadi penghuni Istana dengan status Selir? Dimana dia akan menaruh mukanya di hadapan para Bangsawan lain!!

Bayang-bayang dimana para Bangsawan akan menertawakannya terlintas di kepalanya, membuat emosinya membuncah dengan cepat.

"Saya tidak menerima keputusan ini, Yang Mulia Ratu!" Ujarnya, menahan agar tidak berteriak pada wanita berstatus tinggi di hadapannya ini.

"Kau menentang ucapan seorang Ratu?" Wanita itu mendelik tidak suka saat mendengar ucapan sang Count.

"Jangan sampai keputusan anda membuat saya menyesal karena telah berpihak pada anda!" Akhirnya, pria itu menggunakan kartu andalannya. Yaitu ucapan yang menyiratkan bentuk pemberontakan terhadap kubu sang Ratu.

BRAKK!

"Lancang sekali kau mengancam diriku!"

Ratu Senna menyentak mejanya dengan keras, membuat semua peralatan tehnya berceceran. Dia sangat murka mendengar ucapan Delon. Memangnya siapa pria itu hingga berani mengancamnya?!

"Saya harap, keputusan yang anda ambil, tidak akan merugikan saya dalam hal apapun!" Ujarnya dengan tenang, mengabaikan kemarahan sang Ratu.

"Kalau begitu saya undur diri Yang Mulia Ratu." Delon memberi hormat, kemudian beranjak dari sana, meninggalkan sang Ratu yang dibuat dongkol olehnya.

Menghela nafas panjang, Ratu Senna mencoba mendinginkan kepalanya. Benar! Dalam situasi apapun, seorang Ratu harus selalu mengedepankan pikirannya dan tidak boleh bertindak gegabah saat mengambil keputusan.

"Untuk saat ini, aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti keinginannya." Ujar wanita itu mendengus.

Jika saja Count Adamantine bukan salah satu pendukungnya, maka dengan senang hati Ratu Senna akan memerintahkan anak buahnya untuk menebas kepala bedebah tua itu!

Untuk saat ini, dia masih membutuhkan kemampuan pria itu yang akan sangat berguna membantu putranya mendapatkan takhta Raja.

Mempunyai cukup banyak koneksi dengan kerajaan-kerajaan lain, akan sangat disayangkan jika kehilangan relasi dengan Delon. Jika pria itu sampai terbunuh, maka kubu Ratu Senna akan mendapat kerugian yang cukup besar.

Jadi dengan berat hati, Ratu Senna menurunkan egonya demi Count sialan yang sayangnya sangat berguna itu!

Lagipula, jika Count Adamantine sudah tak berguna lagi untuknya, maka dia siap untuk menjadi malaikat kematian bagi pria itu, tak peduli kemanapun pria itu pergi atau bersembunyi, Ratu Senna tentu tidak akan melupakan penghinaan ini.

☘️*******☘️

Disini ada yang suka sama genre Transmigrasi gak? Kalo mau, bisa cek profil author ya. Di sana udah ada reading listnya. Sorry ya klo part ini agak nyeleneh gitu, soalnya Author ngetiknya pas lagi ngantuk hehe🙂

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang