☘️~happy reading~☘️
Semburat merah itu datang melingkupi wajah manis sang nona Adelaine. Ucapan Hugo tadi, begitu menyentil hatinya yang terasa hampa. Dan kini, luapan rasa yang tak bisa ia jelaskan membuncah seperti kupu-kupu yang berterbangan.
"Pantaskah aku?" tanya Valencia pada dirinya sendiri, ragu. Entahlah, gadis itu merasa isi kepalanya kini tidak bisa membantunya berfikir jernih. Ada apa dengannya?
"Kenapa tidak?" timpal Hugo dengan senyum kecilnya. Seketika hati Valencia berdesir hangat dan semakin berbunga-bunga.
"Tapi ... bagaimana caraku melakukannya?" tak bisa dipungkiri, Valencia sendiri masih kebingungan. Kebahagiaan dirinya? Jujur saja, hal ini tidak pernah terpikirkan oleh Valencia di kehidupannya kini.
Sejak bangkit kembali, yang Valencia pikirkan hanyalah menuntut balas atas masa lalunya. Juga, menyelamatkan keluarganya demi menebus rasa bersalahnya dahulu.
Valencia ingin memberikan kehidupan yang baru, kesempatan yang baru untuk orang-orang yang dia cintai. Tak pernah terpikirkan untuk memprioritaskan ego pribadinya selama ini.
"Maksudku, aku ragu apa kebahagiaan itu sebenarnya?" Duka dan lara membungkus masa lalunya yang kelam. Kesenangan yang gadis itu rasakan hanyalah tawa semu semata.
"Tentu saja aku bahagia melihat kehidupan baru keluargaku, setidaknya rasa bersalahku terbayarkan," jelas Valencia pada Hugo, yang masih asyik terpejam menikmati keberadaan gadis itu dalam rengkuhannya.
"Tapi tetap saja, aku merasa hampa dan kosong, apakah sang Dewa tidak ingin mengambil kembali jiwaku saja?" racau gadis itu mulai melantur. Entahlah, apa yang terjadi dengan isi kepala Valencia sekarang ini. Bisa-bisanya berpikiran seperti itu.
"Kenapa sang Dewa harus mengambil kembali jiwamu?" tanggap Hugo tenang, agaknya memaklumi kekacauan yang tengah terjadi dalam kepala gadis itu. Valencia hanya sedang bingung dan kehilangan arahnya untuk melangkah.
"Tugasku sudah selesai, bukankah seharusnya aku sudah kembali?" pungkas gadis itu dengan jalan pikiran seadanya. Sorot sendu menggerayangi pupil merahnya.
"Apa tidak bosan merasakan kematian?" tanya Hugo dengan nada rendahnya, membuat tunangannya itu bergidik. Namun, meskipun begitu pelukan sang Duke justru semakin erat membungkus Valencia.
Keduanya terlihat menggemaskan berpelukan di bawah butiran salju yang berjatuhan.
"Aku kira tubuhku akan langsung menjadi transparan mengikuti pancaran cahaya ilahi yang terhubung dengan awan, lalu terbang ke langit." Valencia terkekeh geli menertawakan isi pikirannya yang mulai tidak karuan.
"Bisa-bisanya," tawa renyah itu menguar dari sang Duke.
Sontak saja Hugo menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya. Tersenyum kecil karena merasa gemas melihat pipi tembam itu dalam genggamannya.
"Aku rasa kita harus membedah isi kepalamu itu," pungkas Hugo tertawa terbahak-bahak setelahnya.
"Apa?" Valencia menatap horor Duke Fluternd yang terlihat seperti pembunuh berantai. Astaga, sejak kapan gejala-gejala itu muncul?
"Kau terlihat mengerikan!" sinis sang nona Adelaine tidak menyangka. Ke mana lunturnya wibawa dingin itu?
"Ah, benarkah? Mungkinkah aku mulai gila?" Hugo bertanya dengan tatapan tengilnya, yang bahkan baru Valencia lihat seumur hidupnya!
Seringai kecil Kemudian terbit di wajah tampan sang Duke, membuat Valencia terpaku dengan mata merahnya yang membulat. Tak lupa semburat merah terpatri di pipinya.
'sejak kapan pria ini menjadi seorang penggoda?'
Tak tahan, Valencia menghempaskan tubuh Hugo. Membuat untaian hangat di antara mereka berdua terurai.
"Apa-apaan?!" sentak Valencia masih dengan wajah merahnya yang tentu saja membuat sang Duke semakin gemas dan tak tahan. Tawa yang tertahan itu akhirnya menggelegar dengan merdu.
Bahkan, para maid dan prajurit yang berada di kediaman Fluternd pun tersentak saat mendengarnya. Tak terkecuali Valencia yang juga merasa terpana karena baru pertama kali mendapati Hugo yang tertawa begitu lepasnya sekarang.
Sang Duke kemudian menarik kembali gadis itu dengan cepat ke dalam rengkuhannya.
"Apa yang?" pungkas Valencia yang tak sempat menghindar dan berakhir menjadi guling tunangannya itu.
"Kenapa kau sering sekali memeluk tubuh mungilku ini Tuan Duke?" protes Valencia dengan suara yang teredam.
"Karena kau itu seperti kelinci putih dengan mata merah yang sangat menggemaskan." Sontak saja, Wajah gadis itu kembali mendidih mendengar ungkapan sang Duke yang terlalu jujur itu.
'astaga? Apakah ini mimpi?' monolog Valencia tak menyangka Hugo bisa berkata-kata manis seperti itu. Kemana perginya gelarnya sebagai pria dingin dan kejam?
Untuk beberapa saat, kesunyian menerpa kebersamaan mereka berdua. Keduanya mencoba meresapi jalinan hangat yang tercipta di tengah turunnya butiran salju. Menikmati situasi mereka saat ini.
"Sebenarnya, bukan hanya kau saja yang bingung mengenai kebahagiaan, itu juga berlaku padaku," ungkap Hugo tiba-tiba, pria itu menumpukan dagunya di pucuk rambut sang nona Adelaine.
"Kenangan indah yang paling aku ingat adalah saat aku kecil saat kedua orang tuaku masih hidup, setelahnya aku hanya mencoba bertahan hidup di dunia yang kejam ini." Netra biru itu terpejam menyelami masa lalunya yang suram.
Benar, nasib Hugo dan Valencia tidak berbeda jauh. Mereka berdua sama-sama mengalami masa suram yang merenggut kebahagiaan mereka.
"Namun, apa kau tahu? Aku dengan cepat berhasil mengatasinya," ujar sang Duke dengan senyuman di ujung bibirnya, membuat Valencia mendongak dengan jantung yang berdegup kencang.
"Aku menemukan kebahagiaanku sekarang," lanjut pria itu tersenyum dengan sangat tulus.
"Benarkah?" Valencia berujar dengan tanpa sadar, tak bisa mengalihkan tatapannya dari pemandangan langka ini. Kapan lagi ia bisa melihat wajah kaku itu tersenyum seperti ini?
"Ya, dan itu terjadi saat aku bertemu denganmu."
☘️*******☘️
Holaaaaaa! Welcome buackkkkk to my story! Gimana kabarnyaaaaa Kelen semua? Sehat-sehat selalu yak!😉
Gimana gimana gimana? Garing gak chapter ini??? Jujur aja deh sumpah, author gak pinter bikin scene romance, suka geli sendiri🤣🤣
Maapkeun yah kalo full valen-hugo, santai dulu gak sieeee? Atau mau langsung meluncur ke next konflik? Ahahaha
Kalo ada kurangnya bilang, jangan dipendem yaaaaw~
Paiiiii paiiiii~☘️☘️☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...