Page 27 : Crown Prince

58.1K 7.7K 82
                                    

☘️~Happy reading~☘️

"Silahkan, Yang mulia." Seorang pria berpakaian prajurit membawa sebuah nampan berisi segelas wine di atasnya, dia kemudian mempersilahkan sang majikan untuk meminumnya.

"Terimakasih, Kevin."

Pria berparas tampan yang dipanggil "Yang mulia" itu lalu meminum isi gelas tersebut, netra coklatnya yang indah kemudian terpejam, menikmati setiap tetes cairan yang kini mengalir membasahi kerongkongannya.

Pria itu terlihat sangat menawan, bahkan saat dia sedang minum. Rambutnya yang berwarna pirang kecoklatan tampak bersinar terkena teriknya sinar matahari yang menembus melalui sela-sela jendela. Tubuhnya yang nampak kokoh, dibaluti setelan mewah dengan ornamen-ornamen emas yang menghiasi. Tak lupa dengan jakunnya yang naik-turun saat pria itu minum, membuatnya tampak lebih maskulin.

Dia bagaikan pahatan hidup yang diciptakan sang Dewa sebagai salah satu keindahan dunia. Dialah Alexander, sang Putra Mahkota kebanggan Altasia.

"Yang mulia, apa sebaiknya anda berhenti saja melanjutkan rencana itu?" ucap pria bernama Kevin itu dengan ragu-ragu.

PRANG!

"Apa maksudmu, Kevin?!"

Gelas yang berada di genggaman Alexander, pecah begitu saja. Bongkahan tajam itu kemudian berserakan di lantai. Dapat Kevin lihat, terdapat lelehan cairan merah di sela-sela kepalan tangan sang majikan.

"Yang mulia ... "

"Jangan membuatku berpikir bahwa kau salah satu dari mereka, Kevin."

Alexander menatap Kevin nyalang, mata pria itu menampilkan amarah. Kevin juga melihat tatapan penuh kekecewaan yang dilemparkan Alexander padanya.

"Tidak Yang mulia, hanya saja ... Wanita itu sangat berbahaya."

Kevin memandang tuannya itu dengan tatapan sayu. Dia sudah cukup tahu perjuangan Alexander dalam melewati semua penderitaan yang sang Putra Mahkota itu terima sejak kematian Ratu Victoria yang akhir-akhir ini diketahui 'penyebabnya' oleh Alexander.

Tatapan kekecewaan yang tampak di mata Alexander tadi bukan sekedar kecewa karena pengkhianatan. Tapi bagi sang Pangeran, Kevin lah satu-satunya orang yang mau menemaninya melewati semua pahitnya kehidupan di istana setelah sang Ibunda meninggal.

Mendengar ucapan Kevin, Alexander menghela napas panjang. Sebelah tangan pria itu kini memegang pelipisnya yang terasa pening. Beberapa bulan ini, dia selalu merasa emosional setelah mengetahui penyebab kematian sang ibu.

"Aku sudah memutuskannya, Kevin," ucapnya kemudian, membuat Kevin tak bisa berkutik lagi menghadapi sikap keras kepala sang Pangeran.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi keduanya. Untuk sejenak, kedua pria itu bertatapan. Kemudian, Kevin pun menganggukkan kepalanya dan segera bergegas menghampiri pintu.

Seraya menunggu Kevin yang tampak berbicara dengan seorang pelayan, Alexander memperhatikan kembali lengan kanannya yang kini dihiasi cairan merah, darahnya.

Pikirannya kembali menerawang tentang ucapan Asisten pribadinya itu tadi. Yah, melawan Ratu Senna sama saja dengan memasuki kandang singa betina yang ganas.

Hampir mustahil baginya untuk menaklukkan Ratu Senna dengan statusnya kini yang hanya seorang Pangeran. Apalagi, wanita itu mempunyai banyak antek-antek yang tentu saja tidak bisa diremehkan.

Alexander menghela napasnya panjang setelah memikirkan semua itu.

"Yang mulia." Panggilan itu membuat Sang Pangeran mendongakkan kepalanya, menatap Kevin yang kini berdiri di hadapannya.

"Yang mulia Raja dan Ratu meminta anda untuk mengunjungi mereka di aula Istana Vandell."

☘️*******☘️

Istana Vandell, kediaman para Raja dan Ratu Altasia.

Alexander berjalan dengan tegap saat menyusuri lorong panjang yang akan membawanya pada Sang Raja dan Ratu. Terlihat di belakangnya sang asisten mengikuti, siapa lagi kalau bukan Kevin? Si rambut merah ajudan sang Putra Mahkota.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka berdua sampai di depan sebuah pintu besar yang dijaga beberapa prajurit.

Kevin lalu memberikan kode kepada salah satu prajurit agar mengumumkan kedatangan Alexander.

"Putra Mahkota Alexander Georgea Vicansa de Altasia memasuki ruangan!"

Bersamaan dengan pengumuman kedatangannya, Alexander menerobos pintu dan segera memasuki ruangan yang sedang ditempati oleh Ayahnya dan Ibu tirinya itu.

"Hormat dan salam saya pada Yang Mulia Raja," ucap Alexander lantang seraya melakukan salam ala ksatria.

Untuk sesaat, sang Raja menyipitkan matanya sebelum menghela napas panjang.

"Berdirilah, Putraku!" perintahnya pada Alexander.

"Ada keperluan apa sehingga Yang mulia Raja memanggil saya?" Alexander bertanya pada sang Raja dengan tampang datarnya.

"Perburuan tahunan akan dilaksanakan minggu depan di Duchy Fluternd." Bukan sang Raja yang menjawabnya, melainkan wanita yang berada di sampingnya, Ratu Senna.

"Dan kau diharuskan untuk hadir," sambung sang Raja kemudian, menimpali ucapan istrinya.

"Maaf, tapi aku tida-"

"Seorang Putra Mahkota harus dikenal oleh para rakyatnya, terlalu lama berada di medan perang tidak sepenuhnya baik untukmu yang menyandang status penerus Kerajaan."

Belum sempat Alexander berbicara, Ratu Senna segera memotong ucapannya. Sontak saja hal itu memantik kekesalan sang Putra Mahkota, tatapan tajam segera ia layangkan pada Ratu Senna.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri!"

Tak ingin memperpanjang masalah, Alexander segera beranjak pergi dari sana. Meninggalkan sang Raja yang kembali menghela napas panjang saat melihat tingkah putranya itu.

☘️*******☘️

Hai~ apa kabarnya? Semoga sehat selalu ya^_^ akhirnya setelah sekian lama bisa update juga😆

Sumpah sibuk banget! Apalagi ini semester akhir, banyak ujian praktek woi😭

Maaf banget ya kalo Chapter ini banyak typo dan rasanya garing. Soalnya lagi gk fokus pas nulisnya😣 inipun dicicil tiap hari baru bisa update hari ini.

Yaudah deh, segitu aja dulu. Kita ketemu lagi di next Chapter ok?

Bye~☘️

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang