☘️~Happy reading~☘️
"Lama tak berjumpa, bagaimana kabar anda, Nona Adelaine?"
"Ah, saya baik-baik saja, Nona Clarence," tanggap gadis berambut putih itu dengan ramah.
"Ya, saya khawatir tentang keadaan anda setelah melewati semua insiden yang mengerikan itu," celetuk seorang putri count yang langsung disenggol oleh temannya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana tentang pertunangan anda, Nona Adelaine?" tanya seorang lainnya mengalihkan pembicaraan, yang disambut heboh oleh mereka yang tidak mengetahui beritanya sama sekali.
"Bertunangan?"
"Astaga! Benarkah itu Nona Adelaine?"
"Sangat tidak terduga!"
"Dengan siapa anda bertunangan, Nona Adelaine?"
Valencia yang sedang meminum tehnya hampir saja tersedak mendapat rentetan pertanyaan yang tidak terduga itu.
"Ah, itu benar, saya baru saja bertunangan tidak lama ini," pungkas gadis itu dengan senyum kecil.
"Astaga, maaf karena kami baru mengetahuinya sekarang," ujar Lexana Viviane de Arvent, putri dari count Arvent yang terkenal akan bisnis herbalnya. Gadis cantik berambut putih susu itu menatap Valencia dengan tidak enak.
"Jangan seperti itu, pertunangan saya memang dilaksanakan secara tertutup, seharusnya saya yang meminta maaf kepada kalian," jelas Valencia merasa bersalah. Ya, memang benar, pertunangannya dengan sang Duke memang dilakukan secara tertutup, tanpa membuat pesta perayaan apapun.
"Maaf jika saya lancang, tetapi ... berkenankah anda memberitahu kami semua, dengan pria mana anda bertunangan?" sahut seorang nona muda yang sepertinya masih diliputi rasa penasaran.
Untuk sesaat, Valencia merasa kaku. Gadis itu kemudian menghela nafasnya pelan sebelum menjawab.
"Saya ... bertunangan dengan Tuan Duke Fluternd."
Sontak saja pengakuannya itu disambut jeritan tertahan dari para nona muda pecinta rumor. Sudah bukan rahasia umum lagi jika sang Duke Fluternd dikenal karena reputasinya sebagai pria kejam dan dingin.
"Astaga! Apakah itu benar?"
"Nona Adelaine, anda yakin dengan pertunangan itu?"
"Bagaimana mungkin? Apakah anda tidak mengetahui rumornya?"
"Tuan Duke memang sangat tampan, tetapi bukankah itu tidak sebanding dengan sifat kejamnya?"
Ekhemm!
Deheman dari Lexana mampu membuat mulut para nona muda itu terdiam dalam sekejap. Entah kenapa bisa seperti itu.
"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kalian membuat Nona Adelaine merasa tidak nyaman," peringatnya dengan tegas, alis gadis itu tertekuk, tak lupa dengan netra jingganya yang menghunus tajam.
Sedangkan, Valencia yang tadi bersiap menyemburkan bisanya pada para nona muda yang mengoceh itu, kini terdiam. Gadis itu cukup kagum dengan aura Lexana yang mendominasi. Putri count itu sangat berbeda dari gadis lain seusianya, sikapnya sangat dewasa.
"Ah, tidak apa-apa Nona Arvent, saya baik-baik saja," ujar Valencia dengan senyum tipis, berusaha menghilangkan kecanggungan di antara mereka.
Sorak-sorai heboh yang tiba-tiba terdengar, mengalihkan atensi para Nona muda yang berada di sana.
Mereka, termasuk Valencia, menoleh. Mendapati seorang wanita berpakaian glamor dengan sebuah topi yang menutupi seluruh wajahnya, wanita itu sedang dikerubungi oleh para gadis bangsawan lainnya.
"Itu ... putri count Adamantine?"
"Bukankah seharusnya, Tuan Putri Arabella de Vicansa?" timpal seorang nona muda lain dengan nada mencemooh.
"Mau bagaimanapun, dia adalah seorang Tuan Putri sekarang." Lexana menyeruput tehnya dengan tenang.
"Benar, harus lebih berhati-hati jika ingin berurusan dengannya," sahut yang lainnya menimpali.
Sementara itu, Valencia hanya diam dan mendengarkan dengan tenang, mengabaikan ocehan para nona muda itu tentang Arabella.
Karena yang pasti, apapun jabatan yang dimiliki oleh sepupunya itu, tidak akan pernah bisa mengobarkan hasrat balas dendamnya!
☘️*******☘️
Sang Duke menunggang kudanya dengan tenang. Menyiapkan sebuah busur, lengkap dengan anak panahnya. Netra biru lautnya yang tajam mengintai ke sekitar.
Hugo juga tidak melepaskan pandangannya dari sang Putra Mahkota, yang juga sedang menunggangi kuda putihnya, tepat beberapa puluh meter di depannya.
Entah sang Pangeran menyadarinya atau tidak, tapi yang pasti, tugas sang Duke adalah mengawal pria itu secara diam-diam, karena ini adalah salah satu rencana yang diusulkan oleh Valencia kepadanya.
Hugo seketika langsung mengalihkan pandangannya ke pepohonan, kala mendengar suara gesekan dedaunan yang tak wajar.
Hikkk!
Suara kuda yang melengking dengan keras itu seketika membuat sang Duke tersadar. Hugo dengan cepat memacu kudanya saat melihat sang Putra Mahkota tengah diserang oleh beberapa orang berjubah hitam.
"Putra Mahkota!" sentak sang Duke seraya memfokuskan pandangannya untuk menembakkan anak panah.
Zrattt
Berhasil! Satu anak panahnya tepat mengenai titik vital seorang berjubah hitam.
Setelahnya, Hugo mengeluarkan pedangnya. Seraya menunggang kuda, sang Duke menebas satu persatu para musuh yang berusaha menghalanginya. Pria itu semakin kalut saat melihat keadaan Putra mahkota yang kian terpojok.
Hugo memacu kuda hitamnya semakin cepat, berusaha menolong sang Pangeran yang jaraknya hanya tersisa beberapa meter lagi di hadapannya.
Namun, tiba-tiba ...
Zratttt
Brukk
Hugo terjatuh dari kudanya dengan keras saat sebuah anak panah melesat mengenai lengan kirinya, berguling-guling di tanah, sebelum terhenti karena punggungnya menabrak dahan pohon.
Dengan nafas memburu, bercampur dengan rasa perih dan kesadaran yang masih tersisa, Hugo berusaha bangkit.
"Sialan, tidak ada cara lain, aku harus menggunakannya!"
☘️*******☘️
Haii~ maaf baru balik nulis lagi, sibuk banget minggu ini, sekolah udah mulai lagi😭 jadi harus bener-bener nungguin waktu luang buat nyicil cerita ini. Sekali lagi maaf yaa:-(
Koreksi klo ada typo, maaf juga klo Chapter ini agak cringe atau gimana, yang pasti, cerita ini bakal dilanjut sampe end kok😉
Udah deh segitu dlu, byeee~
Next dong!
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...