☘️~Happy reading~☘️
Laju kereta kuda berhenti, pertanda kereta sudah sampai di tempat tujuan.
Hugo dengan cepat beranjak dari tempat duduknya, membimbing Valencia untuk ikut berdiri bersamanya.
"Kita sudah sampai."
Pintu kemudian terbuka, sang Duke turun terlebih dulu. Pria itu lalu berbalik seraya menerima uluran tangan tunangannya, membimbing gadis berambut putih itu untuk turun.
Valencia tersenyum kecil menanggapi. "Terimakasih."
"Tentu," balas pria itu dengan suara bariton miliknya.
Netra merah milik Valencia kemudian memindai ke sekitar, menyadari kehadiran beberapa kereta kuda lain dengan lambang khas milik para bangsawan yang dapat dengan mudah gadis itu kenali.
"Ternyata sudah banyak yang datang lebih dulu," pungkas gadis itu, masih menatap ke sekitar.
Suara lonceng yang entah dari mana, tiba-tiba mencuri perhatian kedua pasangan itu.
Hugo dan Valencia mengalihkan pandangan ke sumber suara, menemukan sebuah kereta kuda dengan ukuran yang relatif besar, berhiaskan ornamen emas, dan memiliki kesan megah, melaju mendekati mereka.
Gadis bermata merah itu kemudian tersentak, sesaat setelah menyadari keberadaan lambang kerajaan yang tertera di kereta kuda besar itu.
"Kereta kuda Kerajaan?" gumam Hugo, kening pria itu berkerut bingung.
Setelah kereta kuda itu benar-benar berhenti, sebuah tikar merah digelar di depan pintu kereta, seorang prajurit kemudian datang dan meniupkan terompet dengan cukup keras.
Tak lama setelahnya, muncullah seorang pria paruh baya dengan perawakan gagah, tak lupa dengan sebuah mahkota bertengger di kepalanya. Itu Ferdinand, sang Raja Altasia yang masih berkuasa memimpin Kerajaan ini.
Di sampingnya, sosok wanita paruh baya menyusul. Mengenakan gaun merah yang sangat mencolok, dengan dihiasi beberapa pernak-pernik indah yang melingkari.
Postur tubuhnya yang tegak sungguh menggambarkan sosok wanita aristokrat terhormat, dagunya yang diangkat naik menambah kesan angkuh, tak lupa dengan sorot tajamnya yang menatap ke sekitar. Walaupun begitu, tak dapat dipungkiri bahwa parasnya masih memesona di usianya yang sudah tak lagi muda.
Itu Senna, sang Ratu Altasia yang masih memerintah bersama suaminya Raja Ferdinand.
"Hormat kami, pada Yang Mulia Raja Ferdinand dan Yang Mulia Ratu Senna," pungkas Hugo dan Valencia bersamaan seraya melakukan penghormatan ala bangsawan.
Raja Ferdinand hanya tersenyum kecil melihatnya, berbeda dengan sang Ratu yang hanya memandang datar pasangan itu.
"Sudah, angkatlah kepala kalian," ujar sang Raja ramah mengusap kepala keduanya. Valencia sudah tidak heran lagi dengan tindakan sang Raja yang terlewat ramah dan baik hati itu.
Hugo dan Valencia lantas mendongak, gadis itu tersenyum kecil menatap Raja Ferdinand, berbeda dengan Hugo yang ekspresinya berubah menjadi datar seketika. Sang Duke terlalu muak untuk berbasa-basi di hadapan seorang pembunuh.
Melihat itu, sang Raja hanya mendesah pasrah. "Lama tidak bertemu, keponakan kecil, bagaimana kabarmu sekarang?"
"Baik," jawab singkat Hugo, yang langsung saja mendapat senggolan peringatan dari sang tunangan.
"Maafkan sikapnya, Yang Mulia."
Valencia menatap tidak enak pada sang Raja, entah apa yang membuat Hugo bersikap seperti itu pada pria paruh baya yang baik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...