Page 15 : About Past

76.1K 10.5K 66
                                    

☘️~Happy reading~☘️

"Nona." Seruan itu terdengar disertai ketukan beruntun di pintu kamar Valencia.

Valencia yang sedang duduk di atas ranjangnya pun hanya memandang malas ke arah pintu. Tentu saja dia mengenali pemilik suara yang sedari tadi memanggilnya itu, siapa lagi kalau bukan pelayan pribadinya, Ella.

"Masuklah, Ella," panggil gadis itu pada Ella.

Pintu kamarnya terbuka. Dapat dilihat oleh Valencia, Ella sedang berjalan cepat ke arahnya dengan membawa sepucuk surat di tangannya.

"Kenapa kau begitu tergesa-gesa, Ella?" tanya Valencia menatap bingung pada pelayannya itu.

"Anda mendapat undangan pernikahan, Nona!" ucap Ella sedikit heboh.

"Pernikahan? Siapa yang menikah?"

"Pangeran Thomas dan Nona Adamatine!" tukas Ella, menjawab pertanyaan sang Nona.

Valencia yang mendengarnya, seketika mengerjapkan matanya cepat, kemudian gadis itu hanya terkekeh kecil. Rencananya berjalan dengan sempurna, gadis itu juga tak menyangka bahwa semua prediksinya akan terjadi secepat ini.

Dalam pikirannya, Ratu Senna yang angkuh dan sombong itu mungkin agak sulit untuk ditundukkan. Tapi siapa yang menyangka, bahwa Count Adamantine bisa dengan cepat menaklukannya. Entah apa yang dia lakukan pada wanita nomor satu di kerajaan Altasia itu.

"Astaga, bukankah mereka sangat tidak tahu malu, Nona?" Ella menatap kesal pada surat undangan itu.

"Mereka bahkan tidak meminta maaf tentang hancurnya pesta Debutante anda," gerutu pelayan pribadinya itu

"Dan sekarang, mereka mengundang anda untuk pesta pernikahan? Rasanya aku ingin mendorong mereka ke jurang," lanjutnya lagi. Tentu saja Ella kesal, karena ulah kedua orang itu, pesta sang Nona menjadi hancur berantakan.

Valencia yang mendengar ocehan Ella, hanya memutar bola matanya malas. Padahal pesta yang hancur itu adalah miliknya, kenapa justru malah Ella yang kesal? Dia benar-benar tidak mengerti jalan pikir pelayan pribadinya itu.

Tiba-tiba, netra merah gadis itu terbelalak untuk sesaat, sebelum kemudian mengerjapkan matanya cepat, menyadari sesuatu. Sepertinya, dia baru saja kedatangan seorang tamu.

"Sudahlah Ella, berhenti mengoceh dan segera lanjutkan pekerjaanmu."

Ella yang mendengarnya langsung saja cemberut. Dia bahkan belum mengeluarkan semua keluh kesahnya.
Dengan berat hati, Ella berbalik untuk mengerjakan perintah sang Nona.

"Baik Nona, saya permisi."

Setelah memastikan Ella benar-benar pergi, Valencia kemudian menutup pintu kamarnya dan segera menguncinya.

"Sekarang, kau bisa keluar," ujar gadis itu entah kepada siapa.

Setelah Valencia berucap demikian, sesosok bayangan menghampiri gadis itu, berdiri di depannya. Perlahan, tampilan sosok itu berubah, menjadi seseorang yang Valencia kenal.

"Salam saya kepada Nona muda Adelaine," sapa sosok itu, memberi gestur hormat ala Bangsawan pria, tak lupa dia juga mencium punggung tangan gadis itu. Membuat Valencia justru terkekeh kecil saat melihatnya.

"Ada apa denganmu? Terakhir kali kita bertemu, kau malah melemparkan belati ke arahku," balas gadis itu seraya tersenyum miring menatap pria di depannya.

"Saya bersedia untuk bekerja sama dengan anda." Pria itu menatap gadis di depannya datar, mengacuhkan sindiran Valencia sebelumnya.

"Jadi, kau akhirnya percaya padaku, Tuan muda Hillard?" tanya gadis berambut putih itu dengan tawa renyah.

"Ya, Nona," jawab pria di depannya yang ternyata adalah La Carol.

Hillard, keluarga Bangsawan bergelar Viscount yang sudah jatuh 15 tahun yang lalu. Saat itu, Kerajaan Altasia di digegerkan dengan peristiwa yang disebut Navire de la Mort. Kala itu, Ratu Senna mengundang beberapa Bangsawan untuk mengunjungi pulau pribadinya yang berada di bagian selatan Kerajaan Altasia.

Mereka pergi menggunakan kapal mewah yang disiapkan secara khusus oleh sang Ratu. Ditengah perjalanan, kapal mereka di bajak oleh perompak. Hampir seluruh penghuni kapal dibantai. Setelahnya, para perompak itu menyiramkan minyak di seluruh bagian kapal, kemudian menyalakan pemantik api, membuat kapal itu terbakar seketika. Api merambat dengan cepat, menghanguskan semua bagian kapal beserta mayat-mayat yang berada di dalamnya.

Hanya Ratu Senna dan beberapa Bangsawan yang selamat dari kejadian itu, mereka tiba di pelabuhan menggunakan sekoci dengan penampilan berantakan yang cukup untuk menarik simpatisan.

Hanya Valencia dan beberapa orang yang tahu, bahwa kejadian itu adalah bagian dari siasat Ratu Senna yang mempunyai ambisi gila terhadap kekuasaan.

Mayoritas Bangsawan yang diundang dalam peristiwa itu adalah mereka yang memilih netral, sisanya adalah mereka yang berkomplot dengan Ratu Senna. Wanita itu memilih untuk menyingkirkan para Bangsawan netral karena merasa terancam dengan keadaan mereka.

Dia yang sengaja menyewa para perompak itu untuk membunuh para hama yang menghalangi jalannya menuju puncak kekuasaan.

Kemudian, Ratu Senna dengan liciknya mengganti kursi mereka di pemerintahan menggunakan orang-orangnya. Membuat kekuasaannya kian meluas. Wanita itu benar-benar gila dan serakah!

"Itu artinya, informasi yang kuberikan ternyata memang benar, Tuan muda Hillard?" tanya Valencia dengan senyum yang semakin merekah.

"Itu memang benar, dan saya sangat berterimakasih akan hal itu."

(Ok, mulai sekarang kita sebut La Carol pake nama aslinya ya)

Dan Xadern Carola De Hillard, atau yang kita kenal sebagai La Carol, adalah salah satu korban dari kekejaman Ratu Senna yang berhasil selamat.

"Sudahlah," Valencia mengibaskan tangannya di depan pria itu. Membangun relasi dengan orang-orang berpengaruh merupakan bagian dari misi balas dendamnya.

"Apa kau juga sudah menemukan keberadaan Adikmu?" tanya gadis itu lagi, memastikan semuanya berjalan dengan lancar sesuai rencana yang telah ia susun.

Berbekal ingatan kehidupan sebelumnya, Valencia dapat dengan mudah menggunakan kartu AS milik mantan suaminya dulu untuk menundukkan Pria di hadapannya ini. Yaitu dengan memberitahukan penyebab kematian orang tuanya, juga tentang keberadaan Adik perempuan Xadern yang masih hidup!

Ya, Xadern memiliki Adik perempuan yang bahkan pria itu tidak ketahui keberadaannya. Saat peristiwa Navire De La Mort, Mereka berdua terpisah dari orang tua mereka dan hanyut di laut terbawa ombak. Kemudian Adik-Kakak itu terdampar di tempat yang berbeda satu sama lain.

"Saya sudah menemukan Adik saya, Nona," jawab Xadern.

"Syukurlah, kuharap dia baik-baik saja," ujar Valencia dengan senyuman tulus dan pancaran mata yang teduh, membuat Xadern tertegun sesaat kala melihatnya.

Valencia sedikitnya paham akan apa yang pria itu rasakan, karena dia juga pernah mengalaminya. Mereka berdua sama-sama terpisah dari orang yang disayang.

Dan hal itu disebabkan oleh orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan Ratu Senna, wanita terkutuk itu!

"Terima kasih, atas perhatian anda, Nona." Pria itu awalnya berpikir bahwa Valencia adalah gadis misterius yang dipenuhi dendam.

Tapi setelah melihat senyumannya tadi, dia kira pemikirannya tentang gadis itu salah besar.

☘️*******☘️

Gak tau deh, pusing banget nulis Chapter ini. Entah kenapa tiba-tiba ngeblank, biasanya lancar-lancar aja. Tadinya mau publish kemaren malem, tapi masih acak-acakan, sorry ya. Kalo ada typo jangan lupa kasih tau😉

Ya udah deh segitu dulu, bye~☘️

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang