Page 79 : Last Hope

6.9K 502 19
                                    

☘️~Happy reading~☘️

"Akhirnya, aku sampai di tempat ini, Gua harapan," ungkap bariton itu tak bisa menyembunyikan rasa antuasiasnya. Gelapnya gua tidak membiarkan manik biru terang itu menyala dengan kobaran semangat.

Semangat membalas dendam.

"Tempat ini, akan menjadi saksi terwujudnya harapanku!" Thomas menyeringai dengan tampang bengisnya. Pria itu kemudian menyemburkan tawanya dengan puas hati. Mengisi lorong-lorong kegelapan gua dengan getaran suaranya yang membahana.

"Akhirnya aku sampai ibu!"

Benar, petunjuk Senna lah yang menuntunnya menuju tempat ini. Ingat saat Thomas menelusup masuk ke kamar sang Ibu pada saat itu? Peta tempat inilah yg ia ambil.

"Aku akan menyelesaikan misi yang engkau berikan bu! Kematianmu tidak akan sia-sia! Aku pasti akan membuatmu bangga!"

Sang Pangeran kedua Altasia itu kini sedang berstatus buron. Ia dituduh terlibat dalam kegiatan-kegiatan kriminal yang berkaitan dengan ibunya. Namun beruntung, pria itu bisa keluar dari Altasia sebelum Ratu Senna dijatuhi hukuman mati.

Nyatanya, sang Ratu sudah memprediksi penangkapannya dengan pasti. Dia memberikan petunjuk kepada putranya melalui secarik kertas yang ia tinggalkan di kamarnya.

Dan berkat petunjuk itu, Thomas kini akhirnya bisa sampai di Gua Harapan. Tempat legendaris yang dipercaya hanya sebatas dongeng semata.

Di dalam buku kuno berjudul "Sejarah Umat Manusia". Gua Harapan diceritakan sebagai tempat ajaib di mana seseorang bisa mewujudkan harapannya, hanya sebatas itu. Tak ada detail yang menjelaskan kebenaran yang sesungguhnya. Karena, tak pernah ada yang benar-benar bisa menceritakan kebenaran apa yang terjadi di dalamnya.

Selain itu ... Gua ini pasti selalu menjadi opsi terakhir bagi para insan-insan di luar sana yang berada di ambang keputusasaannya.

Dan terbukti! Nyatanya, hanya Gua ini lah harapan terakhir yang ia punya. Setelah menjadi buron, hidupnya selalu dibayang-bayangi kematian sang ibu.

Sejenak, Thomas menyatu dengan hening sekeliling. Ia hanya berdiri dengan mata terpejam, menarik nafasnya dalam-dalam di antara dinginnnnn udara. Menyerap semua energi yang berkeliaran di dalam gua itu.

"Terasa seperti, dikelilingi sesuatu yang tak bisa kulihat."

Beberapa kali pria itu merasa dihantam kepulan udara bertekanan tinggi. Ini aneh. Sesuatu terasa berusaha masuk ke dalam pikirannya.

"Vlahak'e osmos," lantangnya dengan spontan. Thomas tersentak, bingung dengan rangkaian kata-kata aneh yang tiba-tiba ia gaungkan barusan. Terasa, seperti bukan dirinya.

Setelah dirinya berucap demikian, hawa di sekitar berubah drastis. Suhu di sekeliling tubuhnya naik dengan cepat. Udara panas mulai mengitari raga sang pangeran. Thomas merasa sesak dengan situasi yang tak terduga ini.

"Apa yang terjadi?" tanya pria itu dengan penuh kebingungan. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri tanpa diminta. Membuatnya merinding di tempat. Guncangan kecil pada gua datang tak diundang, menimbulkan kepanikan tak berarti. Bersamaan dengan simbol-simbol aneh pada dinding yang mengeluarkan pendaran cahaya merah darah yang menusuk mata.

Tak berhenti di situ. Pendaran cahaya merah itu meluas di dinding gua, menghubungkan setiap simbol menjadi kesatuan.  menenggelamkan simbol-simbol tak bermakna itu dalam merahnya dinding darah yang terbentang.

Suara geraman mengerikan muncul dari balik dinding, disusul dengan teriakan-teriakan kesakitan yang terdengar memekakkan telinga, Thomas menutup kedua telinganya tak sangka. Jantung pria itu seakan berdisko ria sekarang ini.

Mata sang pangeran terbelalak kala mendapati banyaknya lengan pucat yang muncul dari dalam dinding darah. Lengan-lengan itu terlihat mendesak untuk keluar, meraih dan mencakar apapun yang mereka sentuh. Tak hanya itu, suara rintihan, teriakan dan geraman bercampur menciptakan harmoni kotor. Membuat Thomas mual dan pusing di saat bersamaan.

"Sudah lama sekali." Suara lembut itu mengalun halus menyapa telinga sang pangeran. Bersamaan dengan sesosok wanita bergaun hitam yang perlahan melangkahkan kakinya dari dalam dinding darah.

"Sejak anak manusia mengunjungi tempat ini."

Seringai kecil terukir menampilkan rentetan taring tajam di dalamnya. Mata hitam pekatnya memandang dengan tajam. Tak lupa dengan dua tanduk kecil yang bertengger di antara rambut panjangnya yang legam, membuat sosoknya kian mendominasi dengan aura negatif kentara.

Tak bisa dicegah, tubuh sang pangeran bergetar dengan hebat menatap sosok asing nan mengerikan yang berdiri di hadapan. Pria itu kehilangan kemampuannya untuk berkata, terlihat seperti orang bisu dengan matanya yang melotot keluar.

Wanita bertanduk itu tertawa dengan nyaring, memenuhi lorong gua dengan suaranya yang memekakkan. Perlahan mendekat menghampiri Thomas, membelai wajah sang pangeran dengan kuku-kukunya yang panjang dan tajam, menyebabkan goresan luka muncul dialiri cairan merah yg anyir.

Lidah wanita itu menjilati ujung kuku-kukunya yang dibasahi darah merah yang segar. Menikmati setiap tetesnya tanpa terlewat.

"Rasa ini tak pernah membuatku bosan."

☘️*******☘️

Next! Sumpah author sedang mengcape bgt diserbu tugas kelompok mana harus gendong pulakkkk😭 udahlah pusing mikirin tugas, pusing juga mikirin beban orang hiksssssssss

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang