☘️~Happy reading~☘️
Lapisan tanah yang ditutupi rerumputan hijau dan bunga-bunga indah terpampang jelas menghiasi sebuah padang luas nan subur. Angin sejuk yang berhembus pelan turut serta menemani suasana ketenangan di tempat itu.
Namun, tak berapa lama kemudian, suara-suara dentuman pada tanah mulai terdengar mengisi kesunyian. Butiran batu kecil mulai bergetar dan berhamburan kala gemuruh tanah mengguncang.
Kilau mentari yang kian menyengat mengiringi lajuan cepat Prajurit berkuda menuju Istana Altasia. Hewan berkaki empat itu berlari dengan begitu terburu-buru tanpa menghiraukan
Raut panik dan khawatir tergambar jelas menemani perjalanan mereka yang mendebarkan.
Dan hawa penuh kegelisahan itu tak luput juga menghampiri Valencia. Gestur kecil Sang Nona Adelaine yang tidak berhenti menggigiti kuku jarinya sendiri menandakan keresahannya yang tak terbendung.
Ratu Senna berhasil mengelabuinya lagi, wanita itu semakin cerdik. Sekarang, Valencia merasa bahwa kehidupan keduanya ini tidak ada artinya. Ratu Senna adalah lawan yang tidak mudah, bahkan bagi dirinya yang sudah merasakan kelicikan wanita gila itu di masa lalu. Valencia tetap tidak bisa mengalahkannya.
Gadis berambut putih itu lantas tertunduk di atas kudanya, menatap satu jarinya sendiri yang kini mulai bercucuran darah karena gigitannya.
"Kenapa aku ... " Valencia terkesiap, kala tiba-tiba sebuah telapak tangan besar melingkupi jari kecilnya yang terluka, mengusapnya dengan lembut dan hati-hati. Terdengar helaan nafas berat di balik punggung gadis itu.
"Jangan terbiasa melukai dirimu sendiri," papar Hugo yang lalu memfokuskan pandangannya ke depan dengan sebelah tangan yang mengemudi kendali di atas kuda.
"Aku di sini, kau bisa mengandalkanku, kita akan melewatinya bersama." Sang Duke Fluternd itu lantas membawa kedua lengan mereka yang bertaut untuk disisipkan di pinggang gadis itu, sekali lagi merangkulnya dengan erat.
Afirmasi positif yang disampaikan tunangannya seakan membawa angin penyejuk bagi hati Valencia yang dilanda badai kegelisahan. Hugo selalu bisa menyingkirkan semua keraguan dalam gadis itu, Valencia merasa sangat beruntung bisa dipertemukan dengan sang Duke Fluternd yang kini menjadi sudah tunangannya.
"Ya, kau benar, pertarungan kita belum selesai."
☘️*******☘️
"A-apa? Bagaimana mungkin kau ... " Ratu Senna terkesiap mundur mendapati Alexander yang kini sudah bangkit dan menatapnya penuh dendam.
Prangg
Pedang yang awalnya berada di tangan wanita itu kini sudah terhempas jauh ke lantai. Melangkah mundur, Ratu Senna memandang horor tampilan Sang Putra Mahkota yang ada di hadapannya.
Bagaimana tidak, netra biru cerahnya kini berubah menjadi merah darah yang kelam, tatapannya yang dingin juga tampak menusuk jiwa. Membuat seluruh anggota tubuh seakan bergidik ngeri menghadapinya. Atmosfer di sekitarnya pun kini terasa mencekam.
Senna gelagapan sendiri di tempatnya, wanita itu seakan tahu bahwa dia sudah membangkitkan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia diusik.
"Sialan! Apa-apaan ini?"
Pelayan wanita yang berada di belakang sang Ratu dengan gesit meluncur ke depan dengan sebuah pisau kecil di tangannya. Pembunuh bayaran sewaan yang menyamar menjadi pelayan itu berusaha melukai sang Putra Mahkota.
"Jangan mengganggu!"
Saat musuhnya sudah tepat di depan mata, Alexander dengan gerakan secepat cahaya mencengkram lengan wanita itu, menghempasnya tanpa melepasnya, dan berakhir mengunci gerakan musuh dengan mencekik leher musuhnya kuat dan mengangkat tubuhnya hingga tak menapaki lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...