☘️~Happy reading~☘️
"jadi, apa tugas pertama saya, Nona?" tanya Xadern pada Valencia.
"Kau tahu Azir?" tanya balik Valencia pada Xadern.
"Tentu," jawab pemuda itu membuat Valencia mengangguk puas.
"Awasi dia, blokir semua komunikasi antara Adamantine dan pria itu." Perintah Valencia pada Xadern.
"Baik, Nona," ujar Xadern patuh, bagaimanapun Valencia adalah orang yang sudah membuat dia bertemu dengan Adiknya setelah sekian lama.
"Kumpulkan semua barang bukti, setelah itu tunggu instruksi dariku untuk langkah kita selanjutnya," lanjut gadis itu lagi.
"Baik, Nona," ujar Xadern sebelum kembali menghilang, pergi dari kamar Valencia.
☘️*******☘️
Valencia menatap puas ruangan di depannya. Ya, tadi gadis itu meminta izin pada Ayahnya untuk menggunakan ruangan kosong tak terpakai yang berada tepat di belakang dapur utama.
"Nona, apa yang akan anda lakukan dengan ruangan ini?" tanya Azir, tentu saja dia harus waspada terhadap semua kegiatan yang dilakukan semua penghuni kediaman Adelaine, karena itu merupakan tugasnya sebagai mata-mata yang dikirim oleh Count Adamantine.
Valencia hanya meliriknya sebentar, kemudian mengembangkan senyumnya, sebelum ia membuka kipas lipatnya, menatap pria itu.
"Kau ingin mengetahuinya, Azir?" tanya gadis itu.
Melihat tingkah gadis itu, Azir mengerjapkan matanya cepat. Pria itu kemudian tersenyum, berusaha menyembunyikan kekesalan di wajahnya.
"Maafkan kelancangan saya, Nona," ujar pria itu, membungkukkan tubuhnya.
Bagaimanapun, sekarang statusnya adalah seorang bawahan. Mempertanyakan tindakan sang Majikan merupakan sebuah kelancangan. Itulah maksud yang ia tangkap dari ucapan Valencia tadi.
"Untuk selanjutnya, biarkan pelayan pribadiku yang mengurusnya. Kau bisa kembali untuk mengerjakan tugasmu yang lain, Azir," ujar gadis itu masih dengan kipas lipat yang menutupi setengah wajahnya.
Pria itu kemudian mengangguk, dengan tangan yang mengepal erat. Dia sangat paham dengan ucapan sang Nona yang mencoba mengusirnya secara halus.
"Baik, Nona." Hormatnya sebelum berbalik, pergi dengan segala kekesalan yang terkumpul di dadanya. Gagal sudah rencananya untuk menyelidiki gadis itu! Rutuknya dalam hati.
Setelah Azir benar-benar hilang dari pandangannya, Senyum gadis itu memudar, matanya menyorot dingin ke depan. Valencia dengan segera menutup kipas lipatnya kembali.
"Memuakkan."
"Nona, pesanan anda sudah datang," kata Seorang Prajurit yang tiba-tiba menghampiri Valencia dan menundukkan kepalanya tanda hormat.
"Bawa semua barang-barang itu kemari dan letakkan di ruangan ini." Instruksi gadis itu pada beberapa pekerja dan Prajurit di sana.
"Ella, aku serahkan padamu," ujar Valencia sebelum beranjak, meninggalkan Ella yang sedang menjalankan tugasnya.
☘️*******☘️
Netra merah gadis itu bergulir, mencoba memahami rentetan kata yang tertulis di buku yang ia pegang.
Setelah memberikan Ella kewenangan untuk mengurus ruangan itu, Valencia segera pergi menuju perpustakaan yang berada di kediaman Adelaine.
Dia membaca beberapa buku tentang herbal dan tanaman beracun. Gadis itu juga membaca beberapa catatan peninggalan leluhur Adelaine yang juga diberikan berkah tubuh beracun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...