Page 26 : Sweet Revenge

59.8K 8.2K 54
                                    

☘️~Happy reading~☘️

Di balik jeruji yang dingin, telinga Azir menangkap suara beberapa langkah kaki. Netra pria tua itu kemudian bergulir, hanya untuk menemukan suasana gelap yang melingkupinya.

Semua akses pencahayaan diblokir saat berada di ruang bawah tanah, membuat sang narapidana tidak tahu menahu mengenai siklus malam dan siang.

Sudut mata yang keriput itu menangkap seberkas cahaya yang perlahan-lahan mulai mendekati sel yang ia tempati. Membuat Azir sontak berseok-seok mundur hingga punggungnya yang ringkih itu menabrak dinding.

Pria tua itu sudah tidak peduli lagi dengan luka-luka yang terpapar di tubuhnya. Azir lebih hawatir jika cahaya itulah yang membawa Hendry datang untuk menjadi malaikat mautnya.

Cahaya itu semakin dekat, membuat Azir sontak menutup matanya sejenak untuk menghindari intensitas tinggi dari cahaya yang menusuk matanya.

Kini, setelah dia membuka matanya secara penuh, Azir melihat di hadapannya, dua orang berjubah hitam. Salah satu dari mereka menjinjing lentera yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di ruang bawah tanah itu.

"Si-siapa?" tanya Azir itu dengan suara yang serak.

"Yah, sepertinya ayahku udah cukup memberi hukuman padamu." Suara itu mengalun bersamaan dengan salah satu dari mereka membuka tudungnya.

"Nona ... muda?" Azir tampak sangat terkejut saat melihat bahwa salah satu dari mereka adalah mantan Nona mudanya, Valencia.

"Terkejut?" tanya gadis itu dengan senyum miring, Valencia tampak sangat menikmati ekspresi bodoh yang terpampang di wajah pria tua itu.

"Sayang sekali ya, rencanamu berakhir sia-sia," lanjut gadis itu lagi dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

"Ba-bagaimana mungkin?" ucap Azir dengan nafas tercekat.

Pihak yang mengetahui rencananya hanya Hendry dan beberapa bawahannya. Jadi, bagaimana mungkin Valencia juga bisa tahu?

Masih masuk akal jika Arthur lah yang mengetahuinya, karena pemuda itu adalah penerus selanjutnya keluarga Adelaine. Tapi Valencia? Wanita biasanya tidak pernah dilibatkan dalam hal seperti ini, apalagi gadis itu merupakan putri kesayangan Hendry.

Entah kenapa Azir mempunyai firasat buruk setelah melihat Valencia kini berada di hadapannya.

"Kau mengenalnya?" tanya Valencia seraya menepuk bahu seseorang berjubah lain yang datang dengannya tadi.

Azir mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berdiri di samping gadis itu. Untuk sesaat pria tua itu menyipitkan matanya, berusaha mengenali siapakah gerangan orang tersebut.

Kemudian, sesuai perkiraan Valencia, bola mata Azir terbelalak. Ya, akhirnya Azir mengenali orang itu!

"Pengkhianat!" umpat Azir seraya menunjuk orang di samping Valencia dengan telunjuknya. Bagaimana Azir bisa mengenalinya? Tentu saja karena pola khusus yang terdapat pada tudung jubah milik para bawahan Adamantine.

Tanpa diduga, Valencia tertawa keras saat mendengar umpatan pria tua itu. Gadis itu tertawa seolah baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia.

"Kau sungguh menggelikan! Asal kau tahu saja, Tuan muda Hillard tidak pernah mengkhianatimu, karena sejak awal dia adalah rekanku," ucap Valencia setelah menghentikan tawanya yang membahana.

Xadern kemudian membuka tudung jubahnya, memperlihatkan wajahnya yang cukup rupawan dan mata hijaunya yang indah.

"Tidak mungkin! La ... Carol?!" manik pria tua itu bergetar, bibirnya kelu. Mata hijau itu, Azir jelas mengenalinya!

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang