☘️~happy reading~☘️
Thomas kemudian bergerak menuju gerobak kayu berlapis kain yang ia bawa memasuki gua. Tatapan tajam sang pangeran menghunus ke dalam benda itu, dengan kasar menyingkap lapisan kain yang berada di atasnya. Mengungkap sesuatu yang tersembunyi di dalam sana.
Tubuh manusia.
Terbaring seorang gadis berkulit pucat dengan rambut peraknya yang kusut. Itu Arabella, terpejam dengan sisa nafasnya di antara kehidupan dan kematian. Tampak sekarat.
Sang iblis tersenyum lebar menatap Thomas. Matanya berkilat puas melihat takluknya seorang manusia akan ambisi duniawinya. Bukankah ia berhasil melaksanakan tugasnya untuk menyesatkan umat manusia?
"Apakah ini sebuah persembahan untukku?" Tawa nyaring makhluk itu bergema memenuhi lorong-lorong goa.
"Iya," gumam Thomas dengan singkat. Entah kenapa, jantungnya berdetak keras. Pria itu menyadari adanya keraguan yang tiba-tiba datang dalam diri.
"Pengorbanan diperlukan untuk mencapai apa yang kita inginkan." Sang iblis berkata dengan begitu keji, menggoyahkan kemanusiaan yang menjadi hakikat setiap makhluk fana yang bernyawa.
Pangeran kedua altasia itu termangu di tempatnya. Bergelut dengan kemanusiaan dan ambisi besarnya. Ia tahu, Arabella tidak pernah terlibat apapun dengan ambisinya, gadis naif itu hanya tidak sengaja masuk ke dalam kehidupannya. Bagaimana mungkin Thomas bisa mengorbankan nyawa Arabella demi ambisi pribadinya? Apakah ia yakin untuk melenyapkan wanita itu?
Namun di sisi lain, ia membutuhkan nyawa seseorang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan saat ini hanya Arabella yang berada di sampinya. Walaupun sekarat, wanita itu masih bernafas! Dan memenuhi persyaratan utama sebagai bahan sesembahan, yaitu masih bernyawa.
Melihat pergulatan batin Thomas, sang iblis tertawa dengan begitu terbahak-bahak. Merasa bangga telah menarik manusia ke dalam jalan yang menyesatkan.
Bukankah sangat menyenangkan bisa membuat seorang manusia bertarung dengan pemikirannya sendiri? Membuat makhluk fana itu bergukat dengan konsep benar dan salah yang telah ditetapkan para dewa jauh sebelum semesta diciptakan. Menjatuhkan manusia menuju jurang kegelapan hati.
"Aku akan tetap menunggu." Seringai lebar itu terukir dengan ngeri. Memancing semakin dalam anak manusia memasuki dunia gelap yang pasti.
Tak lama kemudian, kelopak mata sang pangeran terpejam, seraya mengatur kembali nafasnya. Sudah memutuskan. Bahwa ambisinya untuk menguasai altasia harus terwujud!
Pria itu dengan cepat mengambil belati yang tersedia di dalam gerobak, tepatnya di samping tubuh gadis itu. Ia sudah menyiapkan semua ini sedemikian rupa, keraguan harus musnah dari nuraninya.
Netranya dengan teliti memperhatikan pergerakan nafas istrinya yang sangat lemah itu. Perlahan mendekat menuju tempat Arabella berbaring. Thomas kemudian memandang kembali belati tajam yang berada dalam genggamannya. Mengusap bilah dingin itu dengan ibu jarinya.
Sesuai perjanjian, sesembahan harus mati tepat sebelum ritual dimulai. Dan itu yang akan Thomas lakukan.
Dengan yakin, Thomas mengangkat tinggi-tinggi belati di tangan kanannya. Mengarahkannya tepat di jantung Arabella.
Pria itu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum dengan penuh tenaga menghujamkan belati tajam itu menembus dada istrinya.
Cairan merah itu sontak memercik bersamaan dengan tubuh Arabella yang tersentak hebat, kejang. Kelopak matanya terbuka lebar, melotot dengan horor kala darah melesak keluar dari kerongkongannya. Wanita malang itu menggelepar untuk beberapa saat, sebelum benar-bener mati dengan mengenaskan.
"Hahaha..." Sang iblis tertawa dengan begitu bahagianya, berjingkrak kesenangan kala Thomas benar-bener membunuh istrinya sendiri dengan tanpa ragu.
"Akhirnya, apa yang aku tunggu-tunggu selama ini."
Sang iblis berjalan mendekat menghampiri tubuh tidak bernyawa Arabella. Jari-jari lentiknya sesekali mengusap cairan merah yang tak berhenti mengalir itu. Tak bisa menahan diri untuk mencecap darah yang terasa menyegarkan itu.
"Kita lanjutkan ritualnya," ungkap Thomas dengan dingin, menatap datar kelakuan menjijikkan dari sang iblis. Matanya dipenuhi ambisi yang gila.
Sang iblis mencabut belati itu dari jantung Arabella, menyebabkan cairan merah berbau amis itu semakin deras keluar, mewarnai lantai gua dan menyebarkan semerbak aroma busuk yang memuakkan.
Lagi-lagi, ia tak bisa menahan untuk kembali menjilati ujung belati itu dengan rakus. Membersihkan noda merah itu dengan lidahnya.
"Ulurkan telapak tanganmu!" Sang iblis kemudian meraih sebelah lengan Thomas dan kemudian menggores sedikit telapak tangannya sendiri, mengalirkan cairan hitam pekat pada ujung jari-jarinya yang tajam. Tanpa menunggu lama, sang iblis mengukir telapak tangan Thomas menggunakan darahnya, membentuk sebuah simbol pentagon.
Di sisi lain, Thomas menggigit bibirnya menahan perih kala jari yang terasa seperti jarum itu menembus dan merobek permukaan tangannya, menyatukan darah mereka berdua. Mengikat anak manusia dan iblis dalam perjanjian yang abadi. Perjanjian darah.
Tak lama setelahnya, luka di telapak tangan Thomas mengeluarkan asap yang memulihkan jaringan-jaringan kulitnya, menyisakan simbol pentagon yang kini terlihat seperti hiasan tato biasa.
"Sekarang, raga kita telah terhubung." Sang Iblis tersenyum dengan mengerikan. Setelahnya, sosok fisik makhluk itu kemudian melebur menjadi asap gelap yang mengepul. Asap itu kemudian bergerak kesana-kemari sebelum dengan kilat memasuki celah luka di dada Arabella, membuat tubuh gadis itu tersentak dengan mata melotot.
Senyum tiba-tiba terukir di bibir mayat Arabella. Sosoknya yang seharusnya mati kini mulai melayang dengan seringai mengerikan, tawa jahatnya bergema dengan sangat keras di dinding-dinding gua.
"Ah, tubuh fana. Rasanya menyenangkan!"
☘️*******☘️
Holaaaa~ author comeback lagi niii, pada kangen gak? Hahaha maaf ya baru sempet update lagi😁 gimana nih kabarnya readers semua? Semua sehat selalu ya!
Walaupun telat, tapi author pengen ngucapin
Minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin semua
😁🙏Semoga readers tercinta semua bisa memaafkan author yang suka telat update ini🥲
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasíaSorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...