☘️~Happy reading~☘️
Akhirnya, didapat lah hasil dari rapat yang diselenggarakan oleh Raja bersama para pejabat-pejabat Kerajaan di Istana Altasia. Dan Raja Ferdinand memutuskan, bahwa pihak Istana akan segera merilis pernyataan mengenai dakwaan yang dilemparkan kepada wanita pendamping monarki itu.
Dan selain daripada dakwaan itu, tiada hal lagi yang harus diungkap pada publik. Mengacu pada seluruh kejadian di Istana sebelum penangkapan terdakwa yang berpotensi akan menimbulkan kericuhan lain jika diungkap, juga mengenai kebangkitan kekuatan Putra Mahkota Alexander yang tak disangka-sangka. Maka, dengan ini pihak Kerajaan akan memastikan informasi-informasi tersebut tersembunyi dari khalayak umum agar tak menjadi bahan konsumsi masyarakat awam.
Semua keputusan ini, tak lain dan tak bukan dikeluarkan demi menjaga keamanan internal dan eksternal aspek sosial politik yang ada di Altasia. Karena tak dapat dipungkiri, celah yang dihasilkan dari kejadian ini begitu besar dan sangat berdampak pada instansi yang terkait dengan pemerintahan kerajaan saat ini.
"Jadi, wanita itu mendapat hukuman mati setelah masa kurungannya berakhir?" Valencia menyesap teh di hadapannya yang menguarkan aroma bebungaan. Gadis itu tampak menikmati varian teh baru yang dibawakan oleh sang tunangan secara khusus untuknya.
Sungguh, kebiasaan meminum tehnya ini bahkan tidak hilang walaupun dirinya sudah kembali ke masa lalu. Dulu, saat menjalani bahtera rumah tangga bersama Thomas, Valencia selalu menyempatkan diri untuk menikmati minuman hangat dari negeri timur itu di waktu-waktu senggang. Sekedar menghilangkan stress yang mampir kala permasalahan melanda.
"Masa kurungannya berlangsung selama dua minggu, dan setelah itu akan ditentukan tentang bagaimana hukuman mati dilaksanakan," ungkap Hugo dengan tampang tidak puas. Di Altasia, anggota kerajaan yang melakukan tindak kriminal tingkat tinggi umumnya akan diberikan dua opsi hukuman mati, yaitu dipancung atau meminum racun. Dan hanya terdakwa yang dapat menentukan opsi pilihannya tanpa pengaruh pihak lain. Biasanya, meminum racun dianggap lebih ringan dan terhormat daripada harus kehilangan kepala di depan publik.
Harusnya, Ratu Senna tidak diperkenankan menerima opsi meminum racun, wanita itu tidak pantas! Jika saja bukan karena permintaan para antek-anteknya di ruang rapat kerajaan kemarin, pasti wanita itu tidak punya kesempatan untuk mendapatkan opsi.
Sang Duke semakin mengeraskan rahangnya kala mengingat kematian Valencia sebagai Ratu Altasia di masa lalu, yang bahkan tidak diberikan opsi seperti ini! Hanya hukuman pancung sepihak yang gadis itu dapatkan atas fitnah keji terhadapnya. Dadanya bergemuruh hebat saat memikirkannya, netra biru gelapnya menatap Valencia dengan penuh sendu. Betapa kuatnya gadis itu dalam menghadapi garis takdir di masa lalu. Sang Duke teramat salut!
Valencia memandang Hugo dengan kening berkerut. '_ada apa dengan pria itu?'_ pikirnya, baru kali ini Valencia mendapati sang tunangan termenung menatapnya sampai tak menggubris keadaan di sekitar.
"Hugo?"
Pria itu terkesiap sendiri saat mendengar Valencia yang menyerukan namanya. Rona merah menyembul di wajah tampan yang biasanya menampilkan ekspresi dingin nan datar itu.
"Apa yang sedang kau pikirkan itu, Tuan Duke?" Tawa kecil Valencia menguar dengan merdunya, sekali lagi menghipnotis kesadaran Hugo yang goyah terhadap nona manis di hadapannya.
"Tidak ... Aku hanya ... " Hugo memejamkan mata menahan bibirnya yang tidak bisa menyusun kata dengan benar, Valencia benar-benar membuat pikirannya kacau. Kepala Sang Duke kini sudah berubah menjadi tomat merah yang segar.
"Astaga!" Gelak tawa Valencia semakin keras terdengar. Tidak menyangka Duke Fluternd yang terkenal dingin dan kejam itu bisa bersemu merah seperti kepiting rebus. Sungguh menggemaskan sekali tunangannya yang satu ini.
Nona Adelaine itu lalu beranjak dari kursinya, berjalan pelan menghampiri Hugo yang berada di seberang meja. Valencia tampak mengulurkan sebelah lengannya pada Hugo, berniat mengajak pria itu masuk ke dalam kediaman Fluternd.
"Hari sudah semakin petang, ayo kita masuk," ajak gadis itu masih dengan jejak berseri di wajahnya.
Telapak tangan besar Hugo menerima uluran sang gadis, melingkupi jari-jari kecil Valencia dengan erat dan hangat. Namun, tak lama kemudian tarikan kuat datang dari pria itu. Membuat Valencia yang tidak siap akhirnya limbung dan berakhir jatuh ke dekapan erat tunangannya.
Mulutnya yang sempat terbuka untuk menggaungkan protes kembali tertutup kala satu jari milik Hugo singgah di bibir manisnya. Gadis itu juga tertegun dengan tatapan intens yang mengunci netra merahnya.
"Kau sudah membuatku gila, Adelaine."
☘️*******☘️
"Yang Mulia, saya yakin bukan Ratu pelakunya! Itu pasti orang lain," desak Thomas pada sang ayah. Pria itu masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya sudah ditangkap. Thomas tidak menyangka semua akan terbongkar secepat ini! Di luar perkiraannya.
"Keputusan sudah bulat, Ratu bersalah!" Tidak tanggung-tanggung, Raja Ferdinand berujar tegas pada putranya. Walaupun hati paruh baya itu tidak tega, tapi kebenaran harus tetap ditegakkan.
"Tapi Yang Mulia, setidaknya biarkan saya untuk menemui orang yang telah melahirkan saya!" Thomas menatap berang eksistensi Raja Ferdinand, ayahnya. Sementara itu, paruh baya di hadapannya tak bergeming, teguh akan keputusan dan pendiriannya.
"Cukup! Sudah cukup, Pangeran Thomas!"
Thomas menggertakkan giginya keras, emosi kemarahan meluap-luap di dada pria itu. Tanpa berucap kata Thomas segera berbalik dan pergi dari hadapan sang Raja. Langkah cepatnya diiringi dengan hentakan kaki yang berat.
Meninggalkan Raja Ferdinand yang hanya menatap putra keduanya itu dengan sendu. Paruh baya itu menarik napas panjang. Bagaimanapun juga Thomas masihlah darah dagingnya, walaupun tindakan ibunya melampaui batas.
Lama sang Pangeran menyusuri lorong istana, pria itu akhirnya sampai di depan kamar pribadi ibunya. Memastikan tidak ada siapapun di sekitar, Thomas melemparkan pandangan ke sekeliling. Tangannya kemudian bergerak mendorong pintu kembar raksasa di hadapannya, menyisipkan tubuh tegap itu ke dalam ruangan.
Mengabaikan kondisi kamar ibunya, Thomas segera mengedarkan pandangan, seperti tengah mencari sesuatu. Kakinya kemudian melangkah cepat menghampiri salah satu sudut ruangan, terdapat lemari besar berwarna hitam di sana. Lengannya bergerak membuka pintu-pintu kecil lemari itu, berusaha menemukan apa yang ia cari. Lalu, tak lama setelahnya, sebuah gulungan surat kecil ia temukan.
☘️*******☘️
Haiiii~ ketemu lagiii nih, gimana kabarnya? Sehat selalu yaa 😉 author juga mau ngucapin walaupun telat hehe 🙏🙏
Happy eid Mubarak bagi yang merayakan✨🥳✨
"Untuk lisan dan sikap
yang tak terjaga
mohon dibukakan pintu
maaf yang sebesar-besarnya."semoga masih bisa ketemu lagi sama Ramadhan selanjutnya ya, Aamin.
Author juga mau pamit dulu hehe, ketemu kalian di next chapter ya😆👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...