Page 13 : Bitter Truth

76.3K 10.4K 71
                                    

☘️~Happy reading~☘️

"Kak."

Mendengar panggilan itu, Valencia lantas berbalik. Makhluk kecil yang sedari tadi memegang ujung gaunnya itu ternyata adalah Sergio, adiknya.

Tatapan Valencia seketika melembut, dia menatap Sergio penuh kasih sayang. Oh, sungguh! Bagaimana mungkin dahulu dia dengan teganya menyakiti adiknya yang imut ini?

Matanya berkaca-kaca saat ia mengingat kembali perlakuan jahatnya pada Sergio, dia bahkan tak pantas untuk disebut sebagai seorang kakak.

"Kenapa kakak menangis?" tanya bocah itu pada kakaknya.

Valencia dengan cepat mengerjapkan matanya, menghalau air mata yang hendak terjun membasahi pipinya.

"Aku, tidak apa-apa," ujar gadis itu seraya menampilkan senyumnya pada sang Adik.

Perhatian bocah itu teralihkan pada telapak tangan kakaknya yang dipenuhi cairan merah gelap. Seketika, matanya membelalak, dia menatap Valencia dengan raut wajah terkejut yang kentara.

"Da-darah? Tangan kakak berdarah!!" Sergio berteriak histeris melihat keadaan kakaknya.

Dia kemudian berusaha meraih lengan Valencia untuk memastikan apakah cairan itu benar-benar darah. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada kakaknya.

Valencia yang melihat itu, segera menarik lengannya dengan cepat, menjauh dari jangkauan Sergio. Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada adiknya jika Sergio benar-benar menyentuh darahnya yang beracun.

"Apa yang kau lakukan, Sergio!"

Saking khawatir dan kalutnya Valencia, dia tanpa sadar membentak sang Adik, yang pastinya membuat mata Sergio berkaca-kaca.

Menyadari hal itu, Valencia dengan segera dirundung penyesalan. Kenapa dia sangat bodoh? Bisa-bisanya dia membentak Adiknya sendiri!!

"S-Sergio, aku...." Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, Sergio segera berlari dari sana, menjauhi Valencia dengan derai air mata yang membasahi wajahnya.

"Sialan kau Valencia!!"

Rutuk gadis itu pada dirinya sendiri. Sekarang, bagaimana dia akan memperbaiki hubungannya dengan sang Adik? Dasar Valencia bodoh!!

"Apa yang terjadi padamu, Valencia?!"

Mendengar suara itu, Valencia mendongak, menemukan sang Ayah sedang menatapnya dengan pandangan terkejut disertai khawatir. Tentu saja, orang tua mana yang tidak khawatir melihat tangan anaknya bersimbah darah?

Hendry dengan cepat mencoba mendekati putrinya. Dia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Valencia. Secara tidak sengaja, tadi dia mendengar suara Valencia yang sedang membentak Adiknya, membuat Hendry bergegas pergi mencari keberadaan putra-putrinya. Dan setelah dia menemukaannya, Hendry dikejutkan dengan kondisi Putrinya yang tentu sangat membuatnya khawatir.

"Jangan mendekat, Ayah!!" sentak gadis itu lantang.

"Apa maksudmu, Valencia? Ayah akan segera menolongmu!!"

"Tidak, ini berbahaya!!" Valencia berjalan mundur, menghindari Hendry.

"Kau terluka, Valencia. Bagaimana mungkin Ayah membiarkannya?!"

Melihat Valencia malah menjauh saat dia hendak menolongnya, membuat Pria itu frustasi, dia sangat khawatir melihat kondisi Putrinya.

"Ini hanya luka tusukan duri Mawar, Ayah tidak usah khawatir," ujar gadis itu mencoba menenangkan Hendry.

"Tapi, darahmu..."

Ucapan putrinya belum bisa menghilangkan kegelisahan Hendry saat melihat warna darah Valencia yang berbeda. Bukannya merah seperti biasanya, cairan itu cenderung berwarna lebih gelap.

"Ayah, aku akan menjelaskannya," ujar gadis itu menatap lekat sang Ayah. Valencia akhirnya memutuskan untuk memberitahukan tentang berkah tubuh beracun pada Hendry.

"Lukamu, Valencia."

"Ini bukan masalah besar, Ayah. Aku akan meminta Ella untuk merawat lukanya," ujar gadis itu dengan pandangan memohon kepada Hendry.

Tentu saja Hendry tidak bisa menolak itu, dia memejamkan matanya, meredam rasa frustasinya. Menghela nafas panjang sebelum mengeluarkan keputusan.

"Baiklah, sebelum itu rawat lukamu terlebih dahulu. Baru setelah itu kamu boleh menemui Ayah di ruang kerja," ujar pria itu seraya memijit pangkal hidungnya.

"Terima kasih, Ayah."

☘️*******☘️

"Jadi, ada yang ingin kau jelaskan, Putriku?" tanya Hendry dengan pandangan menyelidik pada Valencia.

Setelah membalut luka tusukan duri Mawar di tangannya, Valencia segera bergegas pergi ke ruang kerja sang Ayah.

"Aku akan memberitahukan sesuatu pada Ayah."

"Sesuatu? apa itu?" tanya Hendry setelah melihat raut wajah putrinya yang berubah serius.

"Aku..," Jeda Valencia, kemudian dia menghela nafas panjang, mencoba meyakinkan diri untuk memberitahu kebenarannya pada Hendry.

"Mendapat berkah itu," ujar gadis itu pelan seraya menundukkan pandangannya.

"Berkah?" tanya Ayahnya bingung.

"Ya, berkah tubuh beracun."

Setelah mengucapkan itu, suasana seketika hening, tidak ada pembicaraan lagi. Melihat Ayahnya tidak merespon, Valencia lantas mendongak. Dan dilihatnya Hendry tengah mematung dengan pandangan kosong ke depan.

"Tu-tubuh beracun?" ujar Hendry pelan, menatap tak percaya pada putrinya

BRAKK!!

"JANGAN BERCANDA, VALENCIA!!" sentak pria itu sembari menggebrak meja, membuat semua dokumen yang berada di atasnya berhamburan.

"Aku... Tidak bercanda, Ayah," ucap Valencia lirih.

Hendry kemudian menghela nafas panjang, mencoba menenangkan emosinya setelah mendengar pengakuan Putrinya itu.

Dia sangat khawatir pada Valencia. Akan sangat berbahaya jika musuh-musuhnya tahu kemampuan gadis itu, dia tidak mau putrinya dijadikan target kejahatan.

Akan ada dua opsi jika para penjahat atau musuhnya mengetahui kemampuan gadis itu. Yang pertama, mereka akan memanfaatkan kemampuannya mengenai racun untuk kepentingan pribadi, atau menganggap putrinya sebagai ancaman dan berakhir membunuhnya. Hendry sangat frustasi memikirkan itu.

Akan lebih baik jika dia atau Arthur yang mendapatkan kemampuan itu, setidaknya, mereka bisa menggunakannya untuk melindungi diri. Dipikirannya, Valencia masihlah menjadi putri kecilnya yang rentan terhadap bahaya.

"Ayah akan mengirimkan surat pada Pendeta Agung Katharos tentang masalah ini," ujarnya seraya memijit pangkal hidungnya.

Hendry telah mengambil keputusan, dia tidak bisa mengatasi ini sendiri, dia butuh bantuan dari para Pendeta di Kuil suci yang juga menerima berkah Dewa.

"Baik, Ayah," ucap Valencia seraya menghembuskan nafas panjang.

"Selama belum ada balasan, kau tidak diijinkan untuk pergi kemanapun!" Ujarnya tegas menatap sang Putri.

"Tentu, aku akan mematuhi ucapan Ayah," lirih gadis itu, sayang sekali semua rencananya harus ditunda terlebih dahulu karena keputusan Ayahnya.

"Sekarang, kembalilah ke kamarmu, ingat ucapan Ayah."

Valencia mengangguk sebagai jawaban, kemudian dia memberi salam hormat dan segera melenggang pergi dari ruang kerja Ayahnya.

"Maaf, Ayah harap kamu mengerti keputusan Ini," ujar pria itu sendu menatap kepergian Putrinya.

☘️*******☘️

Tadinya mau up besok. Tapi yaudah lah ya, udah terlanjur juga hehe
Oh iya Kalo ada typo tolong koreksi ya soalnya langsung di publish tanpa diperiksa lagi😅

Have a nice day☘️
Btw next gak nih? Wkwkwk

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang