☘️~Happy reading~☘️
"Kau tahu siapa yang sebenarnya akan mati?" Valencia berujar pelan, seringai mengerikan itu terpatri di wajah cantiknya, tak lupa dengan netra merahnya yang memancarkan kekejaman.
Delon diam tak berkutik, kepalanya tertunduk ke bawah. Matanya menatap kosong dengan kedua pergelangan tangannya yang diborgol besi. Delon bukannya tidak mendengar ucapan gadis itu, telinganya tentu masih berfungsi, dan ... pria itu juga bahkan tahu, jawaban atas pertanyaan Valencia.
"Benar! siapa lagi kalau bukan kau?!" Valencia tertawa puas setelah mengucapkannya, tawa penuh keriangan yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Gadis itu merasakan sensasi menggelitik yang aneh saat menertawakan nasib bajingan hina yang pernah membuatnya sengsara.
Akhirnya, akhirnya saat-saat yang dia tunggu-tunggu kini sudah terwujud! Menertawakan nasib pamannya yang kini berada di ujung tanduk, kematian! Entahlah, Valencia merasa sangat puas saat melakukannya.
Gadis itu masih ingat, momen-momen terakhirnya di kehidupan pertama. Di balik sel jeruji yang dingin, dengan keadaan yang hampir sama, tapi dalam permainan takdir yang berbeda.
Kala itu, Valencia lah yang berada di sel, terkurung di balik jeruji besi akibat ulah para bajingan jahat yang menjadi musuh-musuhnya. Dulu, Delon dan Arabella yang datang menertawakan keadaannya, tepat di malam sebelum pengeksekusian itu terjadi.
Sungguh, memori masa lalu yang sangat menyesakkan jiwa.
Tapi kini, semuanya berubah, keadaan sudah berbalik.
☘️*******☘️
"Bagaimana pertemuan tadi? Apakah berjalan dengan lancar?" Valencia bertanya setelah menghampiri Hugo yang tampaknya sudah menunggu kedatangannya di halaman Istana.
"Ya, hanya saja Sang Pangeran tampaknya memerlukan waktu untuk mengambil keputusan," balas sang Duke setelah menganggukkan kepalanya pelan. Lengan kekar pria itu bergerak meraih telapak tangan tunangannya, menautkan kedua tangan mereka.
"Di luar perkiraan, semoga saja tidak memakan waktu yang lama." Valencia berjalan anggun di sisi sang tunangan, tak lupa dengan jalinan tangan di antara keduanya. Sepertinya gadis itu sudah mulai terbiasa dengan kontak fisik yang akhir-akhir ini selalu diprakarsai oleh Duke Fluternd itu. Ya, bagaimanapun Valencia tidak bisa menampik bahwa dirinya juga nyaman dengan keadaan seperti ini.
"Ya, aku harap begitu, agar rencana ini bisa segera terlaksana." Netra biru Hugo berkilat sesaat setelah mengatakannya.
Sejujurnya, pria itu kurang puas dengan rencana sembunyi-sembunyi seperti ini. Tapi tentu saja Hugo tahu bahwa dia tidak boleh egois kali ini, lawannya bukan orang biasa, tentu dalam menghadapinya pun diperlukan taktik yang matang. Karena jika mereka salah langkah, masalah yang ditimbulkan bisa saja melibatkan seisi kerajaan beserta rakyatnya.
"Sudahlah berhenti membicarakannya, tembok di Istana ini mempunyai telinga," bisik pelan Valencia di telinga sang tunangan, gadis itu terkikik geli setelah mengatakannya. Sepertinya mood Valencia menjadi lebih baik setelah menemui sang Paman di penjara.
Berbeda dengan Valencia, Hugo hanya terdiam dengan raut wajah tak terbaca. Pria itu terbatuk kecil dengan kedua ujung telinganya yang memerah.
Hugo berdeham beberapa kali, berusaha menghalau sensasi panas yang menggerayangi wajahnya. Hembusan nafas hangat milik Valencia sepertinya masih tertinggal di telinga pria tampan itu. Buktinya, ujung telinganya masih saja memerah. Sungguh lucu!
Setelah beberapa saat berjalan, mereka berdua akhirnya sampai di kereta kuda dengan lambang Pedang hitam dan Bulan sabit, simbol kebesaran milik keluarga Fluternd.
Kereta kuda itu perlahan melaju, menyusuri jalan setapak yang masih menjadi wilayah Istana Altasia. Hal itu berlangsung beberapa saat, sampai kereta kuda tersebut benar-benar sudah keluar dari zona Istana.
Tanpa disadari oleh siapapun, dari balik jendela sepasang netra tajam mengawasi kedua insan tersebut, mulai dari keluar pintu Istana hingga memasuki kereta kuda mereka. Semuanya terekam jelas di mata orang itu.
"Apa yang mereka lakukan di Istana ini?"
☘️*******☘️
"Lama tak berjumpa, Xadern." Valencia kini berada di ruang kerja sang Duke. Gadis itu duduk di samping sang tunangan yang entah kenapa memaksa untuk menemaninya menemui Xadern.
"Salam hormat saya, Nona Adelaine."
Atmosfer tidak mengenakan dapat Valencia rasakan tepat setelah kehadiran Xadern di hadapannya. Aura dingin yang tiba-tiba hadir terasa memancar dan beradu, berusaha mendominasi satu sama lain.
Gadis dengan netra merah itu lantas melirik sedikit ke arah Hugo. Menghela nafas pelan kala mendapati tunangannya itu memasang ekspresi andalannya, dingin dan tak terbaca.
Entah kenapa, Valencia merasa seperti berada di tengah arena pertarungan. Astaga, apa yang terjadi dengan kedua pria ini?!
"Jadi ada laporan apa, Tuan Hillard?" tanya Valencia, mencoba mengabaikan situasi aneh yang sedang terjadi di ruangan ini.
"Ini tentang Nona Adamantine."
☘️*******☘️
Haiii~☘️ balik lagi nih sama Author yang baik hati dan rajin menabung✨
Sebelumnya, Author mau minta maaf karena baru update 😭 soalnya minggu kemaren sibuk banget, sekolah author ngadain classmeet gitu, terus author jadi salah satu panitianya 😥
Kebayang gak sih, sibuknya nyiapin ini itu😭 jadi gak sempet buka WP, pulang pun telat terus. Jarang pegang HP juga jadinya.
Maaaf banget yaaaa:'(
Mohon koreksi kalau ada typo🙏🙏
Next-nya!!! Biar makin semangat hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...