☘️~Happy reading~☘️
"Tidak berguna!"
Hardikan keras terdengar dari seorang wanita yang sedang duduk di tahtanya. Perempuan itu menatap tajam seorang berpakaian hitam yang tengah berlutut di hadapannya.
"Maafkan saya, Yang Mulia Ratu Senna," pria berpakaian hitam itu terus bertahan di posisinya, tidak berani menengadahkan kepalanya menghadap sang Ratu.
"Dasar tidak becus! Jumlah kalian lebih banyak! Bagaimana mungkin kalian gagal membunuh gadis itu?!" bentak ratu Senna, menatap rendah orang suruhannya.
"Yang terjadi malah sebaliknya, kalian dibantai habis oleh si bocah Fluternd," lanjut wanita itu lagi seraya menghela nafas panjang.
"Sekarang, bagaimana jika ada dari mereka yang membuka mulut dan berakhir membongkar semuanya?!" Ratu Senna menatap orang suruhannya itu dengan mata membara dan nafas menggebu-gebu. Ini akan menjadi bencana jika semua rencananya hancur berantakan!
"Yang Mulia, saya bisa menjamin, tidak ada yang akan membuka mulut," pungkas orang berpakaian hitam itu dengan yakin.
"Tutup saja mulutmu itu!" pungkas Ratu Senna, memegang kepalanya yang kini terasa pening.
Tok tok tok
Mendengar pintu diketuk, wanita itu lantas berdecak.
"Masuklah!" sentak sang Ratu, menatap jengah pelayan pribadinya yang baru saja masuk.
"Salam kepada Yang Mulia Ratu," hormat si pelayan, yang hanya dibalas anggukan saja oleh wanita bermahkota itu
Sang Ratu kemudian menatap pelayan pribadinya, meminta penjelasan atas kedatangannya kini.
"Tuan Delon meminta untuk bertemu," ungkap si pelayan, yang seketika membuat Ratu Senna berdecih sinis setelah mendengarnya.
"Apalagi yang diinginkan Adamantine sialan itu?!" gerutunya dengan kesal.
"Akhir-akhir ini, pria itu sepertinya mulai melunjak, memangnya dia pikir dia itu siapa? Huh." Wanita itu tiba-tiba saja menyeringai. Entah apa yang sedang dia pikirkan, pastinya bukan hal yang baik.
"Benar juga, anjing yang menggigit tuannya harus diberi hukuman, bukan?"
☘️*******☘️
Beberapa hari kemudian.
"Akhirnya, hari perburuan sudah tiba," Valencia menatap bayangannya di cermin. Pesta perburuan telah tiba, rencana yang sudah disusun olehnya bersama Hugo harus berjalan dengan baik, Putra Mahkota tidak boleh mati hari ini!
Tak lama kemudian, terdengar suara Ella yang berbicara dari daun pintu. "Nona, kereta kuda sudah siap!"
Valencia kemudian berdiri, berjalan keluar dengan anggun. Gadis itu hari ini memakai gaun biru dengan renda putih yang melingkari beberapa bagiannya, tak lupa dengan hiasan mutiara yang kian menambah kecantikannya.
"Mari, Nona. Tuan Duke sudah menunggu." Seorang pria paruh baya dengan setelan pelayan menyambutnya, dia Rone, kepala pelayan kediaman Fluternd.
Valencia tersenyum kecil menanggapi. Gadis itu kemudian berjalan menuruni tangga ke luar dengan ditemani oleh Rone.
Setelahnya, Valencia dapat melihat keberadaan sang Duke yang dengan gagahnya tengah menunggangi seekor kuda.
Hugo turun saat melihat sang tunangan datang, pria itu kemudian menghampiri Valencia dan mengecup punggung tangan gadis itu, melakukan sebuah tata krama dasar ala bangsawan.
"Sam, bawa kuda milikku," perintah Hugo pada asistennya yang setia.
Setelahnya, sang Duke membimbing Valencia masuk, sebelum pria itu juga menyusul mengikuti tunangannya.
Kereta kuda mulai berjalan, meninggalkan kediaman megah Fluternd dengan dua penumpang di dalamnya.
"Maaf membuatmu menunggu lama," ujar Valencia membuka pembicaraan
"Tidak masalah, itu sepadan," balas Hugo tersenyum kecil, mengunci gadis itu dengan tatapannya.
"Apa?" Valencia mengerutkan kening, memandang tunangannya dengan tidak yakin. Apakah Hugo sedang memujinya?
"Sudah, lupakan saja." Pria itu mengalihkan pandangannya keluar, menatap rimbunnya pepohonan dengan senyum kecil yang tidak luntur dari wajah tampannya.
"Tidak jelas!" gerutu Valencia, menatap kesal sang Duke.
Setelahnya, hanya keheningan yang melanda, mereka berdua disibukkan dengan pikiran masing-masing, berharap kereta kuda segera sampai di lokasi yang dituju.
"Valencia," panggil Hugo dengan suara bariton miliknya.
"Kau menyuruhku untuk mengawasi Putra Mahkota selama perburuan, bukan?" lanjut pria itu yang dibalas deheman oleh Valencia.
"Kalau begitu, alih-alih bertunangan denganku, kenapa kau tidak bergabung saja dengan kubu sang Pangeran?" Hugo sudah lama memendam rasa penasaran ini, karena rencana yang diajukan oleh tunangannya itu, terlihat sangat menguntungkan pihak Putra mahkota.
"Sebenarnya, jika aku bisa, aku ingin bersekutu dengan Putra Mahkota," ungkap gadis itu yang tepat sesuai tebakan Hugo.
"Tetapi, bagaimanapun juga Adelaine adalah pihak netral, dan aku tidak mau jika keluargaku terkena imbasnya, kau pun tahu seberapa liciknya wanita ular itu," lanjut Valencia, netra ruby miliknya memancarkan rasa amarah dan dendam yang membara.
☘️*******☘️
Haii~ ketemu lagi nih😉 kalian nemu plot hole gk di cerita ini? Kasih tau dong, biar bisa diperbaiki kedepannya 🥺
Author sengaja percepat alurnya sedikit, gk papa kan? Oh iya, konfliknya bakal lebih panas lagi di next Chapter, dijamin lebih seru deh, kalian jangan kemana-mana ya😉
Kalo ada typo kasih tau aja, ntar dikoreksi, oke?
Next dong biar author makin semangat lagi🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...