☘️~Happy reading~☘️
"Apa yang sedang anda pikirkan, Yang Mulia?" Kevin bertanya kala meletakkan tumpukan dokumen yang ia bawa di atas meja kerja sang Putra Mahkota.
"Ini, tentang Duke Fluternd." Pria tampan bersurai pirang itu menatap jendela luar dengan pandangan tak terbaca, entah apa yang sedang pria itu lihat di luar sana.
"Memangnya ada apa dengan Tuan Fluternd?" tanya Kevin lagi berusaha menanggapi Alexander, berbeda dengan fokusnya yang kini tertuju pada lembaran-lembaran kertas yang tercecer tak teratur di atas meja.
"Ternyata, pria itu bersama tunangannya berniat menghancurkan Ratu," jawab Alexander dengan matanya yang masih memandang gumpalan awan dari balik jendela.
"Oh, begitu?" Kevin menyahuti seadanya, tidak terlalu memperhatikan sang Putra Mahkota, pria itu masih bergumul dengan lembaran dokumen yang sedang ia himpun di tangannya.
"Tunggu, apa?!" Dokumen-dokumen itu segera berhamburan kembali kala si pria berambut merah terkejut setelah mencerna dengan penuh ucapan sang Putra Mahkota. Selanjutnya, Kevin memandang junjungannya itu dengan tatapan horor.
"Apa maksud Anda?!"
"Ya, mereka mengajakku untuk bergabung dan menghancurkan wanita gila itu," sahut Alexander tanpa menoleh menatap asistennya itu.
"Tapi ... bagaimana mungkin? Bukankah Fluternd dan Adelaine adalah keluarga yang netral?" Kevin memutar isi kepalanya, berusaha mengulik apapun yang ia ketahui di dalam memorinya.
"Kau seharusnya tahu Kevin, ada banyak orang di Kerajaan ini yang membencinya selain diriku," terang Alexander, akhirnya menoleh dan menatap langsung si pria berambut merah dengan pandangan datar.
"Tuan, tapi apakah itu memang benar? Bagaimana jika ternyata mereka berusaha menipu dan mencari keuntungan saja dari Anda?" Kevin menatap bingung Alexander setelah melontarkan hal yang bersarang di dalam kepalanya.
"Kau itu bodoh ya ternyata." Alexander menatap lembaran dokumennya yang kini berceceran di mana-mana. Berbanding terbalik dengan sang Ajudan yang menatap pria itu dengan mulut terbuka, sedikit tidak menyangka akan dicemooh secara langsung oleh majikannya.
"Tentu saja mereka mengajakku karena menginginkan keuntungan dariku, begitulah suatu kerja sama terjadi ..."
"Para pihak yang terlibat pasti mengincar keuntungan satu sama lain untuk mencapai kepentingan mereka." Alexander menatap sekilas pada selembar dokumen yang terletak begitu saja di mejanya, pria itu kemudian meraihnya dan melemparkannya ke dalam kotak sampah kecil di sudut ruangan.
"Kau tahu, Kevin? Sebenarnya mereka bisa saja melakukannya tanpa campur tanganku, tapi karena ini menyangkut dengan kejahatan nasional, mereka tetap membutuhkan koneksiku sebagai Putra Mahkota."
"Bukankah, itu artinya Anda juga bisa menyingkirkan wanita itu tanpa bekerja sama dengan mereka?" Kevin segera saja bertanya begitu Alexander menyelesaikan perkataannya.
"Benar, tentu aku bisa, tapi pastinya akan memakan waktu yang lebih lama, sedangkan rencana mereka sudah benar-benar matang, mereka bahkan punya saksi hidup yang bisa dihadirkan," timpal pria dengan netra biru langit itu pada bawahannya. Jujur saja, Alexander sedikit kagum dengan perencanaan matang yang ditawarkan oleh Duke Fluternd padanya.
"Kalau sudah seperti itu, berarti tinggal menunggu kesediaan Anda saja untuk bergabung dengan mereka?" ujar Kevin lagi yang dibalas dengan anggukkan oleh Alexander.
"Lalu, bagaimana keputusan Anda, Yang Mulia?"
☘️*******☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasiSorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...