☘️~Happy reading~☘️
"Sepupu!!"
Arabella datang menghampirinya, saat melihat pangeran kedua sedang bersamanya, dia bersikap seolah terkejut, lalu kemudian dia memasang raut sedih. Seolah menyesal atas kelancangannya.
Melihat itu, Valencia berdecih dalam hati. Diam-diam tangannya mengepal, menahan hasrat agar tidak mencekik gadis itu sampai mati!!
Tapi, tidak seru rasanya jika sepupunya itu mati secara instan, bukan? Arabella harus merasakan penderitaan yang dulu dia alami karena wanita itu!!
"Ah, maaf atas kelancangan saya, Yang Mulia."
Arabella menunduk hormat pada pangeran kedua, raut wajahnya dibuat memelas. Valencia mengernyit jijik saat melihatnya.
"Tidak apa-apa, Nona Adamantine," ujar pria itu tersenyum singkat.
Mendapat balasan seperti itu, raut wajah arabella menjadi gelap, dia merasa diabaikan. Tapi, itu tidak lama setelah dia kemudian tersenyum, bersikap seolah baik-baik saja.
"Bagaimana kabarmu, sepupu Adamantine?" Valencia menyapanya sopan, bagaimanapun ini pertemuan pertama mereka di kehidupan keduanya.
"Aku baik-baik saja, sepupu Valencia." Senyum gadis busuk itu mengembang, membuat Valencia muak.
"Ah, syukurlah kalau begitu." Valencia tersenyum, berusaha bersikap baik walaupun hatinya bersorak, menyuruhnya agar membunuh gadis itu sekarang juga.
Dia harus bersabar agar dendamnya terbalaskan dan mencapai puncak kepuasan saat melihat para bajingan itu menderita.
"Selamat, akhirnya kau sudah dewasa, sepupu," pujinya pada tuan rumah.
Tolak ukur kedewasaan bagi para bangsawan adalah dengan dimulainya pesta debut mereka. Pada saat itu, mereka sudah mulai memasuki ruang lingkup kebangsawanan yang penuh dengan intrik dan drama memuakkan.
Kekuasaan dan harta adalah segalanya. Itulah hukum yang berlaku bagi pemilik darah biru. Tanpa hal itu semua, kau tidak bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini.
Tidak sedikit Bangsawan yang memilih mengakhiri hidup saat keluarganya jatuh dan bangkrut. Kedua hal itu merupakan bagian vital bagi kelangsungan hidup para bangsawan.
"Terimakasih," ujar Valencia tetap mempertahankan senyumnya.
"Bagaimana kalau aku perkenalkan kepada para Nona bangsawan lain?"
"Aku akan merasa tersanjung jika sepupu berkenan melakukannya untukku."
"Ah, kau tidak perlu sungkan, sepupu."
"Ehemm"
Deheman seseorang mengalihkan perhatian dua gadis itu. Keduanya kemudian menoleh pada sang pangeran, Thomas.
"Maafkan kami karena mengabaikan anda, Yang Mulia Pangeran kedua," ujar Valencia menyisipkan sedikit 'bumbu' pada kata-katanya.
Arabella yang mendengarnya sontak terkejut, matanya melirik Valencia tajam. Bagaimana mungkin Valencia berkata seperti itu pada Thomas? Hancur sudah citranya di mata sang Pangeran!!
Hal yang tidak penting memang harus diabaikan, secara tidak langsung Valencia mengatakan itu. Juga, gadis itu menekankan status Thomas sebagai Pangeran kedua.
Semua orang tahu bahwa pamor Thomas jauh dibawah kakak tirinya, sang Pangeran Mahkota yang terkenal akan Ketampanannya, keahlian berpedangnya, juga ketangguhannya membasmi para perompak dan bandit yang mengganggu kesejahteraan rakyatnya.
Dia juga menambahkan kata "kami" untuk menunjukkan bahwa bukan dia saja yang mengabaikan sang Pangeran.
"Saya baik-baik saja, Nona," ujarnya tetap tersenyum, mempertahankan citranya yang murah hati.
"Ella!" Valencia menepuk tangannya Pelan, memanggil pelayan pribadinya.
Ella datang membawa nampan di tangannya. Terdapat gelas berukiran cantik berisi cairan merah di atas nampan itu.
"Sebagai permintaan maaf saya, Yang Mulia." Valencia tersenyum manis, menyerahkan gelas berisi minuman itu pada Thomas.
Sedangkan Thomas hanya tersenyum kecil, tangannya terulur menerima gelas itu.
"Untukmu juga, sepupu." Valencia memberikannya juga untuk Arabella, minuman berisi cairan merah itu.
"Ah, terimakasih, sepupu." Tentu saja Arabella menerimanya dengan senang hati.
"Ayo, silahkan diminum," ujarnya, menyuruh kedua orang itu agar segera meminumnya.
"Anda tidak minum, Nona?"
Nampan yang dibawa Ella hanya berisi dua gelas saja, dan kedua gelas itu sudah diberikan oleh Valencia kepada mereka berdua.
"Saya akan meminumnya bersama ayah dan kedua saudara saya, maafkan saya Yang Mulia."
"Tidak masalah, Nona."
Thomas dan Arabella kemudian bersulang, setelahnya mereka segera menenggak habis cairan merah itu hingga tandas.
Valencia yang melihat itu diam-diam menyeringai kecil, matanya berkilat penuh kesenangan. Ini adalah awal dari kehancuran para musuhnya.
Pembalasan dendam dimulai!!
☘️*******☘️
Maaf kalo part ini agak garing dan kurang memuaskan, soalnya lagi agak sibuk hehehe☘️☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...