☘️~Happy reading~☘️
"Putriku, aku tahu bahwa ini akan sangat sulit bagimu," suara sang Dewa kembali bergema.
"Oleh karena itulah, di kehidupanmu yang kedua ini, aku akan memberimu pilihan," ujarnya lagi.
Saat mendengar ucapan itu, seketika Valencia mengangkat kepalanya, mengerutkan kening. Gadis itu bertanya-tanya dalam hati tentang maksud dari pilihan yang sang Dewa itu berikan.
"Aku akan memberikan dirimu sebuah pilihan yang akan menentukan masa depanmu, Putriku." Seakan menjawab pikirannya, suara itu kembali terdengar di telinga Valencia.
"Anugrah ini adalah tanggung jawab yang besar, kau bisa mempertahankannya untuk seumur hidup dan memelihara racun itu dalam pembuluh darahmu."
Valencia mendengarkan ucapan sang Dewa dengan seksama menggunakan telinganya, sedangkan kepalanya disibukkan dengan rencana apa yang harus gadis itu lakukan setelah semua ini.
"Atau ... kau bisa melepaskannya jika kau tidak mampu mengemban berkah yang kuberikan."
Valencia langsung saja terbelalak saat mendengarnya. Melepaskan? Apa maksudnya? Apakah itu sama seperti apa yang ada dipikirannya saat ini?
"Ya, pemikiranmu tidak salah, Putriku," ucapan itu sudah jelas menjadi jawaban atas isi pikiran gadis itu tadi.
Valencia memejamkan matanya, mencoba untuk tetap tenang di tengah gejolak yang membingungkan ini.
Ini ... Adalah keputusan yang sulit!
☘️*******☘️
Valencia menghela napasnya panjang. Pada akhirnya, dia belum bisa memutuskan dan sang dewa memberinya waktu untuk mengambil
Pilihan.Tangan putih mulus itu terulur, menggenggam secangkir teh dan dengan anggun meminum isinya hingga habis tak tersisa.
Lagi-lagi gadis itu menghela napas panjang. Kepala Valencia seakan bisa meledak kapan saja, otaknya dipusingkan tentang pilihan yang akan dia ambil untuk menentukan masa depannya.
"Keluarlah!" Valencia tiba-tiba berseru saat merasakan kehadiran seseorang di kamarnya.
Bayangan hitam tiba-tiba melesat ke arahnya dan berhenti di depan gadis yang sedang duduk di atas ranjangnya itu.
"Nona." Bayangan hitam itu kemudian memudar dan berubah menjadi sosok yang Valencia sangat kenali.
"Jadi bagaimana kabarmu, Tuan Xadern?" tanya gadis itu pada pria di depannya yang ternyata adalah tuan muda Hillard.
"Saya baik-baik saja, Nona," jawab pria itu masih dengan berlutut. Kemudian, Xadern pun berdiri dari posisinya, memandang datar Valencia.
"Apa yang membawamu kemari?" tanya Valencia dengan penasaran.
"Saya ingin membicarakan masalah terkait Azir, Nona."
"Astaga, aku hampir saja melupakan pelayan tua itu." Valencia terkekeh kecil.
"Kapan rencana kita akan berjalan, Nona?" tanya pria itu masih dengan tampang datarnya.
"Bersabarlah, nasib pria tua itu sudah ada di tanganku." Mata gadis itu berkobar dipenuhi dengan dendam, seringai kejam terbit di wajah cantiknya.
"Baiklah kalau begitu, saya akan menunggu arahan yang anda berikan." Kata-kata terakhir pria itu, sebelum menghilang dari hadapan Valencia, berubah menjadi bayangan hitam.
"Astaga, dia bahkan pergi tanpa pamit," ujar gadis berambut putih itu seraya mendengus kecil.
TOK! TOK! TOK!
Suara ketukan pintu terdengar, mengalihkan atensi Valencia. Gadis itu mengernyitkan dahinya. Netra merahnya yang indah menatap lurus pintu kamarnya.
"Nona, tuan Marquess sudah menunggu anda." Suara ketukan itu menghilang setelah sebuah kalimat terdengar di telinga Valencia.
Yah, waktunya telah tiba.
Valencia dengan cepat memanggil Ella untuk membantunya bersiap-siap, hari ini dia harus pergi ke kuil suci untuk memenuhi permintaan sang pendeta agung.
☘️*******☘️
"APA MAKSUDMU?!"
Suara melengking seorang wanita terdengar. Siapapun yang mendengarnya, dapat dipastikan akan bersujud untuk menahan ketakutan mereka.
Memangnya, siapa yang berani menghadapi kemarahan wanita nomor satu di Altasia itu? Yah, mungkin hanya segelintir orang saja yang bisa melakukannya.
Dan Count Adamantine, adalah salah satunya.
Pria berambut putih itu dengan tanpa gentar dan rasa takut melakukan hal yang tidak dapat diduga siapapun. Sepertinya hanya dia saja, satu-satunya orang yang berani mengancam seorang Ratu Senna yang terkenal dengan keangkuhannya.
"Bagaimana mungkin putraku yang tampan itu menikahi putrimu yang buruk rupa?!"
BRAK
"Jaga ucapanmu! Walaupun kau seorang Ratu, aku tidak akan segan-segan untuk melakukannya!" Yah, tentu saja Count Adamantine mempunyai 'senjata' yang dapat menundukkan wanita dihadapannya ini.
"Berani sekali kau mengangkat telunjukmu padaku!" Amarah wanita itu semakin meledak-ledak saat menghadapi kelakuan sang Count yang dapat membuatnya naik darah.
"Aku tidak mau tahu, keinginan putriku adalah perintah bagimu!" ungkap Count dengan kurang ajar, sebelum pergi, meninggalkan sang Ratu yang sudah terbakar api amarah.
"SIALAN KAU DELON!"
☘️*******☘️
Valencia memandang bosan ke luar jendela, hanya untuk melihat hamparan hijau pepohonan rimbun dan aktivitas para warga yang sedang menjalani kesehariannya.
Perjalanan dari March Adelaine menuju Kuil Agung memakan waktu sekitar 4 jam. March Adelaine berada di daerah perbatasan Kerajaan, sedangkan Kuil Agung tepat berada di pusat ibukota Altasia. Sangat jauh sekali bukan?
Kepalanya juga dipusingkan dengan pilihan apa yang akan dia ambil untuk masa depannya.
Berkah tubuh beracun yang dia miliki, dapat diibaratkan sebagai pedang bermata dua, dapat melukai siapa saja, entah musuh atau kawan.
Tetapi, jika dia memilih untuk mempertahankannya, tak ada jaminan di masa depan bahwa racun dalam tubuhnya tidak bisa melukai keluarganya.
Kekuatan yang besar, datang dengan tanggung jawab yang besar pula. Dan Valencia, tidak siap dengan resiko yang harus dia hadapi jika itu menyangkut keluarganya.
Kesempatan kedua yang dia miliki, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dia tidak mau keluarganya menjadi korban lagi.
☘️*******☘️
Hai~ gimana kabarnya? Maaf ya agak telat, soalnya kesibukan di rl nambah makin banyak😭
Harusnya Chapter ini di publish hari Sabtu kemarin, tapi baru selesai sekarang😭 maaf ya huhu
Oh iya, menurut kalian Valencia bakal pilih yang mana? Ngelepasin berkah tubuh beracunnya atau milih untuk dipertahanin gitu aja?
Kalo ada typo kasih tau ya😉 yaudah deh segitu aja dulu🧡
Kita ketemu lagi di next Chapter Bye~☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...