Page 28 : Looking For Someone

53K 7.3K 73
                                    

☘️~Happy reading~☘️

Alexander berjalan dengan cepat, membawa langkah kakinya menuju pintu keluar Istana Vandell. Dibelakangnya, terlihat Kevin yang tergopoh-gopoh mengikuti langkah sang Putra Mahkota.

Rahang Alexander mengeras, tangannya terkepal erat, membuat Kevin bergidik ngeri saat mengetahui bahwa sang majikan tengah dikuasai emosi.

Alexander tampak kacau, pria itu memutuskan untuk pergi karena tahu bahwa dia akan dibutakan oleh dendam dan amarah jika berada dalam satu ruangan dengan pelaku yang bertanggungjawab atas kematian ibunya.

"Lama tak bertemu, kak!"

Baru saja Alexander keluar dari daun pintu Istana Vandell, sebuah suara memanggilnya. Suara menyebalkan yang tidak pernah Alexander sukai seumur hidupnya.

Alexander menghela napas panjang, mengusir semua emosi yang bersarang di kepalanya. Pengendalian diri adalah perisai pamungkasnya untuk saat ini.

"Kak? ... Oh, atau harus kupanggil Putra Mahkota?" tanya Thomas dengan senyum menyebalkan miliknya.

"Tenang saja, gelar yang selalu kau bangga-banggakan itu akan segera menjadi milikku, jangan khawatir!" ucap pria itu lagi masih dengan senyum culasnya yang hanya dibalas Alexander dengan tatapan malas.

"Apa? Bukankah dulu kau pernah berkata tidak menyukai gelar itu? Maka segera berikanlah padaku dan kupastikan tidak akan ada pertumpahan darah di antara kita." ujar Thomas, tampak seperti orang bodoh tanpa otak.

"Tidak usah mengaturku! Urus saja istrimu yang buruk rupa itu!" balas Alexander, seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Thomas bersama sang ajudan yang setia mengikutinya dari belakang.

"Sialan kau!!" balas Thomas dengan suara lantangnya yang menggema di lorong-lorong Istana.

☘️*******☘️

Di bawah temaram sinar Bulan yang menerangi langit malam, terlihat dua sosok berjubah hitam yang berlarian di antara rimbunnya pepohonan.

Salah satu dari mereka bergerak dengan lincah dan cepat, sedangkan satu yang lainnya terlihat kesulitan mengimbangi langkah orang di depannya.

BRUK!

Akhirnya, karena sudah tidak kuat lagi, jubah hitam yang tertinggal di belakang pun terjatuh dengan keras.

Hal itu membuat sang jubah hitam yang berada di depannya menghentikan langkah, dan dengan cepat menghampiri rekannya yang terjatuh tadi.

"Astaga, Apa kau baik-baik saja?"

Yang ditanya hanya diam saja dengan posisi tubuhnya yang masih telungkup di tanah. Perlahan, dia mendongak, menampilkan wajah memelas yang sedang menahan sakit.

"Nona, anda terlalu cepat," ujarnya berusaha bangkit seraya memegang salah satu dahan pohon sebagai tumpuan.

"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak ikut, tapi kau terlalu keras kepala, Ella."

Sahutan itu terdengar bersamaan dengan tudung jubahnya yang terbuka, menampilkan fitur wajah seorang gadis cantik dengan rambut putihnya yang menawan dan mata ruby miliknya yang berkilau di tengah gelapnya malam.

"Sebenarnya, apa yang akan anda lakukan malam-malam seperti ini di Duchy Fluternd?" tanya Ella dengan tangannya yang sibuk menepuk-nepuk jubah hitam miliknya.

Valencia hanya menghela napas panjang, gadis itu lalu mengambil sesuatu dari dalam jubahnya dan kemudian menyerahkannya pada Ella.

"Nona ... " Panggilnya pada sang nona seraya menatap benda di tangannya itu dengan alis yang berkerut.

"Jika terjadi sesuatu, tarik talinya sebanyak 3 kali dan arahkan ke langit, kau mengerti?" ujar Valencia seraya mengawasi daerah sekeliling dengan pandangan tajam.

"Apa maksud anda, Nona?!" Ella bertanya dengan wajah panik, pikirannya berfantasi menebak kemungkinan terburuk yang akan dilakukan Nonanya itu.

Ella khawatir jika Valencia akan melakukan hal nekat yang dapat membahayakan dirinya sendiri.

"Diamlah di sini sampai aku kembali, ini perintah!" ujar Valencia, gadis itu kemudian memakai tudung jubahnya dan perlahan menyelinap diantara rimbunnya pepohonan.

Sedangkan Ella yang ditinggalkan dengan pasrah mengikuti perintah sang nona. Gadis pelayan itu menghela napasnya panjang, ingin sekali dia mencegah nonanya itu untuk pergi sendiri, tapi apa boleh buat? Valencia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara dan malah langsung pergi begitu saja.

☘️*******☘️

Valencia terus berjalan menyusuri hutan di tengah gelapnya gulita malam. Tak lama kemudian, gadis itu menemukan jalan setapak yang cukup luas membentang dan memotong hutan menjadi dua sisi.

Valencia lalu mengambil sebuah pita berwarna merah dari jubahnya dan mengikatkannya di sebuah pohon yang cukup besar yang sekiranya mudah ditemukan oleh siapa saja.

Setelah memastikan pita itu terikat dengan erat, Valencia melanjutkan kembali langkahnya menyusuri jalan setapak yang gadis itu temukan tadi.

Perlahan tapi pasti, nertra merahnya dapat menangkap siluet sebuah kastil besar yang sudah dipastikan berada di ujung jalan setapak yang sedang dialuinya saat ini.

Untuk sesaat, mata gadis itu berkilat aneh. Perlahan, bibir tipisnya yang mungil mengukir seringaian berbahaya, bersamaan dengan suara lirihnya yang menyebutkan sebuah nama.

"Fluternd."

☘️*******☘️

Hai~ akhirnya kita bisa ketemu lagi😚 gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya❤️ Makasih karena udah setia sama cerita ini😭

Ada yang kangen sama Valencia gak? Atau kangen sama authornya gitu😂 Kalo nggak ada halangan, miinggu ini author bisa double up😆

Typonya jangan lupa koreksi ya😁 udah deh segitu aja dulu, kita ketemu lagi di next Chapter ok😃

Bye~☘️

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang