Page 33 : Mr. Fluternd

48K 6.6K 101
                                    

☘️~Happy reading~☘️

Di sebuah ruangan yang diliputi aura keheningan, terdapat tiga orang pria dan seorang gadis muda. Tidak ada pembicaraan apapun yang tercipta fi antara mereka, keempat orang itu hanya terdiam dengan pikiran yang berkecamuk di kepala mereka masing-masing.

Valencia duduk di kursinya dengan gigi yang bergemelatuk, situasi ini tidak pernah terbayang dalam pikirannya. Apa yang harus dia lakukan sekarang?!

Sang Marquess meletakkan cangkir teh miliknya, menciptakan sebuah suara yang bisa terdengar oleh seluruh penghuni ruangan yang hening itu.

"Lama tidak bertemu, Hugo," sapa Hendry pada sang Duke Fluternd.

"Senang bisa bertemu dengan anda kembali, Jendral besar Adelaine," tukas Hugo seraya menyesap teh miliknya.

"Ekhemm," dehem Arthur mengalihkan atensi sang Duke.

"Bagaimana kabarmu, Tuan muda Adelaine?" tanya Hugo akhirnya setelah meletakkan kembali cangkir teh miliknya.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja," tukas pemuda itu dengan wajah menyebalkan miliknya.

"Syukurlah kalau begitu," ujar kembali Hugo masih dengan tampang dinginnya, membuat Arthur hanya mendengus kecil saat melihatnya.

Valencia hanya diam saja memperhatikan interaksi para pria di depannya, gadis itu tidak menyangka jika sang Duke Fluternd ternyata mengenal Ayahnya dan juga kakaknya.

"Langsung saja, apa tujuanmu kemari, Hugo," tanya Hendry menatap serius pada sang Duke Fluternd.

"Tentu saja untuk melamar putrimu, Jendral Adelaine." Hugo dengan gestur yang tenang kembali menyesap teh miliknya, tidak tau saja jika perkataannya tadi membuat Valencia kelimpungan sendiri di kursinya.

Sang Marquess menganggukkan kepalanya beberapa kali setelah mendengar itu. "Jujur saja, aku memang berencana untuk menikahkan Valencia denganmu."

Sontak saja, ucapan Hendry membuat kedua anaknya menoleh tidak percaya. Arthur yang melemparkan tatapan protes pada ayahnya, dan Valencia yang menatap Hendry dengan mulut menganga.

Jika memang seperti itu, apakah perjuangannya menyelinap di tengah malam demi menyusup ke Duchy Fluternd itu sama saja dengan sia-sia? Sialan!

"Apa maksudnya? Kenapa Ayah bisa berkata hal seperti itu?!" Arthur menatap ayahnya dengan pandangan tidak mengerti.

"Aku lebih mempercayai Hugo dari pada para bangsawan penjilat di luar sana," ujar Hendry dengan tenang, menjawab pertanyaan putranya itu

"Aku tahu, tapi bukankah ini terlalu cepat untuk Valencia?!"

Arthur juga mengenal dengan baik sosok Duke of Fluternd itu, karena semasa kecil, mereka berdua sering berlatih pedang bersama di barak militer sang Marquess, Hendry juga selalu turun tangan langsung untuk melatih mereka dan mengajarkan mereka berbagai taktik dalam peperangan.

"Kalau begitu, kenapa kita tidak langsung saja bertanya pada adikmu mengenai hal ini?" usul sang Marquess, yang sontak saja membuat semua atensi di ruangan itu kini beralih menatap Valencia.

"Jadi bagaimana ... Valencia?"

☘️*******☘️

Valencia menghela napasnya panjang sebelum mengetuk pintu ruang kerja ayahnya. Tangannya berhenti di udara, saat telinganya samar-samar mendengar suara ayahnya di dalam sana.

"Hugo, aku percayakan putriku padamu, jaga dia sebaik mungkin, perlakukan dia dengan baik, hanya Valencia saja putriku satu-satunya, kediaman ini sudah tidak kondusif untuknya."

Mendengar penuturan sang Ayah, Valencia tanpa sadar mengeratkan genggamannya. Apa maksudnya? Sudah tidak kondusif? Sebenarnya apa yang terjadi di kediaman ini tanpa sepengetahuannya?

Rasa penasaran ini sangat menyiksanya, membuat Valencia merasa bahwa rencananya selama ini sia-sia saja.

Krieett

Suara pintu terbuka itu menyadarkan Valencia dari lamunannya, membuat gadis itu dengan cepat beranjak pergi dari sana membawa beban pikiran yang semakin bertambah di kepalanya.

Hugo kemudian benar-benar keluar dari ruangan sang Marquess setelah memastikan bahwa orang yang pria itu duga sebagai Valencia sudah pergi.

Sebenarnya, pria itu sudah menyadari keberadaan seseorang saat hendak membuka pintu tadi, karena itulah dia sengaja agar menahan pintu itu untuk beberapa saat agar orang tersebut bisa pergi.

Karena jika itu benar-benar Valencia, Hugo tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada gadis itu. Hugo tahu, ini bukan saat yang tepat untuk memberitahunya.

☘️*******☘️

Valencia menghela napasnya berulang kali, memikirkan kembali ucapan sang ayah yang tidak sengaja dia dengar beberapa waktu lalu.

"Sebenarnya ... Apa yang telah kulewatkan?" Gadis itu termenung seraya bersandar pada pagar balkon, tidak menyadari kehadiran orang lain di sana.

Semilir angin menerbangkan helaian rambut putihnya yang menawan, pendaran cahaya senja menghiasi gadis itu, membuatnya tampak seperti seorang Dewi. Membuat seseorang yang baru datang itu terkesima untuk sejenak.

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi, Nona penyusup," ucap seseorang itu yang ternyata adalah Duke Fluternd.

Valencia hanya meliriknya sebentar, kemudian menghela napas panjang setelahnya.

"Jadi bagaimana? Seharusnya kau senang bukan, karena sekarang kita telah resmi menjadi rekan?"

Valencia hanya menanggapinya dengan deheman kecil. Hugo tahu suasana hati gadis itu sedang buruk, dan pria itu tidak berniat untuk membuatnya menjadi lebih buruk.

Dan untuk beberapa saat, hanya keheningan yang tercipta di antara mereka berdua.

"Kau tahu, Nona kecil? Terkadang, kunci dari sebuah peti rahasia akan muncul jika waktunya sudah tiba." Hugo berujar sebelum benar-benar pergi meninggalkan gadis itu.

Valencia tidak menanggapi, gadis itu hanya termenung menatap hamparan langit jingga di sore hari.

☘️*******☘️

Hai~ gimana kabarnya? Maaf baru update soalnya author sibuk banget>_<

Menurut kalian cerita ini tuh gimana? Apa kurangnya? Jujur ya biar author bisa revisi jadi lebih baik🥺

Yaudah deh segitu aja dlu, kalo ada typo kasih tau ya😉 kita ketemu lagi di next chapter byee~☘️

Next yok!

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang