Page 40 : hunting

41.4K 5.4K 83
                                    

☘️~Happy reading~☘️

Semilir angin yang sejuk menerbangkan helaian putih rambut Valencia, gadis itu kini sedang menikmati jamuan teh bersama sang tunangan sebelum acara perburuan dimulai.

"Suasana di sini masih sangat asri," celetuk Valencia, kagum dengan keindahan hutan ini.

Pohon-pohonnya yang rimbun tampak menjadi perisai yang menghalau panasnya sinar matahari. Angin sepoi-sepoi yang sejuk bertiup menyeimbangkan suhu yang tercipta, tak lupa dengan kicauan burung-burung yang terdengar sangat merdu di telinga.

"Ya, hutan ini masih belum terisolasi, oleh karena itulah Yang Mulia Raja meminta acara perburuan diselenggarakan di sini," pungkas Hugo setelah meneguk teh miliknya. Netra biru laut milik pria itu kemudian bergulir mengawasi sekitar.

"Kau tidak berbaur dengan para nona muda itu?" tanya sang Duke cukup penasaran.

"Tidak sekarang, mungkin nanti," jawab Valencia seadanya, tangan mungil gadis itu sedang sibuk memasukkan beberapa kue kering ke mulutnya.

Hugo hanya menghela nafas panjang melihat tingkah tunangannya. "Ternyata porsi makanan yang selama ini kuberikan masih kurang."

Uhukk! uhukk!

Sang Duke lantas dengan cepat mengulurkan segelas air pada tunangannya itu.

"Apa?! Aku hanya memakan beberapa kudapan kecil, dan kau berkata seolah aku adalah gadis yang rakus?!" ujar Valencia sewot, berbanding terbalik dengan tangannya yang masih mencomot beberapa kudapan.

"Aku, tidak menyebutnya sebagai rakus," ujar sang Duke bingung, kapan dia berkata bahwa gadis itu rakus?

"Kau tahu peraturannya, Tuan Duke," ujar Valencia sinis, tak berhenti mencemili kudapannya itu.

"Peraturan yang menyatakan bahwa wanita itu selalu benar dan laki-laki itu selalu salah?" tanya Hugo tak acuh, matanya kembali bergulir mengawasi ke sekitar, berjaga-jaga jika suatu hal yang tidak diinginkan terjadi.

Valencia yang sedang memakan kudapannya lantas mengerutkan kening. "Itu peraturan konyol! Tapi, darimana kau mengetahuinya?"

"Sepertinya bukan hanya aku saja, gadis yang pernah bekerja bersamamu," lanjut gadis itu sinis, tanpa berhenti mencemili kudapannya yang lezat.

Hugo lantas menoleh, memandang Valencia bingung, apa yang sedang tunangannya bicarakan? Sam yang memberitahunya tentang 'peraturan' konyol itu. "Apa maksudmu? Tentu saja hanya kau satu-satunya gadis yang bekerja denganku."

Uhukk! Uhukk!

Valencia tersedak kembali, bahkan lebih keras, menarik perhatian beberapa orang di sekitarnya.

"Kau baik-baik saja?" Hugo bertanya khawatir. Apakah tersedak sekarang menjadi bagian dari kebiasaan tunangannya itu?

Valencia menunduk dan menutup mulutnya rapat, wajah cantik gadis itu kini merah padam, sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan sang Duke.

"Aku ... tidak apa-apa," jawab Valencia dengan kikuk. Astaga, apa yang terjadi padanya tadi?! Sungguh memalukan! Untung saja tidak ada yang melihatnya. Ugh, dasar Hugo menyebalkan!

Suara terompet yang familiar tiba-tiba terdengar, mengalihkan atensi seluruh bangsawan yang hadir.

"Yang Mulia Raja Ferdinand beserta keluarga Kerajaan Altasia telah tiba!" Mendengarnya, sontak saja para bangsawan memberikan salam hormat mereka secara serentak.

"Angkat kepala kalian!" sentak sang Raja dengan tegas, Pria paruh baya itu kini sedang berdiri di sebuah altar kecil. Raja Ferdinand memberikan beberapa pidato sambutan singkat untuk para hadirin.

"Hari ini, di sini! Kita semua, para pejuang terhormat Altasia berkumpul untuk melanjutkan tradisi para leluhur kita! Aku, Ferdinand Libero Vicansa de Altasia, dengan resmi membuka acara perburuan ini! Hidup Altasia!!" teriak sang Raja lantang, pria paruh baya itu mengangkat pedangnya ke udara, yang disambut dengan acungan pedang para peserta yang berpartisipasi.

"Hidup Altasia!"

Setelahnya, para pria bangsawan menyiapkan perlengkapan berburu mereka, satu persatu mulai pergi menuju barak kuda, bersiap memulai perburuan.

Sementara itu, Valencia dengan bingung memutar pandangannya ke sekitar, berusaha mencari sesuatu yang telah dia tunggu sedari tadi. Hugo yang menyadari gerak-gerik tunangannya itu lantas bertanya. "Apa kah ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Tidak, aku ... baik-baik saja," jawab gadis itu tanpa menoleh pada sang Duke.

"Ekhem!" Suara deheman Hugo akhirnya mampu membuat gadis itu memalingkan wajah pada sang tunangan. Kening Valencia berkerut bingung saat mendapati sang Duke tengah memandangnya datar. "Kau ... membutuhkan sesuatu?" tanya gadis itu ragu.

"Apa kau ... tidak ingin memberikan sesuatu padaku, sebelum aku pergi berburu?" tanya sang Duke melemparkan tatapan ke arah lain, entah apa yang membuat pria itu tak berani memandang tunangannya sendiri.

"Sesuatu? Memangnya, apa yang harus kuberikan padamu?" tanya Valencia sedikit iseng, berusaha menyembunyikan tawanya melihat tingkah sang Duke.

Hugo yang diperlakukan seperti lantas menghembuskan nafasnya panjang, kemudian berucap lirih, cukup membuat Valencia memincing tajam setelah mendengarnya. "Lupakan, aku akan memintanya dari gadis lain saja."

"Benarkah? Kau akan memintanya dari orang lain? Aku takut kau akan menyesal setelah melakukannya, Tuan Duke," ujar gadis itu dengan bersidekap dada, melemparkan tatapan tajamnya yang mengerikan.

Hugo hanya diam tanpa berani mengulangi ucapan isengnya tadi, ternyata cukup menyeramkan juga ditatap sedemikan rupa oleh gadis bermata merah itu yang sayangnya adalah tunangannya.

"Ah, menyebalkan!" gerutu pelan Valencia. Sebelum menghela nafas panjang menenangkan dirinya, entah kenapa akhir-akhir ini dia bersikap begitu aneh saat bersama Hugo.

Valencia lantas mengambil sesuatu, sebuah sapu tangan kecil bermotif dari tas kecilnya dan menyerahkan benda itu pada sang Duke.

"Ini, jagalah sapu tangan ini dengan baik, sama seperti kau menjaga nyawamu sendiri, mengerti?"

Ya, menyerahkan sebuah benda (dalam kasus ini, sapu tangan) pada seseorang yang akan berpergian atau berperang sudah menjadi semacam tradisi yang turun temurun.

Seseorang menitipkan sebuah benda dengan tujuan agar mereka yang berpergian dapat menjaga benda tersebut dengan baik, sama seperti mereka menghargai dan menjaga nyawa mereka sendiri.

"Ya, terimakasih," jawab Hugo dengan senyum tipis di wajah tampannya itu. Sang Duke kemudian berpamitan pergi untuk melakukan perburuan.

"Jangan lupa, rencananya," ucap Valencia pelan, sebelum tunangannya itu benar-benar pergi menjauh darinya.

Kini, hanya tersisa gadis itu sendiri, dengan perasaan gelisah yang kembali meresahkan hati.

Valencia mengigit ujung kuku ibu jarinya dengan tak karuan, memikirkan sesuatu yang sejak tadi membuat perasaannya tidak enak.

Pesta perburuan sudah dimulai, tapi ... kenapa keluarganya belum juga datang? Seharusnya Ayahnya dan kakaknya sudah sampai sedari tadi.

"Di mana mereka, kenapa masih belum sampai?"

☘️*******☘️

Hoi hoi~ ketemu lagi niehh apa kabar kalian di sana? Semoga sehat selalu ya😆

Oh iya, author mungkin bakal jarang update setelah ini, soalnya rutinitas baru sudah mulai berdatangan Jadi yaaa, doain aja moga author masih punya waktu buat up chap baru okeee 😉

Maaf klo Chapter ini agak garing dan gk jelas 😥 Koreksi ya jangan lupa.

Next? Yok bisa yok!

Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang