☘️~Happy reading~☘️
Keesokan harinya, kediaman Adelaine dihebohkan dengan teriakan menggelegar sang tuan rumah, Hendry.
"Beraninya kau! Penyusup sialan!"
Hendry tanpa ampun mencekik leher ringkih itu dengan tangan kekarnya. Tubuh tua milik pria itu terseret dengan lehernya yang digenggam sang Marquess.
Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan lilitan di lehernya, tapi apa daya, kekuatan sang Marquess masih jauh berada di atasnya. Julukan "Singa Perang Altasia" yang disematkan pada Hendry memang tidak bisa diragukan lagi. Yang jelas, dia salah memilih lawan!
Para pelayan yang melihat kejadian itu sontak memekik kaget, mereka berteriak histeris kala menyaksikan tuan rumah mereka sedang menyeret seorang pria tua tak berdaya yang sekaligus menjadi kepala pelayan kediaman ini, Azir.
Hendry terus melangkah dengan Azir yang berada di bawah cengkramannya. Langkah kaki pria itu membawanya ke sebuah pintu, pintu dengan ukiran kuno yang selalu menjadi mimpi buruk bagi para penghuni kediaman Altasia. Pintu ruang bawah tanah.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pintu itu adalah tempat berakhirnya para pengkhianat, pembangkang, ataupun kriminal yang berurusan dengan keluarga Adelaine.
Kadang kala, para penjaga yang bertugas di malam hari, seringkali mendengar suara benturan benda keras yang disusul dengan sebuah teriakan memilukan, berasal dari pintu itu. Membayangkannya saja dapat membuat seseorang bergidik takut, sangat mengerikan!
Dan cerita itu sudah cukup membuat orang-orang yang bekerja di kediaman Adelaine merinding dan tidak berani berbuat macam-macam pada majikan mereka.
Setelahnya, Hendry membuka pintu itu dan masuk kedalamnya, masih dengan menyeret tubuh ringkih milik Azir.
Hal itu membuat sebagian pelayan yang menyaksikannya menahan napas seketika, tak bisa membayangkan hal selanjutnya apa yang akan terjadi pada pria malang itu.
Di belakang Hendry, Pelayan pribadinya-Robert-menyusul. Sebelum pria itu benar-benar masuk menyusul majikannya, dia berbalik sebentar untuk menghadap para pelayan yang menyaksikan kejadian ini.
"Jangan biarkan berita ini tersebar! Atau kalian akan berakhir seperti pria tua itu, mengerti?!
☘️*******☘️
"Jadi, bagaimana?" tanya seorang gadis berambut putih yang tengah duduk di ranjangnya, menghadap pada pria dengan tampang datar di hadapannya.
"Marquess Adelaine sudah menangkapnya," jawab si pria bermata hijau yang tak lain adalah Xadern.
"Ah, ternyata ayahku bergerak dengan sangat cepat ya." Senyum gadis itu merekah saat mengetahui rencana yang telah ia susun ternyata berhasil menumbangkan salah satu pion musuhnya.
"Kerja bagus, Tuan muda Hillard," ujar Valencia lagi dengan kekehan kecil yang merdu.
Ya, benar. Valencia lah yang meminta Xadern untuk menyingkirkan orang yang selama ini menjadi perantara Azir dan Adamantine. Setelahnya, Xadern menyamar menjadi perantara palsu dan mengumpulkan bukti-bukti berupa surat antar keduanya yang berisi rincian kelemahan dan rahasia keluarga Adelaine yang berhasil diketahui oleh Azir.
Seperti sebuah kebetulan, gadis itu baru mengetahui bahwa sang ayah juga tengah menyelidiki Azir.
Menurut informasi yang diterimanya dari Xadern, beberapa pelayan melaporkan bahwa mereka melihat seseorang yang diduga sebagai Azir sedang berkeliaran di malam hari.
Dan Valencia sengaja meminta Xadern agar meletakkan bukti-bukti itu di ruangan milik sang Kepala pelayan. Memudahkan Hendry untuk menemukannya dan segera menangkap pria tua itu.
Yah, sangat sederhana. Gadis itu tak perlu repot-repot mengotori lengannya sendiri untuk menangkap Azir. Valencia juga sengaja melakukan itu agar sang Ayah tak mengetahui campur tangannya dalam penangkapan si Kepala pelayan.
Dan karena dia merupakan satu-satunya wanita di keluarga ini, sudah pasti mereka, khususnya Hendry tidak akan membiarkannya ikut campur dalam politik kotor Kerajaan.
Terlebih, Valencia ingin membalaskan dendamnya tanpa embel-embel Adelaine. Gadis itu juga tidak ingin keluarganya mendapat masalah lagi karena dirinya, Valencia cukup trauma dengan hal itu.
"Bersiaplah, kita akan memberi pelajaran pada pria tua itu."
☘️*******☘️
Valencia menatap puas pada botol kaca kecil yang tengah ia pegang saat ini. Botol berisi cairan hijau yang sudah gadis itu racik sendiri, apalagi kalau bukan racun miliknya?
Valencia kemudian menoleh, menatap jejeran botol kaca lainnya yang berisi cairan hitam, darahnya. Ya, darahnya! Jauh-jauh hari, gadis itu sudah menguras darah beracun miliknya saat sebelum disucikan.
Sejujurnya, dahulu dia hanya mencoba menguji apakah darahnya cocok jika dicampur dengan bahan beracun lainnya.
Dan ternyata, darah beracun miliknya sangat kompatibel untuk diramu dengan berbagai jenis tanaman beracun, bahkan berhasil menciptakan racun dosis tinggi yang mematikan!
Dan sekarang, dia mempunyai sekitar 12 botol kaca yang berisi darah beracun miliknya. Dosis yang dibutuhkan untuk membuat racun baru, hanya sekitar beberapa tetes saja. Dan tidak setiap hari juga Valencia akan membuat racun.
Yah, yang pasti darah beracun miliknya masih bisa digunakan hingga saat ini, dan mungkin untuk beberapa bulan ke depan!
"Bersabarlah, Azir! Karena hasrat dari sebuah dendam, akan segera menghampiri dirimu!"
☘️*******☘️
Hai~ gimana kabarnya? Semoga sehat selalu (^^). Sorry ya kalo chapter ini agak cringe atau nyeleneh gitu, soalnya ditulis pas malem, lagi gk fokus juga soalnya😭
Sumpah sih, kaget banget kemaren ada yang nanya, "darahnya Valen udh dikuras belum?" Emang cerita ini ketebak banget ya alurnya?😂
Yaudah deh ya, segitu aja dulu. Kita ketemu lagi di next Chapter, ok?
Bye~🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...