☘️~Happy reading~☘️
Valencia keluar dari ruang kerja Ayahnya dengan wajah murung, dia masih sangat merasa bersalah pada adiknya, Sergio.
Saat melewati taman, netranya tanpa sengaja menangkap objek yang tengah dipikirkannya sedari tadi. Ya, melalui matanya dia melihat Sergio sedang berjongkok di sebuah pohon besar.
Valencia memutuskan untuk menghampiri sang Adik. Saat jarak diantara keduanya kian menipis, dia akhirnya dapat melihat dengan jelas, Adiknya sedang berjongkok seraya menumpukan lipatan lengannya pada lutut dan menyembunyikan wajahnya di sana.
"Sergio," panggil gadis itu pada adiknya seraya mengusap lembut surai putih milik Sergio.
Mendengar panggilan itu, Sergio pun lantas mendongak, menampilkan wajahnya yang kusut juga matanya yang sembab. Untuk sesaat, bocah itu membeku melihat Valencia, lalu dengan cepat Sergio beranjak, hendak berlari dari sana menjauhi sang Kakak.
Tapi hal itu tidak terjadi, Valencia segera menahan lengan Sergio, menggagalkan niat Adiknya untuk kabur. Mendapati hal itu, Sergio memberontak dengan air matanya yang kembali terurai, dipikirannya mungkin sang Kakak akan menghukumnya. Hati Valencia sakit saat melihat sang Adik yang berusaha lari darinya.
GREP
Gadis itu segera menarik Sergio ke dalam dekapannya. Sergio yang diperlakukan seperti itu lantas membeku. Bocah itu juga mendengar Valencia menggumamkan kata "maaf" berulang kali, bahu Sergio juga basah dipenuhi rintikan air mata sang Kakak.
Situasi itu bertahan cukup lama. Valencia yang terus menangis dengan segala penyesalannya, serta Sergio yang hanya diam tidak tahu harus bereaksi bagaimana, dia juga terlihat kaget menerima perlakuan sang Kakak, karena bisanya Valencia hanya bersikap acuh tak acuh padanya sekeras apapun dia berusaha mendekati sang Kakak.
"Kakak," panggil Sergio pelan.
Mendengar itu, Valencia mendongak memandang sang Adik. Kemudian, satu tangannya terangkat membelai pipi Sergio.
"Maafkan aku, seharusnya aku tidak membentakmu, Sergio," ujar gadis itu penuh penyesalan. Di kehidupannya dahulu, dia tidak bisa menjadi kakak yang baik bagi Sergio. Maka dari itu, sekarang dia bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk keluarga yang dahulu pernah ia sia-siakan.
"Aku ... memaafkan Kakak," kata Sergio diiringi senyuman diakhir ucapannya. Melihat kesungguhan Kakaknya, membuat hati bocah kecil itu tersentuh.
Mendengar ucapan sang Adik, Valencia tidak bisa menahan senyumnya. Mungkin ini adalah awal yang baik baginya untuk menjalankan perannya sebagai seorang Kakak.
"Kau memaafkan Kakakmu yang jahat ini, Sergio." Walaupun dia senang, tapi itu tidak menutup fakta bahwa dia sudah mengabaikan sang Adik, dan bahkan dia sering menyiksa Sergio di kehidupannya dahulu.
"Walaupun Kakak sering mengabaikanku, tapi itu tidak merubah Kakak menjadi penjahat," ujar Sergio dengan senyum manisnya. Membuat Valencia juga ikut tersenyum saat melihatnya.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita bermain?" tanya Valencia pada sang Adik.
Mereka berdua, sepasang Adik-Kakak itu terlihat saling bermain kejar-kejaran. Walaupun Valencia agak kesusahan saat berlari menggunakan gaunnya, tapi dia berusaha semaksimal mungkin agar adiknya bahagia.
"Kakak, lihat ada kupu-kupu!" teriak Sergio, berlari mengejar serangga terbang itu.
Valencia hanya tersenyum melihat tingkah Adiknya. Gadis bersurai putih itu saat ini tengah duduk di rumput lapang, tangannya sibuk merangkai beberapa tangkai bunga, membentuknya menjadi mahkota.
"Sergio!" panggil gadis itu pada Adiknya.
Sergio yang sedang sibuk mengejar kupu-kupu seketika berbalik, berlari menghampiri Valencia yang tadi memanggilnya.
"Ada apa, kak?" tanya bocah itu bingung.
Valencia segera memasangkan mahkota bunga buatannya pada kepala Adiknya. Dia kemudian bertepuk tangan kecil melihat tampilan Adiknya sekarang yang sudah seperti peri kecil.
Rambut putih, wajah yang sangat imut, juga mahkota bunga yang bertengger di kepalanya, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan memekik gemas karena saking lucu dan imutnya bocah itu.
"Sergio, kau sangat lucu," ujar Valencia tidak tahan untuk mencubit pipi tembam Adiknya yang tentu saja membuat sang empu meringis kecil.
"Astaga, maafkan Kakakmu ini," ujarnya sedikit merasa bersalah.
"Tapi kau terlalu menggemaskan untuk diabaikan," lanjut Valencia, kemudian dia langsung memeluk Adiknya itu.
"Jahat sekali, bisa-bisanya kalian bersenang-senang tanpa diriku."
Suara seseorang mengalihkan atensi kedua Kakak-beradik yang tengah berpelukan itu.
Valencia dan Sergio menoleh, menemukan Kakak mereka berdua, Arthur. Pria itu sedang berdiri seraya bersedekap dada, juga bibirnya yang ia kerucutkan, menunjukkan kekesalannya.
"Dasar kekanak-kanakan," cibir Valencia pelan melihat tingkah Kakaknya. Mulutnya yang berbisa akhirnya mulai bekerja.
Pemuda itu tentu saja mendengarnya, ia memilih untuk mengabaikan celotehan Adik perempuannya itu. Arthur segera saja berjalan menghampiri mereka, merentangkan tangannya, bergabung bersama mereka dalam kehangatan keluarga.
"Kau baru selesai latihan, Kak?" tanya Valencia.
Arthur adalah pewaris keluarga Adelaine, dia dituntut untuk unggul di segala bidang. Jika Ayah mereka mangkat dari statusnya, maka pemuda itulah yang akan menggantikan sang ayah menjadi kepala keluarga.
"Kenapa memangnya?" tanya balik Arthur pada Adiknya itu.
"Kau bau keringat, lepaskan aku!" Valencia berusaha keluar dari pelukan Kakaknya itu.
Mendengar itu, Arthur malah tersenyum lebar, dia kemudian mengeratkan pelukannya pada kedua Adiknya tersebut.
"Astaga, Sergio bisa sesak napas akibat ulahmu!"
Mendengar ucapan Adiknya, membuat Arthur kelabakan. Dia segera melepas pelukannya dan memperhatikan Sergio yang sedari tadi tidak mengeluarkan suaranya.
"Sergio, kau tidak apa-apa?" tanya pemuda itu beruntun pada si bungsu.
"Aku baik-baik saja, Kak Arthur," ujar bocah cilik itu dengan senyum manis andalannya.
"Syukurlah, maafkan Kakakmu yang tampan ini, Sergio." Pemuda itu menampilkan wajah memelas pada sang Adik.
Akan sangat berbahaya jika Adiknya itu mengadu pada Ayah mereka, entah hukuman apa yang akan menanti dirinya. Memikirkannya saja sudah cukup membuat Arthur bergidik.
"Baiklah, tapi kakak harus bermain dulu denganku," ucap bocah itu menatap Arthur penuh binar.
Pemuda itu ikut tersenyum melihat sang Adik. Dia dengan cepat menggendong Sergio di pundaknya, kemudian berlari membawa Adiknya ke tengah lapang, membuat Sergio tertawa kesenangan.
Valencia hanya tersenyum melihat keduanya dari jauh. Hanya dengan melihat keluarganya tertawa sudah cukup membuat gadis itu bahagia.
☘️*******☘️
Kembali dengan chapter yang baru, hai semuanya~ gimana kabarnya? Semoga baik-baik aja ya(^^)
Chapter ini adalah part khusus keluarganya Valencia, semoga sukaJujur, pengen namatin cerita ini secepatnya. Karena masih banyak ide yang belum dieksplorasi, juga kesibukan sebagai pelajar yang gak bisa dilepasin gitu aja😌
Kalo ada typo tolong dikoreksi ya. Karena seperti biasa, Chapter ini langsung di Publish tanpa di periksa lagi hehe☘️
Ok bye~ selamat berjumpa kembali di Next Chapter:-D
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasíaSorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...