☘️~Happy reading~☘️
"Begitulah akhir dari hidupku dulu." Valencia menghela nafas panjang setelah menceritakan semuanya, gadis itu menahan perasaan sesak di dada yang timbul kala mengingat kembali momen-momen menyesakkan yang pernah menimpanya.
Ya, setidaknya gadis itu sudah cukup lega setelah menceritakannya kepada orang yang ia percaya.
"Valencia."
Gerakan tiba-tiba dari Sang Duke membuat Valencia tersentak untuk sesaat. Hugo tampak menggerakan tangannya dan menaikkan posisi tubuh gadis itu agar bisa sejajar dengannya.
Sekarang, netra kedua sejoli itu bertemu pandang, kepala mereka berdua saling berhadapan. Valencia menahan nafas kala wajah tampan sang Duke tepat berada di hadapannya, gadis itu membisu seakan terhipnotis dengan manik biru gelap milik tunangannya.
"Keluarkan, lepaskan semuanya."
Lengan Hugo bergerak membelai lembut pipi gadisnya, tak lupa ibu jarinya menghapus linangan air mata yang menggenang di kelopak mata gadis itu.
"Kau adalah wanita yang kuat, bisa melangkah sampai sejauh ini, terimakasih sudah tetap bertahan," Hugo mendekap erat tunangannya, menyalurkan kehangatan disertai afirmasi nyata melalui kata-katanya.
Valencia tidak bisa memendamnya lagi, gadis itu pada akhirnya mengeluarkan semua emosi yang terperangkap dalam diri. Sang nona Adelaine tampak menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan Duke Fluternd, menyembunyikan wajahnya yang kini dibanjiri air mata.
Yang gadis itu inginkan sekarang adalah menguras semua afeksi masa lalu yang sampai sekarang masih bersarang di hatinya.
Di sisi lain, Hugo tidak berbuat banyak. Pria itu tetap mendekap tunangannya dengan erat, enggan melepaskan, tak peduli walau pakaiannya kini sudah basah oleh air mata gadisnya.
Tak lama kemudian Valencia mendongak, mendapati wajah tampan tunangannya itu yang kini sedang menatapnya hangat, membuat gadis itu tertegun sesaat.
"Tidak, aku yang seharusnya berterimakasih padamu." Valencia berujar pelan di sela-sela tangisnya yang belum terhenti sempurna.
"Terserah padamu saja." Hugo menarik kembali gadis itu ke dalam pelukannya, mengukung tubuh mungil Valencia dengan kedua lengannya yang kekar.
"Tuan Duke," panggil Valencia pelan agak ragu. Hugo yang mendengarnya pun bahkan mengernyitkan dahi heran kala mendengar panggilan gadis itu padanya.
"Setelah mendengar semuanya, bagaimana pandanganmu terhadapku sekarang?" Valencia bertanya dengan nada kikuk, gadis itu tahu pertanyaannya agak memalukan dan terdengar lancang. Valencia seakan meminta sang Duke untuk menilai dirinya melalui perspektif pria itu.
Sementara itu, Hugo hanya tersenyum kecil setelah mendengar pertanyaan yang diajukan tunangannya. Sang Duke sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan gadis itu.
"Menurutmu seperti apa?" Hugo malah membalikkan kembali pertanyaan dan tertawa kecil setelah melakukannya.
"Apa?" Valencia mengernyit bingung dengan hati was-was, seakan tak siap jika kemungkinan terburuk yang bersarang di kepalanya akan terjadi.
"Kau berharap apa dari pandanganku terhadapmu sekarang, Nona Adelaine?" Tiba-tiba bariton itu dipenuhi keseriusan, netra biru gelap milik Hugo memandang Valencia dengan tatapan yang tidak pernah gadis itu dapatkan sebelumya, membuat Valencia membeku di tempat dengan hati yang mencelos.
Tak kuat melihat raut wajah gadis itu, Hugo menyemburkan tawa yang sedari tadi ia tahan, menjahili Valencia tidak pernah membuatnya bosan. Di sisi lain, Valencia yang menyadari telah dipermainkan lantas menatap tajam sang Duke, walaupun diam-diam bernafas lega karena ekspektasi negatifnya tidak terpenuhi.
"Dengarkan aku." Telapak tangan milik Hugo bergerak membelai pipi gadis itu lembut. Manik biru gelapnya menatap Valencia dengan teduh dan penuh kehangatan, membuat wajah gadis itu memerah sempurna.
"Dulu, ataupun sekarang, pandanganku tidak akan pernah berubah terhadapmu ..."
"Kau masihlah menjadi gadis cantik yang berhasil mencuri atensiku sepenuhnya."
☘️*******☘️
"Ada apa sekarang?" pertanyaan bernada dingin itu terlontar dari mulut wanita nomor satu di kerajaan ini, siapa lagi kalau bukan Ratu Senna.
Wanita paruh baya itu kini sedang duduk dengan tenang di atas kursi kebesarannya. Tatapan tajam ia layangkan pada putranya Thomas, sang pangeran kedua Altasia.
"Adamantine tua itu akan dipenggal besok, benar?" tanya Thomas pada ibunya itu, yang tentu dibalas anggukan oleh sang Ratu.
"Tentu, pengadilan kerajaan sudah memutuskannya."
"Setelah Delon mati, apakah itu artinya semua kekuasaan Adamantine akan diambil alih sepenuhnya oleh kerajaan?" Sang pangeran kedua itu kembali bertanya pada Ratu Senna. Mengingat bahwa properti milik Adamantine cukup berlimpah dan bernilai tinggi, tentu saja tak ada yang ingin melewatkannya, termasuk Thomas.
"Harusnya begitu, tapi karena putrinya masih hidup, hak waris pasti akan beralih ke tangan Arabella, istrimu yang tidak berguna itu!" Ratu Senna berdecih kesal kala menyebutkan nama menantunya.
"Jalang sialan itu memang tidak berguna, menyusahkan saja!" Thomas tak ingin kehilangan kesempatan mengumpati Arabella, dia tidak pernah mengharapkan wanita itu dalam hidupnya.
"Tapi setidaknya ... dia akan lebih berguna jika lenyap dari dunia ini." Wanita bermahkota itu tersenyum dingin, otak busuknya mulai bekerja menyusun rencana yang hina.
☘️*******☘️
Yeeeee tahun baru, dah ganti kalender lagi🙌🙌
Haiiii ketemu lagi hehehehe gimana nih taun barunya? Seru gak? Udah buat revolusi apa buat taun 2023 ini😆
Semoga tahun yang baru ini menjadi awal buat kita agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagii kedepannya, aminnn😭
Semoga di tahun 2023 ini Author juga bisa namatin cerita ini dengan lancar dan bisa debutin cerita baruu yang akhir-akhir ini bersarang di kepala Author ehehehe
Udah deh yaa gitu aja dulu, koreksi yaa kalo ada typo atau apapun ituu, makasihh udah tetep baca cerita ini sampe sejauh ini, kalian hebattt!!!
Byeeee~☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...