☘️~Happy reading~☘️
Semuanya terjadi begitu cepat, tubuh mungilnya kini terpojok di dinding dan berada dalam kukungan seseorang, membuat pergerakan gadis itu terkunci sepenuhnya.
Valencia kemudian mendongak, mendapati sepasang netra biru laut yang menatapnya tajam. Dengan bantuan sinar rembulan, proporsi rahangnya yang tegas dapat terlihat dengan jelas, rambutnya yang berwarna gelap bagai menyatu dengan suasana malam. Valencia akui, pria ini sangat tampan!
"Penyusup!" geram pria yang saat ini tengah mengukung tubuhnya di tembok, membuat gadis itu seketika tersadar dari keterkejutannya.
'Sialan! Aku sangat malu!' batin nona Adelaine itu kala terpergok tengah menatap pria di hadapannya dengan tanpa berkedip.
"Le-lepaskan aku!" cicit gadis itu seraya berusaha memberontak agar tubuhnya bisa terbebas. Kedua lengannya terasa perih akibat cengkraman pria bermata biru itu, yang Valencia duga sebagai Duke Fluternd.
"Lepaskan? Hanya kematian yang akan menantimu," balas pria tersebut dengan tampang dingin. Mata birunya yang gelap, bagai dasar lautan. Auranya sangat mendominasi!
"Aku tidak datang dengan tujuan buruk!" Valencia menatap nyalang pria di depannya itu. Gadis itu sama sekali tidak menyangka bahwa situasinya akan menjadi seperti ini, dia terpojok!
"Benarkah? Jadi kau satu-satunya penyusup yang tidak mempunyai niat buruk? Sungguh lucu sekali!" balasnya dengan tampang meremehkan.
Valencia menggertakkan giginya mendengar itu. Duke Fluternd benar-benar jauh dari ekspektasinya. Sangat menyebalkan!
"Jika kau mengaku, maka aku akan dengan senang hati memberimu kematian tanpa rasa sakit!"
Sial! Jika dia sudah bisa melepaskan diri, Valencia pasti akan memberi pria di depannya ini sebuah bogem mentah dengan tambahan racun pelumpuh.
"Tuan, kita bisa membicarakan hal ini secara baik-baik, jadi tolong lepaskan aku!" ujar Valencia seraya merintih merasakan cengkraman Duke Fluternd yang semakin kencang.
"Sayangnya, aku tidak berniat untuk melepaskanmu. Hanya katakan tujuanmu dan pedangku akan dengan cepat menebas leher mungilmu itu, mengerti?!"
"Tuan, jangan menguji kesabaranku! Aku akan mengatakan semuanya jika kau berbaik hati melepaskanku, mengerti?!" balas gadis itu dengan menggebu-gebu. Kenapa pria di hadapannya ini sangat merepotkan?!
"Kau terpojok! Jadi kenapa aku harus menurutimu?" balas Duke Fluternd lagi yang membuat Valencia semakin kesal.
"Kalau begitu, aku tidak punya pilihan," ucap Valencia mengalah, giginya bergemelatuk seperti menggigit sesuatu, dan setelahnya gadis itu menjilat bibirnya sendiri.
Cup!
Kemudian, tanpa diduga gadis itu dengan berani memajukkan wajahnya dan menyatukan kedua bibir mereka!
Dengan kata lain, Valencia mencium bibir seorang Duke!
Untuk sesaat, tubuh pria bermata biru itu membeku, matanya membola secara sempurna. Kemudian, kedua netra biru itu mengerjap beberapa kali. Seakan menyadari sesuatu, Duke Fluternd dengan cepat menyentak Valencia, membuat jalinan di antara keduanya terlepas.
Cough! Cough!
"Si-sialan! Apa yang kau lakukan?!" ujar Duke Fluternd dengan tertunduk terbata-bata seraya memegang lehernya yang terasa sakit.
"Terima hukumanmu!"
Sang Duke kemudian mendongak, mendapati sebuah bogem mentah mendarat di wajahnya.
Bruk!
Padahal pukulannya tidak sekuat itu, tapi cukup untuk membuat sang Duke jatuh terduduk di kursi kerjanya, tentu saja itu tidak lepas dari peran racun pelumpuh yang Valencia sisipkan di bibirnya saat mencium pria itu tadi.
"Maaf jika aku kasar, tapi kau sungguh menguji kesabaranku, tuan Duke,"ujar gadis itu seraya membuka tudung kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang rupawan.
"Racun apa yang kau berikan padaku?" tanya sang Duke dengan susah payah, seluruh tubuhnya terasa mati rasa dan sulit untuk digerakkan. Pria itu menyadari bahwa dai telah diracuni!
"Itu hanya racun pelumpuh berdosis kecil yang akan membuat tubuhmu lemas untuk beberapa waktu ke depan," balas gadis itu menatap serius pada sang Duke.
"Baiklah, sudahi pembicaraan tak penting ini. Perkenalkan, aku adalah Valencia Antonia de Adelaine," ucap gadis itu yang hanya ditanggapi dengan keterdiaman sang Duke.
"Kau pasti paham, keluarga Adelaine dan Fluternd adalah dua keluarga bangsawan yang tersisa dari pihak netral."
Gadis itu tetap melanjutkan secara panjang lebar walau tidak mendapat tanggapan, karena Valencia yakin Telinga Duke Fluternd masih berfungsi untuk mendengarkan ucapannya.
"Aku akan menunggu keputusanmu, Tuan Duke," ujar Valencia seraya memakai tudung jubahnya kembali.
Sebelum benar-benar pergi, gadis itu mendekati sang Duke dan menyerahkan sebuah pil yang dia keluarkan dari jubahnya.
"Ini adalah pil yang berguna untuk menghilangkan efek racun pelumpuh."
"Jika kau meminumnya, maka efek pelumpuh itu akan hilang dalam waktu singkat. Jika tidak, maka nikmati delapan jam kedepan tanpa bisa melakukan apapun," ujar gadis itu lagi setelah tak mendapat tanggapan apapun dari sang Duke.
"Kedipkan matamu dua kali jika kau ingin menginginkan pil ini." Valencia bisa saja pergi sekarang, tapi entah kenapa gadis itu merasa bertanggung jawab atas kelumpuhan sementara Duke Fluternd.
Itu sudah jelas! karena Valencia sendirilah yang meracuni pria itu! Tentu saja dia harus bertanggung jawab.
Awalnya sang Duke tak bergeming, tapi kemudian pria itu menghela nafas panjang sebelum menuruti perintah konyol Valencia.
Sepertinya pria itu tidak tahan jika harus terjebak dalam efek racun pelumpuh selama delapan jam kedepan. Tentu saja, sebagai seorang Duke, masih banyak agenda yang harus dilakukan walaupun malam sudah menjemput.
"Baiklah buka mulutmu," perintah Valencia yang membantu menengadahkan dagu sang Duke dengan tangannya.
Setelahnya, gadis itu meletakkan pil tersebut ke dalam mulut sang Duke dan meminumkannya segelas air yang tersedia di atas meja kerja pria itu.
"Sekarang aku merasa lebih lega," ujar Valencia seraya mengelapkan air minum yang tercecer di sekitar bibir pria itu menggunakan sapu tangannya.
"Baiklah, karena semuanya sudah selesai, aku harus pergi," ucap gadis itu yang mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, tapi sebelum benar-benar pergi, Valencia berbalik dan menatap sang Duke dengan tajam.
"Jangan lupa untuk segera mengirimkan jawabanmu atas tawaran kesepakatan ini, tuan Duke." Itulah ucapan terakhir Valencia sebelum gadis itu benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan Duke Fluternd.
"Gadis aneh," ucap sang Duke dengan pelan seraya memegang keningnya menggunakan sebelah tangannya yang kini sudah bisa digerakkan.
Pria itu kemudian menghela napas panjang. Kepalanya sungguh pening memikirkan kejadian yang baru saja dia alami.
☘️*******☘️
Hai gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya😌
Gimana-gimana? Kangen gak🤣🤣Maaf ya baru update, soalnya author sibuk marathon MV little mix. Awalnya sih cuma dengerin lagunya mereka yang "Secret Love Song" eh terus jadi penasaran deh sama lagu mereka yang lain, dan WOW ternyata beberapa lagu mereka tuh familiar banget di telinga, masuk list lagu masa kecilnya author dong ternyata😭😭
Nah lho malah curhat😆
Koreksi kalo ada typo ya😉 setelah baca ini kalian udh nentuin buat naik kapal yang mana? Sama Duke atau si Putra Mahkota?
Yaudah deh ya segitu aja dlu, banyak-banyakin komentar ya biar author tambah semangat buat update lagi😌
Bye~☘️ kita ketemu lagi di next Chapter 🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasySorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...