☘️~Happy reading~☘️
Di bawah langit suram yang dipenuhi awan gelap, gemuruh guntur terdengar keras bersahutan. Sapuan angin yang tak kalah kencangnya meniup helaian daun dari pepohonan rimbun, membawa sensasi dingin yang beku.
Namun, keadaan alam yang sedemikian rupa belum mampu melunturkan keputusan Kerajaan untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dinanti-nantikan oleh seluruh warga Altasia. Vonis mati sang Ratu.
Keriuhan dan sorak ramai yang bergaung mewakili amarah tak terbendung seluruh penduduk Altasia. Konsentrasi penduduk Altasia berpusat di altar penghakiman, tempat dimana eksekusi Ratu Senna akan dilakukan. Ratusan orang tampak berdesakan demi melihat kematian wanita jahat itu.
Setelah beberapa waktu penantian, seorang pria berzirah kelabu dengan tubuh besarnya memasuki altar penghakiman. Lengan kekarnya memegang rantai besi yang tergantung memanjang di belakang. Rantai besi, yang terikat dengan tubuh seorang wanita tambun dengan tampilan malang.
Teriakan orang-orang kini bahkan bergema lebih keras dari sebelumnya. Bara api kemarahan kian terasa memanasi suasana. Tubuh penuh memar dan langkah gontai Senna bahkan tidak bisa membuat wanita itu meraih simpati apapun, sayangnya. Keagungan dan rasa hormat masyarakat Altasia sudah benar-benar hilang terhadap sang Ratu. Citra Senna amat hancur, tidak bisa diperbaiki lagi, bahkan oleh apapun itu.
Senna dipaksa bersimpuh sendirian di atas altar, algojo sudah mengikatkan rantai yang terhubung dengannya di sebuah tiang besi yang ramping, menahan wanita tambun itu untuk bergerak.
Lemparan batu dan kerikil tak bisa Senna hindari. Benda-benda keras yang tumpul itu melayang dengan kecepatan tinggi menabrak permukaan kulitnya. Luka dan memar baru ia dapatkan seketika melalui rasa sakit yang luar biasa. Nafas beratnya melesak keluar dengan sesak di dada.
"Iblis! Mati kau!"
"Dasar jalang gemuk sialan! Wajahmu yang jelek itu membuatku muak! Dasar babi!"
"Bagaimana mungkin kau pernah menjadi seorang Ratu? Tidak bisa dipercaya! Kau seharusnya menjadi mayat!"
"Aku sudah tau sejak awal melihat wajahmu! Kau tidak pernah layak menjadi seorang Ratu!"
"Mahkota itu terlalu suci untuk digunakan oleh kriminal sepertimu!"
"Sebuah kerajaan benar-benar hancur karena wanita ini! Mengerikan!"
"Dunia sudah kacau, seseorang bahkan bisa menjadi kriminal karena kekuasaan."
"Psikopat gila! Neraka menanti kehadiranmu!"
"Aku menyesal pernah menyanjungmu! Aku merasa jijik dan hina!"
"Pembunuh berantai! Apa yang ada dalam pikiranmu itu?! Dasar gila!"
"Akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam ini, pergilah ke neraka!"
"Kematianmu adalah keberkahan yang diberikan sang Dewa!"
Rentetan sumpah serapah dan kutukan bersenandung ria di telinga Senna, menghalangi suara gemuruh langit kencang yang tidak bisa ia dengar. Intensitas lemparan batu kian bertambah, orang-orang sepertinya menyalurkan semua emosi mereka pada setiap lemparan yang mereka lakukan.
Senna menerima sanksi sosial atas kesalahannya itu dengan penuh rasa sakit, bahkan dia tidak bisa untuk sekedar duduk bebas dan meregangkan kaki-kakinya. Bertahan dengan semua tatapan kebencian yang mengarah padanya, tak lupa bersama memar-memar yang terus bertambah setiap detiknya.
Penderitaan yang mengerikan itu tak berhenti selama beberapa waktu. Senna hanya terpaku di tempatnya dengan tatapan kosong, berharap eksekusinya akan segera tiba. Pikirnya, kematian adalah solusi untuk pergi dari dunia yang sudah tidak bisa ia tempati. Kejahatannya yang luar biasa tidak akan pernah bisa diterima dimana pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Adelaine's Revenge [HIATUS]
FantasiSorak-Sorai yang penuh dengan cacian bergema di setiap penjuru Kerajaan Altasia. Semua orang berkumpul hanya untuk menyaksikan kematiannya. 'Wanita hina!!' 'Bunuh dia!!' 'Sampah Altasia pantas mati!!' 'Akhirnya kematiannya tiba!' Di tengah kerumunan...