66. Destroyed

1.6K 282 123
                                    

7 Desember 2011

Sudah hampir 3 bulan berlalu. Tidak ada tanda-tanda kemunculan ataupun pergerakan dari pelaku yang telah membunuh Wakasa. Selain itu, tidak ada berita tentang pembunuhan lagi.

Karena kehabisan informasi, (Name) dan Senju berhenti melakukan penyelidikan mereka.

Ini sudah memasuki awal bulan Desember. Sudah pasti cuaca semakin dingin. Ditambah lagi salju dan jalanan yang licin dapat menghambat orang-orang untuk berjalan menuju tempat tujuan mereka.

Sama halnya dengan kedua insan ini. (Name) sedang berjalan bersama seorang lelaki berambut lilac ubur-ubur yang sedang menuju suatu tempat yang sama dengannya.

"Ketika melewati jalan ini, membuatku teringat pertemuan pertama kita" celetuk Mitsuya.

"Sou da ne. Kita pertama kali bertemu disini" sahut (Name).

Sebenarnya, Mitsuya bertemu dengan (Name) lebih dahulu daripada Hakkai dan Draken. Dan jalan yang mereka lewati ini adalah tempat pertemuan pertama mereka.

'Kalau diingat-ingat, sepertinya aku sudah mencintainya selama kurang lebih 15 tahun' batin lelaki itu sambil tersenyum dan melirik (Name) yang menatap lurus ke depan. Ia tak menyangka cinta monyetnya berlangsung lama hingga menjadi cinta beneran.

"Dimana Hakkai?" tanya (Name) yang tidak mendapati pemuda bermarga Shiba itu. Biasanya pemuda itu selalu nemplok dengan Mitsuya.

"Dia kena flu. Yuzuha mengancamnya untuk tidak masuk kuliah" ujar Mitsuya.

"Seperti biasa dia protective sekali dengan Hakkai ya" sahut (Name).

"Ya begitulah. Karena itu Hakkai selalu mengeluh padaku agar ia bisa tinggal bersamaku" timpal Mitsuya sambil geleng-geleng akan kelakuan pemuda itu.

"Bagaimana keadaan Luna dan Mana?" tanya (Name) lagi.

"Mereka baik-baik saja. Mereka sangat kangen denganmu tauk. Kau jadi jarang ke rumah setelah kuliah. Kaa-san juga menanyakan tentangmu akhir-akhir ini" ujar Mitsuya.

"Benarkah? Aku jadi merasa tidak enak. Setelah pulang nanti, aku akan berkunjung deh" sahut (Name).

"Baguslah kalau― Hatsyuu!!"

Sontak (Name) langsung mengeluarkan beberapa tisu dari sakunya kala melihat lelaki itu bersin. Ia berdiri di hadapan Mitsuya, lalu mengeluarkan ingus lelaki itu seperti seorang ibu yang mengurusi anaknya.

"Hung! Cobak" ujar (Name) menyuruh lelaki itu untuk mengeluarkan ingusnya. Mitsuya langsung menuruti ucapannya.

"Kau juga flu ya?" tanya (Name) sembari memicingkan mata curiga. Mitsuya hanya menyengir tanpa dosa.

"Dasar, aku jadi heran. Kenapa orang-orang suka flu ketika musim dingin" ujar (Name) yang masih membersihkan wajah lelaki itu.

"Justru kau yang aneh. Apa kau tidak pernah sakit?" tanya Mitsuya.

"Enggak. Aku sehat sentosa" ujar (Name) dengan kedua tangan di pinggangnya dengan pose bangga.

"Oh iya, ada yang pernah bilang kalau orang bodoh itu gak bisa sakit" gumam Mitsuya.

"Apa kau bilang?!" seru (Name) dengan wajah sebal dan tak terima. Mitsuya hanya tertawa sambil mengacak-acak rambut (Name) yang terjatuhi salju.

"Oh iya, kalau gak salah aku ada obat di tas. Bentar ku cari" ujar (Name) sambil mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Kenapa kau membawa obat padahal tidak pernah sakit?"

"Kan aku anak farmasi. Selalu sedia payung sebelum tsunami" ujar (Name) yang kemudian menemukan obat flu di dalam tasnya.

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang