82. Silhouette

1.3K 240 33
                                    

"Pelakunya .... Sano (Name) desu.."

.

.

.

"Eh?" Takemichi mencerna ulang perkataan Naoto sebelumnya.

"Haha, jangan membuatku tertawa, Naoto. Candaanmu itu tidak lucu" ujar Takemichi yang kemudian melepaskan cengkramannya pada bahu Naoto dikarenakan kedua tangannya yang melemas.

Naoto hanya diam tak menjawab. Membuat Takemichi makin ber-negative thinking.

"Itu tidak mungkin. Ya kan, Naoto? Di masa lalu, (Name)-chan tidak jahat. Walaupun sudah kehilangan banyak orang disisinya, (Name)-chan tetap berkepala dingin dan menerima kenyataannya. (Name)-chan menyayangi semua orang. Dia .. (Name)-chan itu .. Hiks .. Tidak mungkin membunuh Chifuyu .." lirih Takemichi yang kembali berlinang air mata.

Pria itu menutup matanya dengan lengannya dan berusaha menghentikan air matanya yang langsung mengalir tanpa komandonya.

Masker yang dipakainya menjadi basah, dan ia pun melepaskan masker itu. Bibirnya berulang kali mengucapkan "Tidak mungkin" dengan sesungukan.

Setelah percakapan mereka di taman, keduanya memutuskan untuk kembali ke kos-kosan Takemichi. Mereka akan melanjutkan percakapan mereka esok hari.

Naoto juga kembali pulang ke apartemennya setelah menjemput Hina yang masih berada di kos-kosan Takemichi.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Keesokan harinya, Takemichi pergi ke apartemen Naoto dan Hina untuk melanjutkan percakapan mereka sebelumnya. Takemichi sudah mempersiapkan mentalnya semalaman untuk mendengar hal-hal yang akan disampaikan oleh Naoto.

Hina menyajikan tiga cangkir teh hijau untuk dirinya dan kedua pria yang kini berada di dalam kamar adiknya. Dia pun duduk di samping Takemichi untuk mendengarkan penjelasan adiknya.

"Hina? Kau juga mau ikut mendengarkan?" tanya Takemichi. Hina mengangguk.

"Nee-san, kau sudah tau semuanya. Lebih baik kau tidak usah mendengarkan ini lagi agar tidak tersakiti" ujar Naoto pada kakaknya.

"Aku disini untuk menenangkan Takemichi-kun jika dia menangis nantinya" ujar Hina dengan mata yang berkaca-kaca kala mengingat hal-hal yang sudah ia ketahui tentang (Name).

Naoto menghela napas pelan dan mengizinkan kakaknya untuk mendengarkan penjelasannya.

"Takemichi-kun, hal pertama yang harus kau ketahui adalah ... Kau satu-satunya mantan anggota Toman yang masih hidup hingga saat ini" ujar Naoto mengawali penjelasannya dengan berita yang mengguncangkan.

"Bahkan Yuzuha-chan yang sudah berkeluarga ikut mati terbunuh ... Hiks.." lirih Hina yang langsung menangis kala mengingat salah satu sahabatnya telah tiada.

"Sudah kubilang untuk tidak ikut mendengarkan ini lagi.." gumam Naoto sambil menghela napas kala melihat kakaknya.

"Dan orang yang berdiri di depanmu saat ini ialah, satu-satunya polisi yang tersisa di Jepang― tidak, di seluruh penjuru dunia" ucap Naoto melanjutkan kalimatnya.

"Satu-satunya ... Polisi?.." lirih Takemichi dengan matanya yang terbelalak kaget.

Naoto mengangguk pelan, "Semua polisi, Tentara angkatan darat dan laut, FBI dan badan keamanan lainnya, bahkan sampai sistem pemerintahan di seluruh dunia ini, semuanya telah disapu bersih oleh Sano (Name). Dan satu-satunya yang tersisa dari semua itu hanyalah seorang polisi, yaitu diriku"

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang