94. The First Experience

2K 223 25
                                    

7 Desember

Malam harinya...

20.22

(Name) sedang asik memasak makan malam pertamanya dengan suaminya. Bahkan ia sampai bersenandung ria saking senangnya.

Tiba-tiba, sebuah tangan melingkari perutnya. Dada bidang seseorang menyentuh punggung kecilnya dan (Name) merasa sedikit geli kala sebuah dagu menggeliat di ceruk lehernya.

"Lagi masak apa?" tanya Mitsuya dengan wajah yang tepat berada di samping wajah (Name).

"Sukiyaki. Bagaimana menurutmu?" tanya (Name) balik.

Ia tidak melawan kala Mitsuya memeluknya. Justru pelukan pria itu membuatnya semakin hangat di musim dingin ini.

"Kedengarannya enak. Hmm~ aromanya sudah keluar" ujar Mitsuya sambil memperhatikan tangan (Name) yang memasukkan sayur mayur dan daging ke dalam panci.

(Name) mengambil sendok kayu dan mencicipi kuah dari masakan yang ia buat. Ia mengecapkan lidahnya dan merasakan ada yang kurang.

(Name) pun mengedarkan pandangannya dan melihat garam yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Namun ia tak bisa menjangkaunya dengan tangannya dalam posisi seperti ini.

"Taka, bisa lepaskan aku? Aku mau ambil garam" pinta (Name).

"Kenapa aku harus melepaskanmu?" tanya Mitsuya yang malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Oh ayolah, aku mau mengambil garam. Dalam posisi seperti ini kau juga tidak bisa menjangkaunya kan?" balas (Name).

"Biarkan saja seperti ini" ujar Mitsuya yang tidak ingin melepaskan pelukannya pada (Name).

"Sebentar aja, ya?"

Cup!

Karena ciuman dari (Name) yang mendadak, membuat Mitsuya terkejut dan pelukannya melonggar. (Name) pun langsung menggunakan kesempatan itu dan mengambil garam yang berada di rak bumbu.

Bahkan setelah (Name) kembali ke posisinya semula dan memasukkan sejumput garam, Mitsuya tidak lagi memeluknya. Pria itu hanya berdiri di belakangnya dengan tangan yang memegang pipinya, tempat (Name) menciumnya. Sepertinya pria itu sangat terkejut.

"Aku mau ke kamar dulu" ujar Mitsuya setelah keheningan melanda beberapa saat.

"Tapi Sukiyaki-nya sebentar lagi selesai lho" sahut (Name) sambil menoleh sedikit untuk melihat suaminya.

"Tidak akan lama kok. Aku hanya ingin menyiapkan sesuatu" ujar Mitsuya sembari melemparkan senyum pada (Name).

'Sesuatu?' batin (Name) bingung. Seketika ia teringat percakapannya dengan para sahabatnya beberapa jam yang lalu.

"Untuk ritual?" tanya (Name) blak-blakan. Mendengar itu tentunya membuat Mitsuya berjengkit kaget dengan wajah memerah.

"Memang benar sih... Kau tau darimana sebutan itu?" tanya Mitsuya. Ia yakin (Name) tau sebutan itu dari seseorang.

"Dari Emma dan yang lainnya. Mereka bilang serahkan saja padamu terkait ritualnya" ucap (Name) dengan wajah polos.

'Para wanita itu...' batin Mitsuya sedikit kesal karena (Name)-nya diberitahu sebutan aneh terkait hal yang seperti 'itu'. Tapi di sisi lain ia juga sedikit bersyukur karena para wanita itu selalu ada untuk (Name) dan tidak menjelaskan hal 'itu' dengan cara yang aneh.

"Souka.. Ya, serahkan saja padaku" ujar Mitsuya lalu pergi ke kamar mereka.

Setelah makan malam.

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang