83. Pain

1.3K 241 25
                                    

Kamar Naoto

"Naoto, apa kau baik-baik saja? Suhu tubuhmu sangat panas lho. Apa kau masih bisa mencium aroma?" tanya Hina yang mengecek kondisi adiknya dan bertanya dengan gejala-gejala yang dirasakan adiknya. Apakah pemuda itu terkena virus COVID-19 atau tidak?

"Tidak apa-apa. Kurasa aku hanya demam. Aku masih bisa mencium bau masakan Nee-san kok" ujar Naoto yang berbaring di kasurnya dengan kompres di atas kepalanya.

"Sou? Yokatta. Kalau begitu istirahat saja malam ini. Takemichi-kun jangan dekat-dekat dengan Naoto juga ya" ujar Hina lalu berjalan pergi keluar dari kamar Naoto.

"Kurasa Hina benar. Besok saja kita lanjutkan pembahasan kita, Naoto" ujar Takemichi lalu berbaring di atas futon yang berada di bawah dan samping kasur Naoto.

"Tidak perlu. Akan kuceritakan dalam posisi seperti ini saja" ujar Naoto.

"Kau tak perlu melakukan itu. Istirahat dan tidurlah" sahut Takemichi yang tidak ingin membuat pemuda itu memaksakan dirinya.

"Tidak. Aku malah merasa kalau malam ini aku tidak akan bisa tidur. Lebih baik aku membahas ini denganmu saja" balas Naoto bersikeras. Mau tidak mau Takemichi mengiyakan ucapan pemuda itu.

"Tokorode, kau tau darimana kalau yang melakukan semua itu adalah (Name)-chan?" tanya Takemichi.

"Sebenarnya, kami sempat menangkapnya sekali" ujar Naoto.

"Eh? Menangkapnya???" sahut Takemichi makin bingung.

"Iya, kami berkali-kali mencoba memancing kemunculannya. Dan di percobaan terakhir yang dapat kita lakukan, kita berhasil menangkapnya" ujar Naoto.

"Memancingnya?" gumam Takemichi bingung. Naoto bergumam mengiyakan.

"Tetapi, aku merasa kalau dia sengaja membuat dirinya tertangkap" jawab Naoto.

"Sengaja?.."

"Iya, waktu itu dia menyerah dan setuju untuk diperiksa di kepolisian. Dengan syarat, jangan menyentuh dirinya seujung jari pun. Jadinya kami mengawalnya tanpa memborgolnya. Anehnya dia tetap menurut dan mengikuti kami" jelas Naoto.

"Dan saat itu, akulah yang bertugas memeriksanya. Aku menanyakan banyak hal, tapi dia menjawab sebagian saja. Dia mengakui semua kejahatannya, tapi tidak memberi tau alasan ia melakukan itu. Keesokan harinya, aku pergi menyelidiki tentang alasannya dan dia dipindahkan ke penjara sementara yang ada di kantor polisi. Dan saat itulah aku merasa kalau dia sengaja membuat dirinya tertangkap" lanjut pemuda itu.

"Saat itu?"

"Um. Saat itu, hanya aku saja yang tidak ada di kantor. Dan hari itu juga, kantorku meledak" jawab Naoto.

"Eh?"

"Semua polisi yang ada di bangunan itu mati. Dan tubuh Sano (Name) tidak ditemukan. Aku yakin dia adalah dalangnya"

Takemichi meneguk ludahnya gugup. (Name) benar-benar berbeda jauh dari Mikey. Kekuatan wanita itu jauh lebih kuat berkali-kali lipat dari Mikey.

"Takemichi-kun, gedung kantor polisi yang ada di depan taman yang kita kunjungi kemarin adalah, kantorku" lanjut Naoto.

"Aku tidak tau kenapa dia sengaja membiarkanku hidup" ujarnya lagi.

Kedua pemuda itu terdiam dalam beberapa menit. Keheningan melanda hingga akhirnya Takemichi mencairkan suasana itu.

"Jadi, apa kau menemukan alasan ia melakukan semua hal itu? Katakan semuanya padaku, Naoto. Semua hal yang ia lakukan" pinta Takemichi menguatkan mentalnya untuk mendengar penjelasan Naoto mengenai semua perbuatan (Name).

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang