61. Shock

1.8K 335 77
                                    

Tiit

Tiit

Tiit

Grafik yang menunjukkan detak jantung pada layar monitor elektrokardiogram itu naik-turun yang menandakan jantung sang pasien masih berdetak. Bunyi yang dihasilkan mesin itu terdengar menandakan adanya sebuah kehidupan yang berada di ambang kematian.

Perlahan, sang pasien membuka matanya. Mata onyx yang begitu indah, memikat siapapun yang melihatnya. Sungguh pemandangan yang membuat rindu. Memangnya seberapa lama ia tertidur?

"-!! Koko! Panggil Dokter!" seru seorang lelaki dengan bekas luka di kedua sisi mulutnya pada seorang lelaki berambut hitam seperti kadal berjumbai.

"Tanpa kau suruh pun aku tau" ujar lelaki bernama Koko lalu bergegas mencari sosok pria paruh baya berjubah putih yang bertugas merawat gadis yang baru siuman tersebut.

(Name) mencengkram lemas kain di dada kirinya. Merasakan bagaimana jantungnya itu berdetak. Lalu ia mengangkat tangannya, melihat punggung tangan dan jari-jarinya. Ekspresinya terlihat seperti orang yang mendapatkan tubuh baru. Mungkin itu hal yang wajar mengingat seberapa lama ia tak sadarkan diri.

Tak lama kemudian, seorang dokter yang diiringi dengan seorang perawat memasuki ruangan tempat (Name) dirawat. Tentu saja Koko ikut masuk ke ruangan tersebut.

"Sano-san, bagaimana keadaanmu? Apa yang kau rasakan?" tanya Dokter tersebut kepada (Name).

Gadis itu menatap kepalan tangannya yang membuka dan menutup. Seolah-olah ia kagum dengan jari-jemarinya yang dapat bergerak.

"Entah.." lirih gadis itu.

Sang Dokter pun menyuruh perawat untuk membantunya mengecek kondisi (Name) saat ini.

♣︎♣︎♣︎♣︎♣︎♣︎♣︎

"Hm, tidak ada masalah. Organnya dapat beradaptasi dengan sangat baik. Yah, tapi anda masih harus beristirahat disini untuk beberapa hari ke depan" ujar sang Dokter kala melihat kertas di tangannya yang berisi tentang data kesehatan (Name).

(Name) yang sedang duduk di atas kasur menatap kosong ke arah jendela. Lebih tepatnya, pemandangan di luar jendela. Lalu ia menoleh pada Sanzu yang berada di dekatnya.

"Manjiro mana?" tanya (Name) pada lelaki itu. Sanzu terdiam mendengar pertanyaan itu. Begitu pula Koko yang berada di sampingnya.

"Manjiro? Maksud anda pemuda yang mendonorkan organnya kepada anda? Sano Manjiro?" tanya Dokter tersebut.

Sontak Sanzu dan Koko menoleh cepat pada Dokter yang langsung ngomong to the point tanpa disaring terlebih dahulu itu. Jika saja pria paruh baya itu bukanlah Dokter yang mengurusi (Name), dapat dipastikan kepala pria tersebut akan berlubang.

Pupil (Name) melebar kala mendengar ucapan Dokter tersebut. Ia menoleh kaku pada pria paruh baya berjubah putih tersebut.

"Mendonorkan ... Organ?" lirih (Name) yang tidak percaya akan hal yang baru saja ia dengar.

"Hai', sebulan yang lalu anda dalam kondisi hampir mati. Organ vital anda terkena tembakan peluru. Satu peluru juga menyerempet jantung anda. Jika tidak segera mendapatkan transplantasi jantung, jantung anda akan bocor" jelas sang Dokter.

"Tidak ada jantung yang cocok dengan tubuh anda. Anda memiliki tubuh yang unik. Dapat menyimpan tenaga yang sangat besar. Karena itu, tidak bisa memakai jantung sembarangan untuk ditransplantasikan ke tubuh anda. Dan saat itu, pemuda itu berkata,"

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang