"Dari banyaknya kata Selamat, mengapa yang kau pilih adalah kata Selamat Tinggal?"
Di suatu hari yang sangat dingin, salju-salju yang lembut turun tanpa henti. Meskipun begitu, orang-orang berbaju hitam tetap datang ke sebuah tempat. Begitu pula dengan seorang gadis yang sudah berjanji akan datang menemui keluarga mendiang.
Terdengar tangisan duka dan pilu dari keluarga mendiang. Lain dengan seorang gadis yang hanya berwajah tanpa emosi dengan tatapan kosong. Dan gadis itu kini sedang dipeluk oleh keluarga mendiang.
"(Name)-onee-chan.. Hiks.." Kedua gadis yang merupakan adik dari mendiang itu memeluk (Name) dengan sangat erat. Seolah-olah gadis itu adalah bagian jiwa dari kakak mereka.
"(Name)-chan, Takashi sering sekali bercerita tentangmu dengan wajah bahagia. Sepertinya dia sangat mencintaimu. Dan karena dirimu, dia sering sekali bertanya tentang masa laluku. Dia menanyakan pertanyaan seperti, bagaimana aku bisa bertemu dengan suamiku? Dan semacam itu. Aku ingin berterima kasih padamu karena telah membuat Takashi bahagia. Aku yakin dia tidak menyesal mati jika itu demi melindungimu. Jika kau tidak keberatan, maukah kau tinggal bersama kami?" tawar seorang Ibu bermarga Mitsuya tersebut.
Tawaran dari sang Ibu membuat (Name) tertegun. Akan tetapi, "Terima kasih banyak atas tawarannya. Tapi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya menolak tawaran itu. Semestinya, saya tidak pantas menerima tawaran berharga seperti itu" ujar (Name) yang hanya bisa menundukkan kepalanya karena Luna dan Mana yang masih memeluknya.
Beberapa orang seperti Chifuyu, Hina, dan Yuzuha merasa ikut sakit hati kala melihat sosok (Name) saat ini. Di sisi lain mereka juga merasa kagum. Bagaimana bisa punggung kecil yang tampak rapuh itu dapat menopang begitu banyak beban hidup?
Shinichiro, Baji, Izana, Emma, Mikey, Draken, Benkei, Wakasa, Senju, dan terakhir, Mitsuya. Sungguh, mereka tidak bisa membayangkan sesakit apa perasaan (Name) melewati semua cobaan ini. Dia telah kehilangan begitu banyak orang yang disayanginya.
Apakah hati gadis itu masih berbentuk? Ataukah sudah hancur hingga tak bersisa? Entah, mereka juga tak tau pasti.
♠︎♠︎♠︎♠︎♠︎♠︎♠︎
Usai upacara pemakaman, Chifuyu mengajak (Name) untuk duduk di ayunan yang ada di sebuah taman. Di dekat sana juga terdapat vending machine. Jadinya ia membelikan (Name) minuman penyegar, berharap dapat menghibur gadis itu walau hanya sedikit.
Canggung.
Aneh sekali. Chifuyu tak pernah merasa secanggung ini, terutama ketika bersama (Name). Seolah-olah, perasaan canggung yang ia rasakan ini karena merasa gadis yang duduk di sampingnya ini adalah orang yang berbeda.
"(N-Name), mau pergi ke suatu tempat? Apa kau mau ke Pet Shop-ku? Ada Peke J juga―"
"Chifuyu..." panggil (Name) pelan. Sungguh terlihat sangat jelas sekali kalau Chifuyu sangat gugup dan canggung. Karena itu (Name) memotong ucapannya.
"Y-Ya?" tanya Chifuyu.
"Apa kau ingat pertandingan kita waktu itu?" tanya (Name).
"P-Pertandingan?" tanya Chifuyu balik. Otaknya tak bisa berpikir jernih karena ia sangat gugup dan mengakibatkan ia lupa dengan maksud ucapan (Name).
"Kau salah menebak kucing yang kusukai. Pemenangnya adalah aku, dan aku belum mengatakan permintaanku waktu itu" ujar (Name) kembali mengingatkan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]
Fanfiction"Kau bisa panggil aku Emilia saja, dengan begitu kau tidak akan merasa kesepian kan?" "Sekarang, namamu adalah Shiba Yuzuru. Ingat itu" Sano (Name), saudara kembar tak seiras dari Sano Manjirou ini terlibat dalam kehidupan yang rumit. Valhalla arc✅ ...