(Name) sedang duduk sendirian di depan mejanya. Tangannya membalikkan kertas berisi data pemasukan uang Bonten yang dikelola oleh Koko.
Lama membaca data-data tersebut, seketika ia teringat dengan masa lalunya. Dimana ia tak pernah mengurus hal-hal seperti ini sebelumnya.
Ia pun menaruh tumpukan kertas tersebut di atas mejanya. Matanya menatap ke arah sebuah foto yang dibingkai kecil dengan baik.
Sebuah foto yang ia ambil sekitar lebih dari 8 tahun yang lalu. Dimana ia masih seorang gadis berambut hitam yang masih bisa tersenyum manis. Tidak seperti sekarang.
Dan penyebab ia tak bisa seperti itu lagi ialah, karena ketiadaan seorang pemuda yang berada dalam foto tersebut.
Pemuda berambut light lilac ubur-ubur itu sudah tidak bisa lagi berada di sampingnya dan menemaninya. Walaupun sekarang ia dikelilingi oleh para lelaki, tak bisa dipungkiri kalau ia masih merasakan kesepian.
Tak lama kemudian, suara ketukan pintu membuat perhatiannya teralihkan.
"Siapa?" tanya (Name).
Pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok lelaki berambut pink dengan bekas luka yang berada di sisi mulutnya.
"Ada apa?" tanya (Name) yang mulai berkeringat entah kenapa.
Padahal kamarnya ini memiliki air conditioner paling mahal. Ia mengusap pelipisnya yang sedikit berkeringat itu.
"Tidak ada. Hanya ingin menjagamu saja" ujar Sanzu sambil memperhatikan tubuh (Name) yang mulai berkeringat. (Name) menaikkan sebelah alisnya bingung dengan perkataan lelaki itu.
Beberapa menit setelah itu, Rindou memasuki ruangan. Pria berambut ubur-ubur itu memberikan laporan tentang sabu yang diminta gadis itu tadi pagi.
"Apa terjadi sesuatu di luar?" tanya (Name) setelah menerima berkas tersebut dari tangan Rindou. Ia merasa mendengar sebuah kebisingan kala lelaki itu membuka pintu kamarnya.
Mendengar pertanyaan itu, Rindou sedikit tersentak.
"Tidak ada. Aniki hanya menggila saja" ujarnya santai. (Name) hanya ber-oh singkat mendengar ucapan lelaki itu.
Merasa tubuhnya kepanasan, (Name) mengibaskan kerah bajunya dan mengangin-anginkan tubuhnya.
"Kenapa kalian masih disini? Keluarlah. Kalian membuat ruangan ini semakin panas" ujar (Name) yang tak menyadari kalau penyebab ia kepanasan ialah minuman dari Ran yang sempat ia teguk walau tidak banyak.
Tadi Rindou bilang kalau Ran menggila. Ya, lelaki itu menggila dengan pelayan mansion ini. Karena tidak ingin (Name) menjadi sasaran Ran selanjutnya, Rindou berjaga di dalam kamar (Name).
"Aku akan tetap disini untuk menjaga Pemimpin. Kau saja yang keluar" ujar Sanzu pada Rindou.
"Seharusnya itu ucapanku. Aku yang akan berjaga disini" sahut Rindou.
Melihat mereka yang mulai cekcokan membuat (Name) makin gerah. Ia melepaskan pakaiannya dan menyisakan kaos putih dan celana sepaha di tubuhnya. Lalu ia berjalan ke kamar mandi dan menutup pintu.
(Name) masuk ke dalam bathup tanpa menanggalkan pakaiannya. Ia menyalakan keran air dingin dan berendam lama, berharap rasa gerahnya menghilang.
"Ughh panas.." gerutu (Name).
TOK! TOK! TOK!
Terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras dari luar. Sanzu dan Rindou yang cekcokan itu berhenti lalu menajamkan pendengaran mereka untuk mengetahui siapa yang menggedor pintu kamar (Name).
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]
Fanfiction"Kau bisa panggil aku Emilia saja, dengan begitu kau tidak akan merasa kesepian kan?" "Sekarang, namamu adalah Shiba Yuzuru. Ingat itu" Sano (Name), saudara kembar tak seiras dari Sano Manjirou ini terlibat dalam kehidupan yang rumit. Valhalla arc✅ ...