4. Tawaran

16.5K 1.3K 5
                                    


.....

Koa terlihat ragu saat mengangkatkan tangannya untuk Pangeran Zielle. Ia tersenyum canggung ketika putra satu-satunya dari Ratu Zelda itu mencium lembut punggung tangannya.

"Lady Dorian. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini," ucap Pangeran Zielle penuh keramahan.

Mau apa dia? Di novel, Koa dan Zielle tidak pernah sekali pun bicara satu sama lain. Berpapasan saja mereka tidak pernah, batin Koa gelisah.

"Salam hormat saya Yang Mulia Pangeran Zielle," sapa Koa – menganggukan kepalanya anggun, yang kemudian diikuti oleh Elena dan Sir Ethan.

Pangeran Zielle melirik para pengawal istana yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Pria itu lantas memerintahkan kepada mereka untuk menepi dan memberikan ruang agar ia bisa berbincang santai dengan Koa.

Koa yang paham, segera mengisyaratkan hal sama kepada para bawahannya.

"Lady, apakah kau mau menikmati secangkir teh bersamaku?" tanya Pangeran Zielle menawarkan diri. Pria itu menyugar poni rambutnya yang sudah tertata rapi sembari menatap Koa dengan sorot mata menggoda. Jangan lupakan pula lesung di kedua pipinya yang muncul ketika ia tersenyum.

Ini adalah kali pertama aku merasa kesal saat ada pria tampan yang menggodaku, batin Koa merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Tapi bagaimana dengan teman-teman Anda, Yang Mulia?" tanya Koa, melirik wanita-wanita cantik yang sejak awal dengan setia berdiri di sisi kanan dan kiri Zielle.

Senyum di wajah pria itu mendadak hilang. Ekspresinya berubah datar, tidak secerah saat ia baru masuk ke dalam La Pallate Kafe. "Kau tidak perlu memperdulikan mereka. Wanita-wanita itu hanya bunga liar yang tidak sengaja aku pungut di tepi jalan," jawab Zielle dingin. "Jadi bagaimana?" tanya Zielle kembali ramah.

Koa kehabisan kata-kata tatkala menyadari perubahan sifat Pangeran Zielle yang begitu drastis. Tak ingin membuat masalah, Koa pun pasrah. "D-dengan senang hati Yang Mulia," ucap Koa tak punya pilihan.

.....

La Pallate kembali sepi setelah Pangeran Zielle dengan sengaja menyewa seluruh meja di tempat ini. Ia mengusir secara halus para pengunjung kafe yang lain, menciptakan ruang yang luas dan nyaman untuknya dan Koa berbincang.

"Aku dengar kau adalah tipe gadis yang jarang keluar dari rumah. Karena itu, aku tidak menyangka jika kita akan bertemu di sini," seru Pangeran Zielle membuka obrolan.

"Saya juga tidak menyangka akan bertemu Yang Mulia. Saya kira Yang Mulia orang yang sibuk," balas Koa secara tersirat menyindir Zielle. Mendengar itu, spontan Zielle tertawa.

Seorang pelayan kafe mengantarkan makanan dan minuman ke meja keduanya. Sebelum pangeran menikmati hidangan tersebut, salah seorang pengawal pribadi pangeran lebih dulu mencicipinya. Mengecek ada atau tidakkah racun di dalam sana.

Perebutan tahta saat ini memang berlangsung sedemikian brutal. Masing-masing kandidat tidak segan-segan menghabisi satu sama lain. Menyewa pembunuh bayaran menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Bahkan beberapa keluarga dari fraksi-fraksi Kerajaan Elinor memiliki kelompok pembunuh bayaran pribadi yang siap turun tangan jika dibutuhkan.

Padahal jika mengingat sejarah saat dulu Kerajaan Elinor baru berdiri, penurunan tahta selalu berlangsung secara damai.

Setelah mendiang kakek dari Raja Alden, Raja Orion mengesahkan aturan baru yakni memperbolehkan raja untuk memiliki selir, pewarisan tahta berubah menjadi ajang kompetisi berdarah. Dengan menjadi keluarga raja, mereka dapat meninggikan posisi keluarga mereka di strata kebangsawanan. Tentu saja kesempatan yang seperti ini tidak akan disia-siakan oleh pihak yang haus kekuasaan. Kompetisi akan semakin brutal lagi jika raja memiliki keturunan laki-laki yang lebih dari satu.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang