45. Bisikan Selir Camille

5.4K 494 14
                                    


.....

Camille dengan sengaja menyenggol lengan Nathaniel, membuat pria yang sedang sibuk berbincang dengan para tamu itu menoleh ke arahnya. "Ikuti aku!" bisiknya kemudian.

Mengerti jika sang ibu ingin membicarakan masalah serius, Nathaniel segera pamit kepada semua orang dan mengikuti Camille ke sisi sepi aula. "Anda sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan buat keributan di rumah orang," tegur Nathaniel merasa tidak senang.

Bukannya introspeksi akan kesalahannya, Camille malah tergelak. "Kau pikir aku tidak mengenal orang-orang yang baru saja kau temui itu? Mereka teman-teman pamanmu, bukan?"

Nathaniel memutar bola matanya malas. Jengkel pada sikap sok tahu sang ibu.

Kendati tak ikut andil dalam rencana besar Nathaniel, Camille sedikitnya tahu apa yang tengah dikerjakan oleh putranya dan saudara laki-lakinya. Camille pribadi tidak melarang ataupun mendukung mereka. Namun, ia sadar, kemenangan Nathaniel nanti juga akan menjadi kemenangannya. Camille diam-diam mengincar posisi wanita tertinggi di istana.

Diangkat menjadi selir dan dikenal sebagai wanita kesayangan raja belum mampu memuaskan hasratnya akan kekuasaan. Kali ini, Camille mengincar posisi ibu raja, posisi wanita paling tinggi selain ratu. Camille malu terus berlindung di balik punggung Raja Alden setiap kali mau melakukan sesuatu. Camille ingin memiliki kekuasaannya sendiri. Dan Nathaniel-lah yang akan membantu mewujudkan impiannya tersebut.

"Meski puluhan lamaran berdatangan, sampai sekarang, belum ada kabar Lady Dorian memiliki pasangan baru." Mata Camille begitu fokus mengamati Koa yang tengah bersenang-senang, menemani Duke Sander berdansa di lantai dansa. "Masih ada kesempatan untukmu mendapatkannya kembali."

'Mudah sekali ibu bicara. Andai saja ibu tahu bagaimana dinginnya Koa padaku sekarang,' batin Nathaniel kesal. "Saya tahu."

"Suntikan dana dari Keluarga Kimoni memang bukan sesuatu yang buruk. Namun, kau harus ingat, uang mereka tidak akan pernah mampu mengalahkan pengaruh politik Keluarga Dorian di Elinor."

Nathaniel yang hampir setiap hari direpotkan urusan pekerjaan— menjalankan tugas sebagai pangeran dan merayu para bangsawan agar bersedia masuk ke kubunya— tak menyadari jika selama ini Black Leander mengincar Koa Dorian. Andai saja dari awal Nathaniel bersikap tegas dan melarang Koa berhubungan dengan Black, mungkin singgasana raja akan langsung jatuh ke tangan Nathaniel begitu Raja Alden wafat.

"Anda tidak perlu khawatir. Saya tidak akan membiarkan Koa meninggalkan saya."

Camille memberikan kode supaya Nathaniel mendekat padanya. Kilat licik menghiasi mata wanita yang hobi bersolek itu. "Ada cara mudah yang bisa kau lakukan agar Lady Dorian mau rujuk denganmu."

"Cara mudah?"

"Buat Lady Dorian mengandung anakmu. Kau tahu apa yang kumaksud, bukan?"


.....

Puas menemani Duke Sander dan Madam Cleo berbincang-bincang, Zielle izin memisahkan diri untuk bergabung rombongan Koa dan Aylin.

"Apa kabar Lady Dorian?" sapa Zielle kepada Koa. Ia meraih tangan wanita itu, lalu menciumnya.

"Kabar saya baik, Yang Mulia. Bagaimana dengan Anda?"

"Tentu saja aku baik," balas Zielle riang. Ia melesat ke sisi Aylin, bersandar dibahu wanita itu sembari memeluk pinggangnya. "Maaf membuatmu menunggu lama," bisik Zielle lembut.

Aylin yang kurang suka bermesraan di depan banyak orang segera melepaskan tangan Zielle dari pinggangnya. Takut perasaan Zielle terluka, sebagai ganti, Aylin menggandeng tangan pria itu. "Tidak masalah, Yang Mulia. Untungnya ada Lady Dorian di sini."

"Bagaimana perkembangan penyelidikan Anda, Yang Mulia?" tanya Koa terkait kasus penyerangan Istana Dahlia. "Pasti sulit bagi Anda, menyelidiki adik kandung Anda sendiri."

Helaan napas Zielle terdengar begitu berat. "Ini konsekuensi yang harus kami terima karena terlalu memanjakannya." Ia memaksakan kedua sudut bibirnya naik. "Anak itu hanya kurang perhatian saja."

Aylin memberitahu Koa alasan mengapa Ratu Zelda tidak ikut menemani Raja Alden memenuhi undangan Keluarga Dorian. Kondisi kesehatan Zehra yang terus menurun semenjak dijebloskan ke penjara menara memaksa Ratu Zelda untuk tetap tinggal di istana agar bisa menemani putrinya.

"Setelah Putri Zehra tersandung kasus tindak kriminal, apa yang akan dilakukan oleh Fraksi Bangsawan Tinggi, Yang Mulia?" tanya Koa memulai diskusi.

Zielle dan Aylin saling bertukar pandang. Mereka kelihatan terkejut. "Jadi kau sudah tahu?"

"Tahu tentang apa?"

"Tentang keluarga ibuku yang lebih mendukung Zehra untuk naik tahta."

Koa meresponnya dengan anggukan kepala.

Berdasarkan pengamatan Koa, sikap Fraksi Kerajaan terkesan sangat bertele-tele. Mereka terus menerus menunda dan tak kunjung memberikan keputusan pasti mengenai siapa kandidat yang akan mereka dukung. Padahal semua orang tahu, di antara anak-anak ratu, Zielle-lah kandidat paling potensial untuk menang. Terlebih lagi, pada hasil survei elektabilitas terakhir, Zielle mampu menduduki posisi kedua dengan usahanya sendiri.

Namun, jika kita mengingat kembali fakta Zielle yang bukan anak kandung Raja Alden, Koa pikir, wajar sekali jika Fraksi Kerajaan ragu. Sebab pihak mereka-lah yang akan merugi jika rahasia itu sampai ke telinga raja. Risiko kekalahan mereka terlalu besar untuk ditanggung.

"Bagaimana dengan kami?" tanya Koa tiba-tiba.

"Kami?" ulang Zielle sangsi.

"Di antara semua fraksi di Elinor, hanya Fraksi Netral-lah yang belum menggunakan hak suaranya."

Menangkap kode tawaran kerja sama, bukannya senang, Zielle justru dilanda kebimbangan. "Saya dengar, Fraksi Netral berkomitmen untuk tidak memihak kepada siapa pun?"

Koa tersenyum. "Tidak ada yang tidak mungkin, Yang Mulia. Sebuah komitmen bisa direvisi jika itu perlu. Apalagi, ini urusannya dengan masa depan kerajaan."

Genggaman Zielle pada tangan Aylin semakin dieratkan. Ucapan Koa nampaknya belum berhasil meyakinkan hatinya. "Bagaimana dengan Black—maksudku Duke Leander. Apakah dia mengetahui—

"L-Lady Dorian?"

Kemunculan Elle yang tanpa permisi itu mengejutkan ketiganya. Baik Koa, Aylin maupun Zielle, tak ada satupun dari mereka yang menyadari kedatangannya.

"Ah! Kau yang tadi." Koa menoleh dengan raut malas. "Perlu sesuatu dari ku, Lady Kimoni?"

Elle membelalakan mata. Gugup karena Koa sudah tahu nama keluarganya. Gadis itu lantas membungkuk dan berkata. "Maafkan saya telah bersikap kurang ajar kepada Anda, Lady Dorian."

Aylin melirik Koa, bertanya siapa sebenarnya Elle ini. Sebagai bangsawan dengan relasi yang luas, Aylin belum pernah sekalipun melihat sosok Elle di pesta bangsawan. Aylin menduga, Elle bangsawan desa yang belum melakukan debut sosialnya secara resmi.

"Lady Kimoni?" panggil Koa.

"Ya?"

"Kau ini benar-benar keterlaluan."

"Maaf?"

"Ada Pangeran Zielle dan Lady Otsana di depanmu, dan kau mengabaikan mereka?" Koa menggeleng-gelengkan kepala, tampak kecewa. "Tingkahmu ini membuatku penasaran dengan cara Count dan Countess Kimoni mendidik anak mereka di rumah."

Elle mengangkat kepalanya, baru kemudian menyadari kehadiran dua orang penting di Elinor itu. "Astaga! M-Maafkan saya, Yang Mulia."

Zielle memasang wajah datar, sementara Aylin hanya tersenyum tipis. Mereka enggan menanggapi buruknya tata krama Elle. Sial sekali nasib gadis itu. Di pertemuan perdana mereka, Elle gagal mempertahankan kesan terbaiknya.

'Padahal aku hanya ingin minta maaf. Kenapa masalahnya melebar ke mana-mana?!' batin Elle kalut.


.....

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang