.....
Pagi ini sekitar pukul sembilan, beberapa kereta barang tiba di halaman Dorian Manor, membawa puluhan kotak hadiah yang semuanya ditujukan kepadaku. Pada surat yang disematkan bersama hadiah, tertulis nama pengirim, Adelaine Denta-Leander. Itu adalah nama ibu Lord Black, dan tentu saja aku mengenalinya meski kami belum pernah sekalipun bertemu. Berikut isi suratnya.
Kepada Koa Dorian Tersayang,
Saya dengan senang hati mengucapkan selamat atas pertunangan Anda dengan putra saya, Black. Semoga pernikahan ini berjalan lancar dan membawa kebahagiaan yang abadi bagi Anda. Semoga kalian berdua selalu bahagia.
Salam hangat,
Adelaine Denta-Leander.
Astaga, tak kusangka Madam Adelaine mau repot-repot mengirimiku hadiah sebanyak ini. Aku harap beliau juga dapat hadir pada acara pernikahanku besok.
"Wah, apa ini?" tanya Madam Cleo begitu melihat hadiah-hadiah yang tertumpuk rapi di sekeliling ruangan.
"Hadiah pernikahan dari Madam Adelaine."
"Manis sekali." Seulas senyum tersungging di bibir Madam Cleo. "Dia wanita yang hangat. Andai saja kami bisa berteman."
Kendati Duke Sander dan Duke Carl bersahabat dekat, situasi berbeda justru terjadi pada istri-istri mereka. Selain karena kebijakan Duke Carl yang sengaja membatasi interaksi keluarganya dengan dunia luar, sifat pendiam dan tertutup Madam Adelaine adalah alasan lain mengapa Madam Cleo yang terkenal sebagai seorang sosialita sulit untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan wanita itu. Jika mereka dipertemukan dalam satu ruangan, pasti akan canggung sekali.
"Madam."
"Iya, Koa."
"Pukul berapa Anda berangkat?"
Hari ini Madam Cleo dan Duke Sander dijadwalkan berangkat ke ibu kota untuk memenuhi undangan Marchioness Ronan. Seperti biasa, mereka harus berangkat seminggu lebih awal dari tanggal acara mengingat jarak Dorian ke ibu kota yang jauh.
"Satu jam lagi. Masih ada beberapa barang yang belum diangkut ke kereta." Madam kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku. "Koa... Surat baru dari Lady Otsana datang lagi."
Dadaku mendadak sesak, dan sakitnya semakin menyiksa tatkala menyaksikan Madam Cleo meletakkan surat Aylin ke meja di hadapan kami. "D-dia, apakah dia tahu tentang... keadaanku sekarang, Madam?"
"Dia tahu sedikit tentang apa yang terjadi, tapi lebih dari itu, dia ingin bertemu denganmu. Dia sangat ingin melihatmu lagi, Koa."
Dunia terasa berputar begitu cepat. Tatapanku terus terpaku pada surat Aylin. Rasa ragu dan khawatir merayapi diri seperti badai yang tak terduga. Betapa sulitnya mengembalikan kepercayaan diriku seperti dahulu. Insiden kebakaran malam itu benar-benar meninggalkan jejak trauma yang mengerikan pada mentalku. "Saya... saya tidak tahu, Madam. Saya merasa belum siap bertemu siapa pun."
Madam Cleo meraih tanganku dan menggenggamnya lembut. "Jangan merasa terbebani. Lakukan segalanya saat kau siap." Beliau lalu mengelus puncak kepalaku. "Saat kami pergi nanti, seadainya terjadi sesuatu, kau langsung lapor saja ke Phillip."
"Sangat mengerti, Madam."
Baru juga disinggung, sosok Phillip tiba-tiba saja muncul dan mengagetkan kami. Kehadirannya yang terkadang tanpa tanda itu membuatku sedikit ngeri karena mengingatkanku pada boneka jahat yang biasa dimainkan oleh penyihir untuk memanggil arwah orang mati. "Selamat siang, Madam dan Lady Dorian," sapa Phillip dengan senyum ramahnya sembari mengantarkan koran mingguan langganan keluarga kami. "Madam, duke menitipkan pesan untuk Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...