Queen of Shield - Putri Sang Duke

78. Calon Duchess di Masa Depan

.....

Embun-embun musim semi menyentuh puncak perbukitan yang menjulang tinggi di sekitar Dorian Manor. Mereka membawakan pesona kehidupan baru pada tanah mati yang perlahan mulai terbangun dari tidur panjangnya di musim dingin.

Hangat cahaya matahari pagi menyentuh jubah kebesaran sang duke, membuat setiap pegawai di kediaman Keluarga Dorian terpesona oleh kehadirannya yang gemilang. Pahlawan perang yang dijuluki Singa Elinor itu melangkah mantap menuju kereta kudanya, diiringi tatapan penghormatan para pelayan dan para ksatria.

Dari balkon kamar, Koa Dorian memandang dengan bangga manusia hebat yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Pelukan terakhir mereka meninggalkan harum pinus hutan pada gaunnya. Ia bersyukur, keberangkatan sang duke ditaburi ribuan doa dan harapan semua orang.

Semoga Tuhan melindungi jiwa dan raganya.

Amen.

.....

Beberapa hari belakangan ini, Nathaniel merasakan keanehan pada kondisi kesehatannya. Lemas dan lesu menjadi kawan setia, merayapi hari-hari yang seharusnya penuh semangat. Selir Camille pun turut menyadari perubahan itu. Sayang sekali, wanita itu tidak tahu bahwa bayangan kematian tengah mengintai nyawa putranya. Mereka berdua sama-sama buta dan tidak menyadari jika Nathaniel telah dijadikan sasaran kelompok pembunuh bayaran.

Selir Camille sempat mengira, merosotnya kesehatan Nathaniel akibat ulah orang-orang di menara. Ia menduga, Nathaniel mendapatkan perlakuan yang kurang adil dari petugas penjara. Mungkin saja mereka menyiksa putranya dengan memberikannya makanan yang tidak layak. Namun setelah diselidiki, penyimpangan itu tidak pernah terjadi. Frustrasi, Selir Camille justru menyalahkan Raja Alden dan tindakannya ini berunjung kurang baik. Sikap kurang ajarnya kepada Raja Alden mengantarkan wanita itu kembali ke paviliun pribadi Ratu Zelda dan mengharuskannya menjalani hukuman kurungan hingga hari duel tiba.

Ratu Zelda sendiri merasa heran sekaligus terkejut pada perubahan sikap Selir Camille. Dahulu, meskipun Ratu Zelda pernah menganggapnya wanita murahan setelah hamil di luar ikatan pernikahan, ia mengenal Camille sebagai sosok wanita yang cerdas dan beretika. Mungkin karena alasan itulah, Raja Alden bisa jatuh cinta kepadanya. Namun sejak putranya—Nathaniel dijatuhi hukuman mati, sikapnya berubah drastis. Ratu Zelda tidak mengerti, mengapa Camille bisa begitu mudahnya menyalahkan Raja Alden tanpa membawakan bukti yang kuat.

"Camille."

Menerima kunjungan dadakan dari Ratu Zelda, bukannya senang, Selir Camille justru jengkel. "Anda ingin menertawakan saya?"

"Statusmu masih istri raja. Jadi tolong jaga martabatmu."

"Anda bilang martabat? Apakah dengan menjaga martabat saya, pengadilan akan membebaskan Nathaniel? Tidak, bukan?!"

Alih-alih menemukan kesalahpahaman yang mungkin bisa diatasi, Ratu Zelda malah semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan mental Camille. "Kalian benar-benar keras kepala. Ibu dan anak sama saja."

Selir Camille sontak melayangkan tatapan sinisnya. "Seluruh anggota Keluarga Agas ditangkap oleh Badan Penyidik, kekayaan kami disita, dan bahkan status kebangsawanan adik saya juga dicabut." Ia kemudian berjalan gontai mendekati Raju Zelda, lalu dengan tidak sopannya menunjuk wajah wanita nomor satu di Elinor itu. "Dan Anda masih membicarakan masalah martabat? Memangnya Anda bisa melakukannya jika berada di posisi saya? Saya kehilangan segalanya, Yang Mulia!"

"Selir Camille, jaga ucapanmu!" tegur Ratu Zelda merasa tersinggung. "Pertanyaan macam apa itu? Jelas-jelas pengadilan sudah membuktikan bahwa putramu dan juga keluargamu bersalah."

Tak sudi menerima teguran dari Ratu Zelda, Selir Camille langsung buang muka. Melihat kelakuan wanita itu, Ratu Zelda sontak geleng-geleng kepala. Sembari menahan amarahnya, Ratu Zelda pergi meninggalkan paviliun tanpa menghiraukan lirikan tajam Selir Camille. Keputusan untuk memberikan hukuman pada Selir Camille mungkin terlihat seperti sebuah aksi balas dendam, tetapi Ratu Zelda tahu bahwa keputusannya ini akan membawakan ketenangan bagi seisi istana.