8. Kode

14.5K 1K 9
                                    

.....

Aku terpaksa menerima ajakan Duke Leander karena orang-orang tidak mau berhenti melihat ke arah kami. Pria itu lantas meraih tanganku dan membawaku berjalan menuju lantai dansa. Aku hanya bisa diam membisu, mengikutinya dengan langkah ragu.

Tak lama kemudian, kami berhenti di satu titik. Pria itu lantas membalikkan tubuhnya, membuat kami saling berhadapan. Ia menundukkan kepala, melihat ke bawah karena perbedaan tinggi badan kami yang cukup jauh. Dia seperti titan di mataku.

Alunan lagu yang dimainkan oleh orkestra istana berganti lagi. Itu artinya dansa sesi pertama telah usai, dan sekarang berganti ke sesi berikutnya. Para pasangan yang belum mendapatkan kesempatan untuk berdansa di sesi pertama segera menempati posisi kosong yang ada di sekitar kami.

"Bahumu terlalu kaku, Lady." Bisik pria itu di telingaku.

"Hahaha. Maafkan saya Duke,"ucapku canggung.

Bagaimana mungkin aku bisa bersantai, sementara orang-orang di sekitar kami terus memandang ke arah kami dengan tatapan aneh. Berada di tempat yang ramai memang benar-benar tidak cocok untukku. Layaknya hewan langka, aku merasa seperti telah dijadikan tontonan oleh banyak orang.

Aku merapatkan bibir kuat-kuat ketika hampir saja berteriak setelah merasakan tangan Duke Leander yang tiba-tiba saja sudah berada di pinggangku. Pria itu terlihat menggerakan matanya, seolah bertanya 'ada apa?'

Aku lantas menggelengkan kepala dan meletakkan tangan kananku di bahunya. Berusaha tenang dan melanjutkan dansa kami.

.....


Volume musik perlahan-lahan melirih. Sesi dansa kami akhirnya selesai. Orang-orang yang berada di lantai dansa kemudian saling memberi hormat kepada pasangan masing-masing. Aku pun melakukan hal yang sama kepada Duke Leander, begitu pula sebaliknya. Aku langsung izin untuk undur diri dan pergi meninggalkan tempat itu.

Adegan ini tentu saja tidak sama seperti yang terjadi di dalam film Cinderella. Jika di film, Cinderalla yang kabur akan dikejar oleh sang pangeran, sementara kami justru saling memunggungi satu sama lain. Kembali pada dunianya masing-masing.

Awalnya aku berniat untuk kembali di tempat sebelumnya. Namun belum sempat aku sampai di sana, ibu angkat Lady Koa menghadangku lebih dulu. Madam Cleo yang ternyata selama ini mengawasiku dari jauh, dengan cepat menarikku ke kamar tamu milik istana yang sudah ia pesan. Sebuah kamar mewah layaknya kamar di hotel bintang lima. Madam Cleo terlihat begitu kesal. Setelah kami duduk di sofa kamar tersebut, ia tanpa basa-basi segera menginterogasiku.

"Koa! Apa maksud dari tindakanmu ini?" Wajah Madam Cleo merah padam. Ia benar-benar marah. "Kau itu tunangan Pangeran Nathaniel. Seharusnya dansa pertamamu untuk Pangeran Nathaniel."

Saat hendak membela diri, Madam Cleo terus saja memotong ucapanku. Dia sama sekali tidak mau memberikanku kesempatan untuk menjelaskan. Mau tidak mau, aku terpaksa mengalah dan pasrah mendengarkan ocehannya.

Aku mendadak punya kebiasaan baru, yakni menutup mata setiap kali Madam Cleo meninggikan suaranya.

"Kau tau apa yang bangsawan lain katakan? Semua orang mengkritik tindakanmu itu. Untung saja raja dan pangeran tengah tidak berada di tempat," jelas Madam Cleo penuh amarah. Istri dari Duke Sander itu mengibas-ibaskan kipas yang ia bawa. Saking emosinya, ia sampai kegerahan.

Sejujurnya, aku sedikit tidak terima dengan perlakuan Madam Cleo padaku. Seharusnya ia sudah tahu jika aku berada dalam posisi yang sulit. Jika saat itu aku menolak tawaran dansa Duke Leander, orang-orang akan menganggapku lady yang tidak tahu etika. "Maafkan saya, Duchess,"ucapku setengah hati untuk sekedar menenangkan emosinya.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang