.....
Di antara ke empat putra Raja Alden, Pangeran Zielle dan Pangeran Nathaniel merupakan anak yang paling aktif di dunia politik dan sosialita bangsawan Elinor. Sementara Pangeran Abel—putra raja dari selir pertama dan Pangeran Noir—putra raja dari selir kedua lebih memilih militer sebagai fokus hidup mereka. Baru-baru ini, keduanya dilaporkan mengundurkan diri dari kompetisi perebutan tahta dan memutuskan bergabung dengan pasukan Elinor, melindungi kerajaan di garda terdepan. Pada perang Elinor-Nesrin, Pangeran Noir diangkat menjadi pemimpin pasukan pemanah, sedangkan Pangeran Abel memimpin pasukan kavaleri.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika nama Pangeran Zielle dan Pangeran Nathaniel lebih dikenal rakyat dibandingkan nama para pangeran lain. Keduanya memang pintar mengambil hati orang-orang, selalu giat mencari dukungan politik bangsawan sebagai modal naik tahta menggantikan Raja Alden di masa depan.
"Anda sudah dengar beritanya, Lady Dorian?"
Suara Marchioness Ronan membuyarkan lamunanku. Sahabat Madam Cleo itu berdiri sambil berkacak pinggang, persis di depanku. "Berita yang mana, Madam?"
Setelah ditinggal pergi Duke Sander, Madam Cleo dan Lord Black, hari ini Dorian Manor ramai lagi. Rombongan pekerja dari butik Marchioness Ronan datang ke rumah, mengantar beberapa setel tuxedo dan gaun pesta pesananku.
Marchioness Ronan duduk di sebelahku, kemudian terlihat menggerakkan sebelah tangannya, memintaku untuk mendekat. "Putri sulung Count Kimoni, gadis nakal itu hamil," bisiknya hati-hati.
"Hamil?" Bohong sekali kalau aku tidak terkejut.
Madam Cleo dan Lady Aylin, merekalah informan terbaikku. Dikarenakan Madam Cleo harus kembali ke Dorian mengikuti Duke Sander, dan Lady Aylin yang belakangan ini sibuk dengan pekerjaannya di akademi, aku jadi ketinggalan banyak informasi. Contohnya informasi penting seperti yang satu ini.
"Aku dengar Madam Leticia sampai jatuh sakit setelah tahu putrinya hamil." Alis Marchioness Ronan tampak naik-turun. Wanita itu mulai bersemangat. "Menurut Lady Dorian, siapa ayahnya?"
Membandingkan usia pernikahan Lady Koa dan Pangeran Nathaniel dalam novel dengan usia kehamilan Elle Kimoni, hasil perhitungannya sangat pas jika disamakan dengan usia anak yang dibawa Pangeran Nathaniel ke istana. Seandainya aku mengikuti alur novel yang sudah ada, pasti sekarang aku terlihat seperti wanita bodoh di mata Pangeran Nathaniel. "Entahlah Madam. Saya tidak begitu dekat dengan Lady Kimoni. Menurut Madam sendiri?"
Marchioness Ronan tampaknya kurang puas. Mungkin dia tidak suka pada sikapku yang selalu cari aman. "Kau sungguh tidak marah? Ayolah Lady Dorian, jangan terlalu baik hati. Tanpa diumumkan pun saya yakin semua orang di Elinor tahu siapa ayah anak itu."
Kabar Elle menjadi selingkuhan Pangeran Nathaniel, kemudian disusul kabar kehamilannya. Sial sekali nasib gadis itu. Sekarang aku malah jadi penasaran. Apakah Pangeran Nathaniel akan tetap menerima anak Elle seperti yang dilakukannya dalam novel, meski tujuannya menjadi raja belum tercapai. "Tidak ada gunanya juga saya marah. Urusan mereka bukan lagi urusan saya. Semua selesai setelah pembatalan pertunangan kami diterima raja."
Marchioness Ronan bersedekap sambil mengangguk-anggukan kepala. Aku rasa dia setuju dengan pendapatku. "Kau benar, Lady Dorian. Namun jika aku boleh jujur, sampai detik ini aku masih kesal pada Pangeran Nathaniel. Tega benar pria itu menyelingkuhi wanita cantik sepertimu."
"Astaga, Madam. Anda bisa saja." Aku tertawa sembari mengawasi para pegawai Marchioness Ronan yang sedang membantu Yona membereskan barang-barang pesananku untuk dipindahkan ke kamar. "Ngomong-ngomong Madam, saya ingin menanyakan sesuatu kepada Anda."
"Kau ingin menanyakan apa, Lady Dorian."
"Pesta Lady Raspe, apakah Anda diundang?"
"Lady Raspe mengadakan pesta lagi?" tanya Marchioness Ronan terlihat heran. "Wanita itu suka sekali cari perhatian."
"Kemarin saya menerima undangan pesta dari Lady Raspe. Saya pikir, Anda juga turut diundang."
"Tidak ada undangan yang datang ke kediamanku. Memangnya kenapa? Apakah ada masalah?"
Hm... benar-benar mencurigakan. Kenapa sosialita seterkenal Marchioness Ronan tidak diundang? Pesta macam apa yang tengah dipersiapkan oleh Riona Raspe.
"Saya sedang mencari teman, Madam. Anda tahu, ibu saya pulang ke Dorian dan sahabat saya, Lady Aylin Otsana sibuk dengan pekerjaannya. Saya kira, Anda bisa menemani saya pergi menghadiri pesta Lady Raspe."
"Ah, begitu ya. Tapi biasanya Lady Raspe mengadakan pesta tertutup yang hanya bisa dihadiri menggunakan undangan saja. Sepertinya aku tidak bisa membantumu kali ini. Maafkan aku, Lady Dorian."
"Tidak apa-apa, Madam. Jangan terlalu dipikirkan."
.....
Saat musim dingin tiba, orang-orang jadi jarang keluar dari rumah, terutama pada malam hari. Mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan bersantai sambil menghangatkan tubuh di depan perapian. Namun malam itu, pemandangan berbeda terlihat di sebuah desa terpencil yang berada di pinggiran ibu kota. Rombongan manusia terdiri dari empat orang tampak berjalan cepat membelah tumpukkan salju yang menggunung di tanah.
"Selamat malam, Tuan."
Nathaniel segera menutup mulut dan hidungnya menggunakan sapu tangan begitu mencium bau gosong yang menguar dari dalam gubuk. Dengan tatapan yang menyelidik, ia bertanya kepada pria berkepala plontos yang menyambut kedatangannya, "Semuanya aman?"
"Anda tidak perlu khawatir. Kami sudah mensterilkan daerah ini." Pria berkepala plontos itu memandu rombongan Nathaniel masuk ke dalam bangunan gubuk.
BRUK!
Nathaniel meloncat mundur dengan cepat ketika dua mayat manusia tiba-tiba dilemparkan ke hadapannya. Bau gosong yang sebelumnya hanya sebatas bau samar kini menusuk hidungnya, membuat lehernya terasa seperti tercekik.
"Saksi-saksi sudah kami bereskan," kata pria berkepala plontos, lalu dengan kasarnya menendang tubuh salah satu mayat yang hangus terbakar di depan Nathaniel. Wajah kedua mayat itu hancur total sehingga tidak bisa dikenali.
"Kerja bagus," puji Nathaniel sambil terus menjaga sapu tangannya tetap berada di depan hidung. Ia melirik tajam ke arah salah satu pengawalnya, memberikan sinyal yang jelas. Pengawal itu kemudian menyerahkan sebuah kantong serut berisi puluhan keping koin emas kepada pria berkepala plontos. "Sesuai kesepatan, ini upah kalian."
"Wah, terima kasih banyak Tuan. Senang bisa bekerja sama dengan Anda."
.....
Menjelang subuh, rombongan Nathaniel baru tiba di gerbang megah Istana Azalea. Namun belum sempat mereka melangkah lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba menyerukan nama Nathaniel. Dengan hati berdebar, semua orang berbalik. Dari belakang pilar besar istana, muncul seorang wanita berjubah panjang. Ketegangan mengepung tempat itu. Para pengawal Nathaniel serentak mengacungkan pedang mereka saat mengetahui wanita itu berjalan menghampiri mereka.
"Turunkan pedang kalian. Dia tamuku," seru Nathaniel kepada para pengawalnya.
Semua orang langsung menurunkan pedang masing-masing. Saat situasi mulai kondusif, Riona Raspe membuka tudung jubah yang menutupi kepalanya. "Hormat saya, Yang Mulia Pangeran Nathaniel."
"Bagaimana persiapannya, Lady Raspe?"
"Lady Dorian sudah mengirimkan surat balasan." Riona memberikan sepucuk surat bersegel lambang Keluarga Dorian ke Nathaniel. "Dia mengatakan akan hadir, Yang Mulia."
Seringai merekah di wajah Nathaniel ketika memandangi tulisan tangan Koa yang elegan. "Hahaha," tawanya menggelegar. "Akhirnya waktuku tiba juga."
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...