61. Mengantarkan Seseorang Bertemu Malaikat Maut

4.3K 403 23
                                    


.....

Pernahkan kalian terjatuh dalam mimpi, lalu tersentak sampai terbangun dalam keadaan dada kalian sakit? Fenomena itu dinamakan dengan hypnagogic atau periode transisi antara terjaga dan tidur. Koa sendiri baru saja mengalaminya. Ketika pengaruh obat yang diberikan Rieka habis, kesadaran Koa perlahan-lahan kembali. Namun, bayangan wajah Nathaniel yang mendadak muncul di ujung mata menarik kesadarannya secara paksa.

Sambil meremas wajah, Koa mengira-ngira berapa lama dirinya tertidur. "Sepuluh menit—ah bukan, aku pikir yang benar dua puluh menit." Saat menoleh ke samping, wanita itu dibuat kelimpungan setelah mendapati Nathaniel terbaring dalam posisi miring membelakanginya. Mimpi yang dikiranya mimpi ternyata kenyataan. "K-kami tidak melakukannya, kan?"

Cara paling jitu untuk memastikan kebenarannya adalah dengan memeriksanya sendiri. Sejauh ini, Koa pikir pakaiannnya masih aman. Rapi, tidak ada tanda-tanda disentuh seseorang. Lalu badannya, sekujur badan Koa terasa pegal-pegal, terutama pada bagian kaki. Tapi Koa pikir itu wajar, sebab malam sebelumnya, ia berlari kesetanan tanpa alas kaki di tengah badai salju.

Koa bernapas lega. Wanita itu mendudukkan diri dengan hati-hati seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Aku harus bersiap-siap sebelum bajingan ini bangun." Masih dalam volume suara yang sangat-sangat rendah, Koa mengutuki dirinya saat menemukan belati pemberian sang ayah tergeletak di atas nakas, tepatnya di sisi ranjang Nathaniel. Lagaknya Koa lupa mengembalikan benda itu ke holster yang terpasang di pahanya.

Malu jika menyerah begitu saja, Koa mengulurkan tangan, berusaha menggapai jimat perlindungannya. Bagian yang lucu, Koa kedapatan menahan napas setiap kali ranjang di bawahnya bergoyang. 'Oh, ayolah!' batin Koa emosi.

"Usaha yang bagus, Cantik!"

Koa menarik tangannya secepat kilat. Padahal suara Nathaniel tak sekeras bom TNT ataupun semelengking paus biru, tapi itu cukup berhasil membuatnya lemas karena panik.

Nathaniel membalikkan badan. "Kemarilah." Ia menggerakkan tangan lalu menepuk area kosong di sampingnya, meminta Koa untuk mendekat.

Tak sudi diperintah Nathaniel, Koa bergerak menjauh. Meskipun pada akhirnya, jarak di antara mereka hanya terpaut satu meter begitu punggung Koa tertahan kepala ranjang.

Ini adalah reaksi penolakan yang sudah diprediksi Nathaniel. Malas menunggu, Nathaniel memilih bangun dari pembaringan, kemudian duduk menghadap Koa dengan kaki bersila. "Dasar keras kepala," komentarnya sinis sambil menyangga dagu menggunakan sebelah tangan. Sikunya ditumpukan pada paha, sementara matanya menatap lurus ke arah Koa.

Barangkali sengaja, model piyama yang seharusnya bisa menutupi area dada jikalau dipakai dengan benar justru di sini gagal fungsi. Meski risi, Koa penasaran, apakah Nathaniel sadar jika dada bidangnya terekspos keluar. Tali yang ditujukan untuk menyambung dua bagian kain yang terbelah pada bagian dada telah hilang entah kemana.

"Demammu?" tanya Nathaniel.

"Saya tidak demam."

Ranjang di kamar itu kembali bergoyang tatkala Nathaniel menggeser tubuhnya maju ke depan. Koa yang terpojok hanya mampu mematung selagi jarak di antara mereka kian dekat. Bahkan saat tangan Nathaniel menyentuh dahi Koa, wanita itu tetap bergeming.

"Kau paling pintar merepotkan orang lain," ucap Nathaniel sarkastis. "Baguslah, demammu sudah turun."

Merasa tersinggung, Koa menepis tangan Nathaniel lalu memamerkan ekspresi jengkelnya. "Saya tidak butuh bantuan Anda."

"Ya, ya, ya. Terserah padamu." Puas mengolok-olok Koa, Nathaniel turun dari ranjang. Tangannya menggapai belati di atas nakas dan dengan sengaja mengabaikan protes yang dilayangkan Koa kepadanya. "Benda ini terlalu berbahaya, jadi aku sita." Sebelum membuka pintu kamar, pria itu menoleh ke belakang dan berkata. "Kau belum makan malam, kan? Aku akan suruh pelayan mengantarkan makanan kemari."

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang